One Hundred Steps Ahead

Tentang berpikir jauh ke depan...

MENARIK sekali membaca posting di blog Karel Anderson beberapa waktu yang lalu tentang bagaimana inisiatif dan kemampuan untuk mengantisipasi dan menganalisa situasi akan berdampak pada pencapaian prestasi yang cemerlang dalam pekerjaan.

Aku menyetujui apa yang dikatakan Karel itu, pun memahami pola pikir berlandaskan falsafah ‘begin with the end in mind’.

Begin with the end in mind, adalah cara berpikir yang tidak dimulai dari titik dimana kita berada saat ini, tapi titik akhir yang ingin kita tuju. Lalu dari titik itulah semua ditarik mundur ke belakang. Jadi, tujuannya dulu ditetapkan lalu setelah itu, baru beragam detail rencana teknis dan strategi untuk mencapai tujuan itu disiapkan.

step-ahead



Dengan begini, langkah- langkah yang diambil memang akan menjadi lebih efisien dan terfokus, karena tujuannya jelas...

***



Lepas dari bahwa aku sendiri menyetujui apa yang dikatakan Karel, aku ingin melengkapi tulisan itu dengan memberikan pandangan dari sisi yang lain.

Bahwa orang- orang yang terbiasa mempunyai inisiatif untuk melakukan pekerjaan dengan cara atau hasil yang lebih dari yang diminta, hanya akan dapat berkembang secara maksimal jika situasi kondusif. Orang- orang semacam ini perlu diberi ruang untuk berpikir dan melakukan tindakan yang kreatif. Yang out of the box, atau mungkin bahkan no box.

Selain itu, lingkungan kerja dan atasan yang mengerti dan memahami pola pikirnya juga akan sangat membantu. Sebab, seringkali sebetulnya situasi yang dihadapi oleh orang- orang yang potensial dan penuh inisiatif seperti ini adalah situasi yang tak mudah.

Rintangan terbesar biasanya bukan tentang apakah dia sendiri bisa mengerjakan pekerjaannya dengan baik atau tidak, tapi apakah ide- idenya (yang mungkin melompat beberapa langkah ke depan dibandingkan dengan ide- ide orang lain ) diterima dengan baik.

Apakah kepercayaan cukup diberikan pada orang itu.

Apakah lingkungan kerja mengijinkan terjadinya perbedaan pendapat.

Sebab adakalanya ketika orang yang potensial ini sudah tiba di titik T, orang- orang lain baru tiba di titik F dan yang lebih rumit lagi, saat orang berada di titik F, bagi mereka titik T itu tak tampak. Situasi seperti ini bisa menjadi potensi penyebab gesekan, sebab ketika seseorang yang sudah berapa di titik T memberikan analisa dari suatu masalah, maka pendapatnya bisa jadi sangat besar gap-nya dengan analisa yang dapat diberikan oleh orang yang masih berada di titik F.

Gap yang terjadi antara teman sekerja yang selevel saja sudah akan cukup merepotkan. Di luar itu, masih ada lagi kemungkinan bahwa sang atasan ternyata juga laju larinya tak secepat orang yang potensial ini. Ketika orang potensial ini sudah berada di titik T, atasan yang ternyata kalah kemampuannya dengan sang anak buah baru sampai titik F. Dan jika ini terjadi, ada kemungkinan bahwa kesimpulan sang anak buah akan diabaikan begitu saja karena dianggap kurang tepat, walau sang anak buah sendiri yakin seyakin- yakinnya bahwa solusi yang dia tawarkan itu tepat.

Akibatnya, rasa frustrasilah yang akan muncul. Baik anak buah maupun atasan sama- sama frustrasi karena tak dapat saling memahami.

Anak buah yang potensial akan dengan segera menurun semangatnya jika hal ini sampai terjadi. Ketika dia merasa buah pikirannya sama sekali tidak dihargai, atau diabaikan padahal dia yakin analisanya akurat, ketika itulah tingkat kepuasan kerja mulai menurun. Anak buah yang cemerlang tersebut akan gelisah dan alih- alih promosi, bisa saja kegelisahan ini kelak berujung pada pengunduran diri.

Jadi, kesimpulannya, untuk dapat menghasilkan prestasi yang cemerlang, maka selain bahwa pekerjaan itu dipegang oleh orang yang tepat, ada beberapa support system yang sangat dibutuhkan, yaitu diberikannya ruang untuk keleluasaan berpikir, kebebasan untuk mengatakan opini serta menyatakan perbedaan pendapat serta dihargainya ide- ide yang mungkin agak berbeda dengan ide orang- orang di sekitarnya

Salah satu faktor yang penting adalah juga atasan yang memberi peluang pada anak buahnya untuk maju. Atasan yang memberikan kesempatan luas pada anak buahnya agar berkembang dengan baik serta mengerti bahwa salah satu tugas utama atasan adalah menyiapkan ‘the future leader’ dan karenanya dia akan membukakan peluang dan juga memberikan keleluasaan serta dukungan pada anak buahnya untuk berkembang secara penuh.

Tanpa itu semua, orang- orang yang potensial dan penuh inisiatif akan tersia- sia. Alih- alih menjadi makin cemerlang, jika support system yang baik tak tersedia, orang- orang seperti ini akan menurun prestasinya...

p.s. i love you

picture taken from: www.cemper.com

( bersambung )

4 comments:

karel said...

Hehehe... Namaku disebut-sebut...
Keren bgt melengkapinya, ntar aq link kesini juga postinganku. :)

Tp bersambung ya? Dah kaya cinta fitri aja. Hehehe... Ditunggu sambungannya ya...

haha... untuk topik tertentu kita memang gak bisa jika hanya menulis untuk satu episode... kadang2 sinetron memang kalah lho, hehehe ;) ~k


p.s. ini bukan cinta fitri.. ini senandung cinta dari rumah kayu, he he he :P d.~

erryandriyati said...

Lhooooo...
kok bersambung????
*nongkrongin sambungan nya akh*...hihihi...

sambungannya dalam waktu dekat kata dee, makanya jangan jauh2 ya? hehehe ;) ~k


p.s. haaahhh? kuti nakalll.. siapa bilang aku mau nulis dalam waktu dekat? itu pasti kuti ngarep.com... kuti kan paling senang kalo aku nulis cerbung begini, ha ha ha.. dia jadinya giliran nulisnya tertunda, ha ha ha :lol: :mrgreen: ;- ) d.~

erryandriyati said...

Sebenerr nya mah solusi yang paling cepet adalah...

Segera kumpulin modal sebanyak banyak nya...
dan cepet cepet buka usaha sendiri...
Sehingga kita bisa lebih bebas ber kreasi...

*lho...kok jadi curhat yak...hihihi...*

ini solusi paling cepet apa solusi paling bener, ry?

bisa jadi ini adalah solusi (paling) bener... hanya saja yg namanya ngumpulin modal, kecuali dari warisan, atau ujug2 dapat bonus atau dapat undian 1 milyar ( atau jadi juara IMB? ha ha ha :mrgreen: ) rasanya untuk kebanyakan orang sih ngga bisa terlalu cepat juga ya. tetap perlu waktu.

tapi aku rasanya setuju deh sama komen ini. orang2 yang suka mikir dengan ide yang beda sama orang lain, yang sebel kalo diatur- atur sama boss yang rada 'oon ( hihihi :lol: ) memang mendingan kerja sendiri. bebas ngeluarin idenya, bebas ngatur- ngatur semaunya sendiri, bisa menerapkan segala idealismenya tanpa perlu bersitegang dengan kanan kiri *namanya juga owner*

walau perlu diingat juga, usaha sendiri itu, kenapa ngga semua orang bisa (atau berani melakukannya), risk-nya besar. walau returnya juga kalau sukses, memang besar. ya rumus lama yang sudah kita tau deh: high risk, high return... :-)

btw, jadi ini solusi soal sukabumi vs. bandung itukah? ;-)

d.~

sukangeblog said...

Wah, baca posting ini aku baru ingat kalu udah lamaaaaaaa sekali aku gak main catur (gak ada hubungannya ya? hehehe) ;)

solusinya, mungkin kita memang gak perlu memikirkan hingga 20 langkah ke depan. cukup tiga hingga lima langkah ke depan aja, spy gak menimbulkan kesenjangan. kalu di catur, yang bisa mikir hingga 20 langkah ke depan itu udah kelas grandmaster macam kasparov. kalu aku sih bisanya dua hingga tiga langkah, hehehe

solusi sekaligus curhat dari erryandriyati jg bisa dipertimbangkan ;)

hehehe... ntar jawaban komen ini dimasukin di posting sambungannya aja yaaa? :-) d.~

Post a Comment