Kehadiran Suami di Ruang Bersalin Itu...

Mentari bersinar hangat.

Dee dan Kuti duduk bersisian, masing- masing memangku seorang bayi. Pradipta duduk di dekat mereka, memperhatikan kedua adiknya.

“ Bunda, “ kata Pradipta, “ Adik tahu kalau aku pegang tangannya, setiap aku sentuh, adik langsung pegang jariku… “

Dee dan Kuti tersenyum.

twins



“ Ya, Dipta, “ jawab Dee pada Pradipta yang kini telah menjadi kakak, “ Bayi- bayi semua begitu, itu gerak refleksnya. “

Kuti memperhatikan Pradipta dan tatkala dilihatnya si kecil itu mengangguk, dia tak menambahkan apapun pada kalimat Dee. Anggukan Pradipta menunjukkan bahwa dia mengerti arti kata ‘refleks’. Biasanya jika tak mengerti arti suatu kata, Pradipta akan menanyakan arti kata tersebut.

Pradipta telah tumbuh besar sekarang. Kuti mengamati bahwa si kecil ini seringkali menambah perbendaharaan kata- katanya dengan kosa kata yang menurut Kuti sulit dan jarang digunakan. Entah darimana didapatkannya kata- kata tersebut. Mungkin dari televisi, mungkin juga dari… koran.

Ada suatu periode beberapa saat yang lalu dimana Pradipta senang sekali meniru apapun yang dilakukan Kuti. Gayanya berpakaian, juga berbicara. Seringkali Pradipta cilik berpamitan pada bundanya bahwa dia akan berangkat ke kantor. “ Seperti Papa, “ katanya.

Kebiasaan membaca koran dimulai pada saat itu. Sebab Pradipta memperhatikan bahwa Kuti selalu membaca koran secara teratur, dia ikut- ikutan membaca koran. Dan rupanya dia betul- betul membacanya sebab kadangkala dia menanyakan ini dan itu tentang berita- berita yang dibacanya di koran pada orang tuanya.

Kebiasaan membaca koran itu berlanjut hingga saat ini, walau periode menirunya sudah mulai berkurang. Pradipta tak lagi membawa tas dan memakai kemeja lalu berpamitan hendak pergi ke kantor seperti dulu, walau dia akan tampak senang sekali jika kebetulan mereka memiliki baju yang sama dan bisa menggunakannya bersama- sama.

“ Papa pakai kaos yang biru ya Pa.. “ begitu Pradipta pada suatu hari meminta. Dan dia terlonjak senang saat Kuti menuruti permintaannya.

Lain kali, saat Kuti telah lebih dulu berpakaian, Pradipta yang baru selesai mandi lalu juga mengambil t-shirt serupa dari lemarinya agar dapat tampil seragam dengan papanya.

Lucu sekali…

***



Kuti mengamati bayi yang sedang dipangkunya. Dihadapkannya punggung bayi tersebut ke arah matahari. Di sebelahnya, Dee melakukan hal serupa dengan bayi yang satu lagi.

Dee dan kedua bintang kembar – begitu Kuti dan Dee menyebut bayi mereka – sudah pulang kembali ke rumah. Dan betapa besar pengaruh adanya bayi di dalam sebuah rumah. Harum rempah- rempah dan melati yang biasanya terhambur di ruangan- ruangan di rumahkayu sebab Dee biasa menaruh rempah dan bebungaan dalam wadah- wadah mungil untuk pewangi ruangan saat ini berganti dengan keharuman minyak telon dan sabun serta bedak bayi.

Dee menggeser bayinya sedikit, kini menghadapkan kaki- kaki mungil sang bayi ke arah matahari. Kuti melakukan tindakan yang sama dengan bayi lain yang dipangkunya.

Pradipta, sementara itu, sudah berlari ke bawah pohon mangga, sebab dia tertarik perhatiannya pada sebuah mangga yang tergeletak di tanah. Dia ingin melihat apakah mangga itu jatuh dengan utuh atau berlubang sebab dimakan kelelawar…

***



Kuti membalikkan arah bayi yang dipangkunya. Begitu pula Dee. Berusaha agar sinar matahari mengenai kulit bayi- bayi tersebut secara merata.

Kedua bayi itu sendiri tampak mengantuk dan setengah tertidur.

Kuti tersenyum memandangi kedua bayi kembarnya. Ah, bahagia sekali rasanya. Semua penantian, harap- harap cemas serta rasa khawatir saat menanti kelahiran sang bayi lenyap sudah…

Dan ingatan tentang saat- saat dimana dia sungguh cemas menanti saat kelahiran kedua bayinya ini muncul kembali dalam angan Kuti.

Begitu juga dengan…

Kuti mengamati sang istri. Menimbang- nimbang apakah sebaiknya ditanyakannya saja atau tidak suatu hal yang sungguh ingin diketahuinya.

“ Dee, “ katanya pada sang istri. Dee menoleh.

Kuti tidak dengan segera melanjutkan kalimatnya.

“ ‘yang… “ kata Kuti lagi.

Dee menatap suaminya dengan pandang bertanya. Dia diam dan menanti.

“ Kamu nggak apa- apa kan waktu itu aku nggak masuk ke ruang bersalin? “

Oh, itu, rupanya, pikir Dee. Topik itu yang ingin dibicarakan Kuti.

Dee tersenyum. Dia sudah hendak menjawab pertanyaan suaminya itu ketika tiba- tiba Pradipta datang menghampiri.

“ Bunda, ada tamu… “ katanya.

Dee dan Kuti mengangkat kepala mereka dan melihat ada beberapa orang berdiri di depan pagar rumah mereka. Dengan segera Dee tertawa lebar melihat siapa yang datang. Dia senang sekali. Kawan- kawan lama dari masa sekolahnya datang menjenguk, rupanya.

Mereka memang kemarin mengatakan bahwa hari ini mereka akan datang menengok Dee dan bayi- bayinya ke rumah sebab saat Dee berada di rumah sakit mereka belum sempat datang kesana.

Dee berdiri melangkah ke depan pintu pagar, diikuti oleh Kuti. Dan... baru saat mereka tiba di depan pagar itulah mereka menyadari bahwa akan sulit sekali membuka kunci pintu pagar saat keduanya sama- sama menggendong seorang bayi.

Dee dan Kuti saling bertukar pandang dan tersenyum. Ah, seni memiliki bayi kembar akan segera memenuhi hari- hari mereka. Kesulitan membuka kunci pagar ini barulah hal pertama dari semua itu.

Kuti bergegas masuk kembali ke dalam rumah untuk meletakkan bayi yang digendongnya dan kembali ke pagar untuk membuka kait kuncinya. Setelah itu, Dee dan Kuti mempersilahkan kawan- kawan mereka untuk masuk ke dalam rumah.

Mudah diduga, segera saja mereka asyik mengobrol mengenai beragam hal. Percakapan Dee dan Kuti mengenai bagaimana pendapat Dee tentang Kuti yang tak turut masuk ke ruang persalinan tertunda untuk sementara...

p.s. i love you

picture taken from : www.clipartof.com

8 comments:

Pojok Pradna said...

sukurlah yang bertamu itu kawan-kawan lama...bukan dari Carangpedopo (kawatir mereka yang suka bikin rusuh).

Soalnya warga Carangpedopo sedang liburan...seperti biasa (jangan baca: sedang males posting Obrolan Sore).

waaah, padahal ya, kawan2 dari Carangpedopo itu tamu favorit kita lhooo... obrolannya seru-seru dan menggelitik ! :-) d.~

iLLa said...

wah.. lama tidak mengikuti cerita ini, tau2 si pradipta udah punya adek ya ^^
namanya siapa? ditunggu versi lengkapnya di buku
ini harus masuk dalam koleksi loh, kayak yg pertama :D

dheminto said...

lho, perasaan kemarin aku dan koment, kok gak ada ya, pa dibuang ya..?

weleeehh.. masa dibuang tho mas.. wong kita seneengggg bangettt ngeliat mas dheminto muncul lagi di sini setelah sekian lama...

ada dwong komennya, tapi di posting yg lain, di sini :-) -- blog rumahkayu masih agak 'hiperaktif' kayak biasa koq.. jadi selang dua hari postingnya udah ganti... he he... makasih ya, sudah mampir dan kasih komen. kita senang sekali... d.~

Lamunadi said...

Lama ga bertamu, tau-tau udah punya 'bintang kembar' .
Congratz yaa ... Semoga semakin bertambah kebahagiaan di rumah kayu.

Salam. 8-)

Kang Yudhie said...

salam kenal untuk dee da kuti... :D cerita yang menarik...

igasbujang said...

nice post

elly.s said...

mengharukan...
jd jawabanmu apa??
apakah kamu nggak papa si hubby gk nungguin didalam kamar bersalin??

tsefull said...

Wah,ternyata punya anak kembar,pasti lucu deh....ngemesin.katanya kalo kembar karena keturunan ya...
Selamat...selamat

Post a Comment