Bagaimana Membedakan Sang Bintang Kembar?

Pagi yang sejuk.

EMBUN masih menggantung di ujung daun. Di kejauhan, gunung dan hutan cemara terlihat samar karena tertutup kabut.

Dee duduk di dekat jendela. Menikmati semilir angin yang menyapa kulit. Memandangi hutan cemara sambil memberikan ASI pada salah seorang bayinya yang mulai kenyang dan mengantuk.

Di sisi lain rumah kayu, Kuti juga berdiri di depan jendela. Menggendong bayi yang seorang lagi. Dari jendela dimana Kuti berdiri tampak sederetan pohon jacaranda dengan bunga- bunga ungu yang memenuhi pohon.

jacaranda



Refleks, Kuti menoleh ke arah Dee. Pohon berbunga ungu itu ditanam di halaman rumah mereka atas permintaan Dee yang sejak lama jatuh cinta pada jenis bunga tersebut. Ternyata secara kebetulan, pada saat yang sama istrinya juga sedang memberikan kode pada Kuti dengan mengangguk pada bayi yang tadi sedang diberinya ASI.

Kuti dengan segera mengerti. Dia berjalan mendekati sang istri, menatap bayi dalam pangkuan Dee, meletakkan sejenak bayi yang dipangkunya di samping istrinya lalu mengambil seorang yang lain dari pangkuan sang istri. Dee sendiri, segera setelah tangannya dapat bergerak dengan bebas, meraih bayi yang baru saja diletakkan di di sampingnya dan siap- siap memberinya ASI.

Seperti hari- hari yang lalu, kegiatan Dee tak jauh dari memberi ASI pada bayi- bayinya. Rasanya hampir tak ada jeda untuk mengurus diri sendiri. Tapi, Dee sungguh menikmati hal tersebut. Memeluk bayi- bayinya sambil memberi ASI sungguh merupakan kebahagiaan luar biasa baginya.

Tak jauh dari papa, bunda dan kedua adik kembarnya, Pradipta tampak menulis sesuatu di selembar kertas. Sesaat kemudian, dia berhenti menulis dan membaca sejenak apa yang ditulisnya. Lalu dia berjalan menghampiri kedua orang tuanya yang sekarang duduk bersisian sambil masing- masing menggendong seorang bayi

Dengan pandangan ingin tahu, Pradipta mengamati kedua bayi tersebut dan kemudian melihat ke tulisan yang dibuatnya di atas kertas. Sebab sang bunda sibuk memberi ASI pada adiknya, Pradipta menoleh pada Kuti dan menyodorkan kertas yang dipegangnya.

“ Betul gitu nulisnya, Pa? “ tanya Pradipta pada Kuti.

Kuti mengangguk.

Dee melirik kertas yang dipegang Kuti dan tersenyum, lalu berkomentar, “ Betul Dipta, pintar! “

Pradipta tertawa senang.

Diambilnya kertas yang berisi tulisan yang dibuatnya tadi dan diejanya perlahan :

Mahanyana Nareswara



Diam sejenak, lalu…

Naristha Nareswari



Dee dan Kuti tersenyum lebar. Kedua nama yang baru saja disebutkan Pradipta adalah nama sang bintang kembar, kedua bayi yang belum lama berselang dilahirkan oleh Dee.

Pradipta berdiri di depan orang tua dan kedua bayi kembar mungil adik- adiknya. Memperhatikan keduanya dengan penuh minat dan bertanya pada Kuti, “ Papa.. yang mana adik Nareswara, yang mana Nareswari? “

Kuti memperhatikan bayi yang digendongnya, lalu menoleh pada seorang bayi lain yang sedang diberi ASI oleh sang bunda.

Dee menyembunyikan senyumnya. Dia sendiri sudah sejak beberapa waktu yang lalu dapat membedakan kedua bayi kembarnya bahkan saat keduanya terbungkus pakaian. Senyum Dee makin lebar ketika didengarnya Kuti menjawab pertanyaan Pradipta dengan, “ Papa tidak bisa membedakan, Dipta… coba tanya Bunda… “

Dee tertawa geli. Disusul tawa Kuti dan si sulung Pradipta. Tawa mereka menyebar menghangati seluruh rumah kayu…

p.s. i love you

picture taken from: infojardin.com

3 comments:

Mechta said...

Ah....akhirnya nama si kembar muncul juga... Boleh tahu arti nama itu?

Haaa.. yang ini biar dijawab Kuti aja yaaa... Mari kita test, apakah kalau ngga bisa bedain bayi, Kuti bisa ngafalin arti nama bayi, atau juga ngga bisa... ha ha ha :mrgreen: ;-) :lol: d.~

sukangeblog said...

~ dan nama panggilannya 'swara' dan 'swari'? hehehe ;)

nama panggilannya Nara, Oom.. :-) d.~

bolang said...

wah si kembar jadi pingin gendong juga saya

he he, bayi- bayi memang menggemaskan ya? :-) d.~

Post a Comment