Satu Langkah ( Kecil ) Saja...

Tentang mentoring, dan sebuah lompatan kecil.

Yang ternyata tidak kecil.

Suatu sore, aku terpana di depan pesawat telepon.

Di ujung sebelah sana, di belahan dunia lain, seseorang yang memintaku menjadi mentornya baru saja mengatakan bahwa dia tak tahu bagaimana cara melakukan satu langkah sederhana yang kusarankan untuk peningkatan karirnya.

Akhirnya kukatakan padanya, baiklah, nanti coba aku pikirkan, barangkali saja dapat aku uraikan satu langkah itu menjadi agak detail, mungkin 1 a, 1 b, 1 c sehingga dia dapat melakukan langkah- langkah tersebut dengan mudah.

footprint



***



Otakku terus berputar. Aku sungguh ingin membantu. Juga, penasaran. Keinginan yang disampaikan oleh mentee berbangsa lain itu logis.

Alurnya jelas.

Dia tak mengatakan ingin meraih sesuatu yang membutuhkan lompatan besar atau perubahan ekstrim. Artinya, keinginannya sederhana dan masuk akal. Tapi bagaimana bahkan untuk sesuatu yang semacam itu, yang menurutku hanya perlu satu langkah ke muka dan waktu kurang dari enam bulan untuk mencapainya, dia tak tahu langkah apa yang harus dilakukan, dan, terlebih, tak tahu bagaimana cara melakukannya?

Kuputuskan untuk membuat sebuah tabel agar dapat digunakannya sebagai referensi. Lalu kutuliskan langkah- langkah yang harus dilakukannya secara rinci.

Dan ketika tabel tersebut telah selesai…

Kembali aku terpana.

Tampaknya, aku yang tak mengenali diri sendiri selama ini.

Ketika aku selesai menuliskan secara rinci, kudapati bahwa langkah- langkah yang kumaksud tertuang dalam tabel 8x7.

Delapan baris tujuh kolom.

Artinya ‘satu langkah kecil’ yang kumaksud itu, sebetulnya adalah… lima puluh enam langkah !

Ya ampun.

Pantas saja, saat teleconference tadi ada kebingungan di ujung sana ketika kukatakan dengan ringan bahwa dia tinggal melakukan satu langkah kecil dan… bereslah semuanya.

***



Satu langkah, kataku?

Kupandangi lagi tabel lima puluh enam langkah yang kubuat itu.

Memang, semua itu ada benang merahnya. Tapi tetap saja… uraian dari sebuah tabel 8 x 7 memang tak dapat disebut ‘kecil dan sederhana’, dan… ‘satu’ langkahku ternyata ukurannya sangat berbeda…

Pagi harinya, kukirimkan tabel tersebut melalui email dan kuminta mentee-ku mencoba mengikuti langkah- langkah yang kuminta.

Aku sendiri, tak berapa lama setelah itu, pindah ke bagian lain dan tak lagi menjadi mentornya, sehingga tak kudengar kabar apakah tabelku bisa membantu.

Sampai hampir dua tahun kemudian…

Telepon di mejaku berdering.

Ada suara sangat riang di ujung sana.

Dari orang yang kukirimi tabel 8x7 langkah itu.

Intinya, dia ingin mengabarkan padaku bahwa baru saja dia memperoleh kabar bahwa telah didapatkannya pekerjaan yang dia dambakan tersebut. Yang dulu kukatakan ‘tinggal selangkah lagi saja’, dan dia akan dapat mencapainya dalam waktu 6 bulan.

Suara itu luar biasa gembira. Membuatku juga sangat gembira. Artinya, upayaku tak sia- sia. Tabelku dia manfaatkan dengan baik.

Walau…

Aku tersenyum dalam hati.

Dua tahun?

Aha!

Saat kukatakan padanya yang perlu dia lakukan adalah membuat sebuah langkah kecil ke muka itu dulu, kukatakan juga bahwa menurutku dia akan dapat mencapai tujuannya dalam enam bulan.

Ternyata, aku salah (lagi).

Setelah keliru menghitung jumlah langkah, waktu yang dibutuhkan juga bukan enam bulan, tapi… dua tahun…

***



Kejadian tersebut memenuhi pikiranku secara berhari- hari.

Apa yang terjadi, membuat aku tersadar, bahwa inilah barangkali kunci mengapa sering ada ‘korslet’ antara manusia yang satu dengan manusia lain.

Karena ukuran tiap orang tidak sama. Karena cara otak manusia memproses data dan fakta juga berbeda. Karena, kecepatan orang berjalan dan berlari, ternyata juga beragam…

Satu langkah, kataku, dan enam bulan, ternyata adalah lima puluh enam langkah yang hanya dapat dicapai dalam waktu dua tahun oleh orang lain.

Kugelengkan kepalaku dengan takjub. Dua tahun, bagiku sendiri, cukup untuk melakukan sangat banyaaakkkkkkk hal. Aku sendiri dalam dua tahun mungkin sudah melakukan beberapa buah lompatan. Dan bisa saja arah lompatnya tidak linier.

Aku sungguh belajar banyak dengan kejadian tersebut.

Banyak sekali.

Di kemudian hari, jika melihat orang terdiam saat aku mengatakan sesuatu yang menurutku jelas dan sederhana, jika situasi memungkinkan, aku akan coba mundur selangkah.. dua langkah.. dua puluh langkah.. atau barangkali juga, lima puluh langkah.. agar kami dapat saling memahami..

Hanya saja, perlu kuakui, hal tersebut tak mudah. Dan tak selalu dapat dilakukan.

Kadangkala orang- orang yang kuhadapi, atau situasinya, memang tak memungkinkan bagiku untuk melakukan hal tersebut.

Di pihak lain, seringkali aku tak cukup sabar, merasa kurang produktif dan ‘tak menghasilkan apa- apa’, serta semangatku menyurut, jika harus berjalan lambat terus menerus.

Dan karenanya, apa boleh buat, seringkali jika aku masih bisa memilih, tak kupilih situasi dimana aku harus berjalan lambat seperti itu. Karena berada dalam situasi semacam itu dalam jangka panjang tak dapat memacu adrenalin untuk memunculkan gairah yang dibutuhkan dalam menghadapi hari baru…

***



Anyway…

Pada akhirnya, aku kembali pada suatu paham dasar.

Perbedaan yang ada itu memang sudah ‘dari sananya’ ada.

Walau kucoba untuk memahami, tapi aku sendiri tak selalu menahan langkah. Aku mencoba berpikir dan bertindak dengan dasar pemikiran bahwa setiap manusia itu merdeka. Dan karenanya, sepanjang niatku (mudah-mudahan) baik, sepanjang tujuanku (mudah- mudahan juga) adalah untuk kebaikan dan tak melanggar hak orang lain, kulakukan saja apa yang menurutku harus dilakukan.

Dipahami atau tak dipahami, itu lain soal.

Sebab dalam setiap diri manusia ada satu hal yang dibutuhkannya, yaitu rasa bahwa dia telah mencapai sesuatu. Dan ukurannya berbeda- beda.

Aku yakin sekali, waktu akan bisa membantu menjawab banyak pertanyaan.

Bagiku, lebih baik bersabar untuk membiarkan waktu menjawab semuanya daripada duduk berpangku tangan tak melakukan apa- apa sebab khawatir bahwa apa yang dilakukan itu tak dimengerti orang.

Karena, bahkan hal- hal kecil yang pernah kita lakukan ketika kelak terbukti bahwa hal tersebut baik dan berguna, sungguh menyenangkan hati.

Seperti ketika kudapati baru- baru ini, sebuah poster yang kubuat hampir tiga tahun yang lalu, saat aku ingin mengkampanyekan suatu hal ternyata masih dipajang sampai hari ini.

***



Tiga tahun…

Aku sendiri telah mengerjakan beragam pekerjaan lain yang sangat beragam di unit yang berbeda- beda setelah itu.

Membuat poster itu pekerjaan ‘kecil’ yang bahkan tak tertulis dalam job description-ku.

Tapi sungguh, hatiku terlonjak girang ketika melihat fakta itu. Melihat bahwa pemikiranku hampir tiga tahun yang lalu, kampanye yang kuupayakan, ternyata masih relevan dan berguna hingga saat ini.

Jadi seperti yang kukatakan sebelumnya, tak perlu memusingkan mengenai selangkah, dua langkah, duapuluh atau lima puluh langkahkah sesuatu yang kita lakukan itu. Sebab ukuran bisa berbeda, maka hal tersebut tak lagi menjadi penting.

Just do it.

Dan biarkan waktu yang menguji…

p.s. i love you


*** bagian ketiga dari serangkaian tulisan - TAMAT ***


picture taken from: http://www.barefootsworld.net/

13 comments:

berwisata said...

Saya tertarik dgn tulisan di alinea terakhir. Yang penting tetap melangkah kedepan.. Salam pagi

terimakasih... salam juga... d.~

dirtyharry said...

Yang mbak deskripsikan dengan gamblang tentu saja dapat dengan mudah diresapi maknanya bagi banyak orang, namun dengan catatan orang tersebut harus memiliki kapasitas minimum yang nilainya cukup untuk masuk kedalam lingkup kapasitas yang mbak punyai. Belajar bareng dengan PLN yang sering kecolongan "short contact" sampai travonya meledak, mbak dengan jeli telah menandai WAKTU yang berfungsi sebagai swicht yang menghubungkan jaringan komunikasi antar manusia yang secara orang per orang memiliki kapasitas spesifik sesuai fungsi kodratinya. Dan corak yang berbedapun tumbuh semarak secara acak. Solusinya, atau paling tidak petunjuk ke arah itu sudah dipersiapkan oleh alam jauh semenjak proses perencanaannya. Kita tinggal pilih sesuai keperluan dan biarkan imajinasi kita merampungkannya. Lantaran mbak sudah menemukan sesuatu yang maha penting, yaitu salah satu fungsi waktu yang multi kompleks, maka mbak, suka atau tidak, akan didaulat untuk menjalani tugas selanjutnya, yaitu mencari penemuan baru. Atau bahkan mencari sesuatu yang telah lama hilang dari serambi jiwa banyak orang, yaitu hati nurani...Selamat bekerja, wasalam, trims.

aaahhhhh... komentar semacam ini memang hanya akan bisa muncul dari seseorang yang sangat bijak yang sudah banyak makan asam garam kehidupan...

yang masih belajar-belajar dan sering ngga sabar kayak aku siiih... tertatih- tatih deh... ( dan aduh, kalimat 'suka atau tidak suka' itu... tepat sekali :-) . kalau boleh milih sih, enakan tidak usah saja kali ya? tapi tampaknya memang... apa boleh buat... suka atau tidak suka, ada banyak situasi yang membuat kita tak bisa memilih... )

terimakasih untuk komentar ini. terharu sekali dapat komentar semacam ini. terimakasiiiihhhh sekali... ( senang bisa dimengerti, ha ha ha... ) ;-) d.~

Kang Yudhie said...

Dalam menjalani hidup kadang kita banyak dipusingkan tentang apa yang akan kita lakukan Esok Hari dan Hari Hari kedepan selanjutnya... tapi sebenarnya Kehidupan itu mengalir sendiri bagaikan air disungai, walaupun sebenarnya banyak aral melintang, namun akhirnya tercapai juga titik akhir dari sebuah jalan hidup...

ada saat2 tertentu dimana kiat yang benar memang 'just follow the flow' ya? :-) d.~

Media Indonesia said...

hidup ga hanya 1 atau 2,3 langkah .
tapi terus melangkah ke depan .
so lakuin yang ada di depan mata kita .
salam kenal .

salam kenal kembali... d.~

Asrul said...

Jadi ingat saat Astronot pertama kali mendarat di bulan, ketika meletakkan kaki kirinya Armstrong menyatakan: "Itu satu langkah kecil bagi manusia, satu lompatan raksasa bagi umat manusia."

think big, start small... :-) d.~

cyperus said...

hehehe.. Diuji waktu...

cara yang hampir selalu akurat hasilnya, kan? :-) d.~

rian punya blog said...

Luar biasa. Terkadang kita menyepelekan satu langkah kecil yg bisa kita perbuat, padahal itulah yg menjadi penentu langkah2 kita selanjutnya. Trima kasih buat pencerahannya..

terimakasih juga sudah mampir... d.~

Lamunadi said...

Yg pernah sy dengar/ baca juga gitu, seribu langkah besar dimulai dari satu langkah kecil ... :)

Salam. 8-)

bener mas.. dan kalau yg satu langkah pertama itu ngga pernah dilakukan, yang seribu memang ngga akan pernah tercapai, ya? salam kembali... :-) d.~

sepatu said...

nice post, sekecil apapun langkah pasti sgt berguna

dengan catatan langkahnya ke arah yg benar, tidak nyasar :-) terimakasih kunjungannya ya... d.~

kontraktor said...

seribu langkah dimulai dari satu langkah

benar.. terimakasih ya? d.~

Ve said...

Tante Dee

Mau dong dibuatkan step by step nya special for me yaaaaa... supaya aku bisa kayak mentee tante Dee

weleh... catat dulu rumus pertama ini: apa-apa itu harus dilakukan sesuai kebutuhan.

step by step guidance hanya diberikan pada orang-orang yg membutuhkan. kalau ada orang yang bisa dikasih tau 1 langkah awal untuk mencapai 75 langkah secara mandiri, ngapain repot-repot bikin step by step guidance? itu namanya ngga efisien, neng, menghambur-hamburkan waktu dan tenaga ngga berguna aja :-)

btw, nice try, but don't expect too much. not for you, definitely... :lol: :mrgreen: d.~

Kuliner said...

salam kenal !! .
satu langkah pertama mengawali langkah.langkah berikutnya .

salam kenal kembali. terimakasih sudah mampir. d.~

Marissa35Hobbs said...

I guess that to get the mortgage loans from creditors you should have a firm motivation. Nevertheless, once I've got a credit loan, because I wanted to buy a house.

Post a Comment