Aurora

Senja dan teh yang mengepul hangat…

DEE mengaduk gula di dalam cangkir secara perlahan. Ini satu dari sedikit kegiatan yang masih dilakukannya secara manual diantara hal lain yang sudah diotomatisasi.

Tidak bagi secangkir teh hangat untuk Kuti.

Dee tak pernah merelakan hal tersebut diambil alih oleh mesin. Sejak puluhan tahun yang lalu saat mereka baru menikah sampai hari ini, ketika mereka sudah bercucu, membuatkan secangkir teh bagi suaminya dilakukan Dee atas nama cinta. Tak kan dibiarkannya mesin mengambil alih kegiatan ini.

Dee menghampiri Kuti yang sedang membaca berita sore di ruang depan. Di masa kini, berita tak lagi dicetak di lembaran kertas. Kuti saat itu memegang sebuah alat yang sedikit lebih kecil dari telapak tangannya. Dia hanya perlu menyentuhkan ujung jari pada layar alat tersebut untuk memunculkan berita- berita terkini.

aurora




Pintu rumah terbuka. Sepi diluar.

Tak seperti dulu ketika ketiga anaknya Pradipta serta si kembar Nareswara dan Nareswari masih kecil dimana saat senja hari ada banyak anak kecil bermain di halaman dan di jalan- jalan sekitar rumah mereka dan jerit tawa sering terdengar saat mereka bermain itu, anak- anak masa kini lebih terbiasa bermain di dalam rumah dengan beragam permainan di komputer maupun mendengarkan musik dan film yang juga mereka download dari komputer tersebut daripada berlarian di halaman.

Dee melirik jam di dinding. Ditekannya sebuah tombol kecil di bawah jam tersebut dan sebuah layar terbuka.

Kuti menoleh ke arah layar yang muncul tersebut. Dia tersenyum melihat dua wajah mungil muncul di sana.

Dhanapati dan Kiran, cucunya, putra dan putri Pradipta.

Keduanya tampak melambai senang.

“ Kakek! “ Kiran dengan gembira berseru.

Kuti tertawa menyambut panggilan tersebut.

Dee tersenyum maklum. Dia selalu menjadi orang kedua setelah Kuti yang akan disapa oleh Kiran yang memang sangat dekat dengan kakeknya.

“ Nenek… “ kata Kiran.

“ Hallo sayang, “ kata Dee, “ Sedang apa? “

“ Bikin PR, nek… “ jawab Kiran.

Dee mengangguk.

“ Kakak sedang apa? “ tanya Dee.

aurora-9



Tampak di layar Dhanapati sedang duduk menghadapi komputer. Mendengar pertanyaan Dee, dia memutar layar komputernya agar tertangkap kamera yang kemudian memantulkan gambar tersebut ke layar yang ada di ruang tamu rumah Dee dan Kuti.

“ Aku bikin PR juga, Nek, “ jawabnya, “ Tentang peta dunia…”

Dee mengamati peta yang ada di hadapan Dhanapati. Peta tersebut agak berbeda dengan peta yang dulu dilihatnya ketika dia sendiri masih sekolah sebab saat ini beberapa benua telah berpindah letak.

Dee tahu bahwa benua- benua di muka bumi bergerak beberapa inci setiap tahun. Sekarang, gambar benua Australia terletak lebih ke Utara dibandingkan gambar benua yang sama di peta yang dikenal Dee berpuluh tahun lalu.

Juga tampak retakan antara Amerika Utara dan Amerika Selatan. Benua itu mulai terbelah.

Dee teringat apa yang pernah dibacanya puluhan tahun yang lalu bahwa kelak dunia baru akan terbentuk. Benua Australia akan terletak jauh lebih Utara dari letaknya sekarang, sementara Amerika Utara akan terpisah dengan Amerika Selatan.

“ Papa dan Mama masih kerja? “ tanya Dee pada Dhanapati.



Dhanapati mengangguk. Papanya, Pradipta, memang masih bekerja di ruang sebelah yang berfungsi sebagai kantor. Mamanya juga bekerja, di sebuah ruang lain yang terhubung oleh sebuah pintu dengan ruangan yang digunakan Pradipta.

“ Ya sudahlah, “ jawab Dee. “ Nanti hari Sabtu kalian nginap di sini kan? “ tanyanya lagi.

Para cucunya memang biasa menginap di rumah Dee dan Kuti pada akhir minggu.

Serentak Dhanapati dan Kiran mengangguk. Ya.

Dee dan Kuti tersenyum senang. Rumah mereka terletak sangat  berdekatan sebenarnya, tapi kunjungan para cucu di akhir minggu tetap saja selalu terasa istimewa.

Pembicaraan disudahi. Dee menekan lagi tombol di hadapannya. Layar segera tertutup dan tak lagi terlihat.

***



Dee duduk di samping Kuti.

Dihirupnya tehnya perlahan.

Kuti sendiri belum menyentuh cangkir di hadapannya. Dia masih sibuk menyentuhkan jemarinya ke perangkat yang dipegangnya. Dee mengamati apa yang dikerjakan sang suami dan mendapati bahwa Kuti tak lagi sedang membaca koran.

Dee memperhatikan lebih teliti. Kuti tampak seperti sedang memesan ticket pesawat. Hendak kemana dia?

aurora-7



Dilihatnya sang suami memasukkan sebuah tanggal ke dalam sebuah kolom.

5 Desember.

Dada Dee berdesir.

5 Desember adalah hari ulang tahun pernikahan mereka.

Dan…

“ Dee… “ tiba- tiba terdengar suara Kuti, “ Masih ingin lihat aurora? “

Oh…



Mata Dee gemerlap.

Tentu saja. Tentu saja dia mau...

Kuti tertawa.

“ Ini, barusan aku cek perkiraan tanggal tentang munculnya aurora di kolom prakiraan cuaca, dan kemungkinan besar tanggal 5 Desember nanti aurora akan muncul di tempat ini... “

Kuti menunjuk titik tertentu pada peta yang muncul di layar. Sebuah kota di suatu negara.

" Kita pergi ke sana, ya? " kata Kuti lagi kemudian.

Dee gembira luar biasa. Ah, Kuti selalu saja tahu bagaimana cara menyenangkan hatinya.

Dee ingat dulu... duluuuuu sekali, berpuluh tahun yang lalu, ketika dia membuat sebuah posting tentang Pesta Blogger dan tema tentang Keragaman yang diusung saat itu, Kuti berkomentar, “ Memang Dee, hal yang berbeda, bahkan berlawanan seringkali saat berinteraksi bisa menghasilkan keindahan. Pelangi ada karena hujan dan cahaya matahari. Aurora, begitu juga halnya. “

aurora-4 



Dee membayangkan aurora, semburat cahaya cantik yang disebabkan oleh pertarungan medan magnetik dan plasma matahari. Energi akibat saling pengaruh itu ditransfer pada medan magnetik ke partikel yang membentuk aurora.

Aurora bisa ditemukan pada musim dingin di daerah yang dekat dengan Kutub Utara atau Selatan .

Dee ingat bahwa dulu itu dengan iseng dia berkomentar, “ Kapan- kapan, kita rayakan ulang tahun pernikahan kita dengan menyaksikan aurora itu ya ‘yang? “

Tak diduganya bahwa apa yang disampaikannya secara iseng berpuluh tahun lalu itu ternyata masih diingat Kuti dan tak lama lagi akan terwujud.

Dee sungguh bahagia. Dia menatap sang suami yang saat itu sedang meneguk teh hangat dengan penuh cinta.

Cinta yang tak pernah berkurang sedikitpun sejak puluhan tahun yang lalu...

p.s.

Tulisan tentang aurora ini terinspirasi oleh artikel "Brian J O’ Brien: Dari Ruang Angkasa Untuk Bumi”, Kompas, Selasa 9 November 2010.

i  ♥ u



pictures of aurora taken from: www.nationalgeographic.com,  http://www.pbase.com/orvaratli/icelandic_aurora &  www.alaskaphotographics.com

6 comments:

Srex said...

iya....pancaran neon alam di atmosfir....suatu kehangatan yg terpancar di lingkungan yg dingin menyiksa. Kehangatan yang selalu hadir di keluarga yg penuh cinta.

he he... iya... aurora itu indah tapi tetap aja kesannya 'gelap' ya? pelangi lebih ceria dan bikin hati cerah :-) d.~

sandalilang said...

kayaknya lanjut lagi nih cerita edisi berpuluh tahun mendatang... :) lanjoot!

ha ha... semoga aja blog rumahkayu usianya panjang sampai berpuluh tahun mendatang ya, jadi yg sekarang ditulis sebagai sci-fi nanti bisa disambung dengan cerita saat itu ( mesti koleksi nama yg banyak, sebab saat itu nareswara & nareswari mungkin juga udah punya anak... ) :-D d.~

Fifi Calista said...

Halo Mba.... Salam kenal :)

Aku pengunjung baru yg langsung jatuh cinta pada blog ini.....
Sangat bagus sekali !!
Ga akan bosen berkunjung............
Selalu ditunggu karya2 selanjutnya y Mba :)

terimakasih... omong2, blog ini kami gawangi berdua, ada Dee dan Kuti di sini... salam! d.~

meiy said...

Dahsyat, imaginasi dan isi kepala yg fantastic. Perbedaan yg berjalan seirama slg melengkapi, kdg mencipta hal2 yg ajaib. Yin yang. Kdg aku menulis bhw my love adlh embun yg memerciki 'api'ku.

he he... tengkyu meiy... benar, yin-yang itu kan faham keseimbangan :-) d.~

mechta said...

Ah...auroranya cantiiik....hm, th ini kira2 muncul kapan & dimana ya? xixixi...

di dekat kutub yang pasti sih :-) d.~

sari said...

nice post
please visit this
repository hukum unand
thanks....

Post a Comment