Burung- burung bercericit menyapa mentari…
DEE dan Pradipta ada di dapur rumahkayu. Si kecil Pradipta yang kini membahasakan diri dengan nama “ Kakak Dipta “ semenjak kelahiran kedua adik kembarnya menderetkan beberapa cetakan agar- agar mungil beragam bentuk, sementara Dee mengaduk adonan agar- agar dengan susu kedelai sebagai bahan utamanya di atas kompor.
Tak lama kemudian adonan agar- agar itu telah siap untuk dicetak. Dee membiarkan Pradipta melakukan hal tersebut, memasukkan adonan agar- agar ke dalam cetakan- cetakan berbentuk mobil, beruang, strawberry dan bermacam bentuk lucu lain.
“ Hati- hati Dipta, panas… “ Dee mengingatkan anaknya.
Pradipta mengangguk. Tentu saja dia tahu bahwa adonan itu panas. Ini bukan pertama kalinya dia membantu Dee mencetak adonan agar- agar dan peringatan “ hati- hati, panas “ semacam itu tak pernah absen hadir dalam setiap kesempatan serupa (dan tampaknya belum akan pula hilang dalam waktu dekat).
Dee terus memperhatikan Pradipta mencetak adonan agar- agar yang baru saja dibuatnya di cetakan beragam bentuk itu. Seperti semua ibu di dunia, dia selalu mencari cara agar anaknya mengkonsumsi makanan sehat. Memasukkan susu kedelai, kacang merah atau labu kuning ke dalam adonan agar- agar serta menyediakan beragam cetakan menarik merupakan salah satu caranya.
Dan mengamati cetakan berbentuk lucu itu mengingatkan Dee kembali pada percakapannya dengan Kuti tentang pengaruh iklan pada anak- anak.