Kisah Sepotong Roti

Hujan gerimis menderas menjadi besar...

DEE yang sedang duduk di teras depan rumah bangkit berdiri. Dia hendak menutup jendela kamar dimana si kembar sedang tidur.

Saat dia hendak masuk ke rumah dilihatnya seseorang bergegas setengah berlari melintas di muka pagarnya. Dee dengan segera mengenali orang tersebut.

" Sinta! " panggil Dee.

Perempuan itu menoleh. Dee berlari menuju pagar dan membukanya, " Darimana? Hujan besar. Nggak bawa payung? Ayo masuk saja dulu... "

Hujan makin deras.

Tawaran Dee disambut oleh orang yang dipanggil dengan nama Sinta itu. " Ya deh, daripada basah kuyup, " katanya.

" Mudah- mudahan hujannya cepat reda, " kata Sinta lagi.

Dee mengangguk. Sinta adalah tetangganya. Rumahnya tak jauh, hanya berselang beberapa rumah lagi saja dari rumah dia. Tapi dengan air yang mengguyur deras begini jarak pendek tersebut sudah akan cukup untuk membuat Sinta basah dari ujung kepala hingga ujung kaki.

Sinta masuk ke dalam rumah. Dee berpamintan sebentar padanya untuk menutup jendela kamar. Si kembar masih tertidur, mungkin udara yang menjadi sejuk sebab hujan membuat keduanya makin nyenyak.

Dee lalu kembali ke ruang depan sambil membawa dua cangkir teh hangat. Satu untuk Sinta, satu untuknya.

" Repot amat Dee, aku nggak lama... " komentar Sinta.

Dee tertawa. " Nggak apa- apa, cuma teh saja koq...  Eh, darimana tadi? "

" Dari sekolah Keshia, bertemu guru kelasnya, " jawab Sinta.

Oh begitu, pikir Dee. Keshia adalah anak sulung Sinta yang duduk di kelas 2 SD, sebaya dengan Pradipta, hanya saja Keshia bersekolah di sekolah yang berbeda dengan Pradipta.

" Ada urusan apa di sekolah? " tanya Dee pada Sinta. Dia tahu Sinta tak setiap hari mengantar jemput Keshia. Biasanya dia ke sekolah anaknya jika memang ada keperluan yang harus diurus.

Muka Sinta tiba- tiba tampak keruh, " Aduh, kesal aku Dee...  "

Lalu Sinta bercerita.

bread



Rupanya, Keshia tadi pagi meminta pada Sinta agar mulai hari ini bekal makanannya ditambah, menjadi berlipat dua dari biasanya.

Sinta bertanya ada apa, mengapa bekalnya harus berlipat dua.

Jawaban Keshia membuat Sinta terkejut.

" Kemarin aku nggak makan waktu istirahat, Ma... " jawab Keshia, " Rotiku diambil oleh temanku. "

" Diambil gimana? " tanya Sinta.

" Ya diambil. Temanku itu memang nggak bawa bekal, dan dia ambil rotiku... "

" Lalu? " tanya Dee.

" Ya itu, Dee, yang bikin aku kesal... " kata Sinta, " Bukan cuma karena Keshia jadi tak punya bekal saat istirahat kemarin, tapi... "

Dee menanti.

" Tapi... dia juga dimarahi gurunya. "

" Dimarahi gurunya kenapa? " tanya Dee.

" Ya itu. Gurunya ada di kelas saat istirahat itu dan Keshia bicara pada gurunya  tentang roti yang diambil kawannya itu. Tapi alih- alih dibela dia malah dimarahi... "

" Lho koq, dimarahi? " kata Dee.

" Justru itu! " Sinta tampak kesal sekali. " Gurunya berkata pada Keshia, jika roti Keshia sudah diambil kawannya ya sudah, berikan saja. Lalu dia juga berkata bahwa seharusnya Keshia membawa bekal roti dua potong, jadi jika sepotong diambil kawannya dia masih punya satu. Roti kan gampang didapat, jadi pasti Keshia bisa membawa dua. Kemudian panjang lebar gurunya menceramahi Keshia agar jangan pelit. Masa roti diambil temannya saja protes... "

Dee tercengang. Wah, bagaimana bisa begitu?

" Aku tadi bertemu gurunya, " kata Sinta. " Ini bukan cuma masalah sepotong roti, Dee. Ini adalah pendidikan yang tidak benar. Keshia dirampas hak-nya dan dimarahi pula. Jika hal tersebut terekam pada ingatannya hingga dewasa, bisa runyam nanti... "

Hmmm... Dee heran juga memang. Tak mengerti bagaimana guru sekolah Keshia bisa bersikap seperti itu.

" Lalu apa kata gurunya tadi? " tanya Dee ingin tahu.

" Huh, aku kesal sekali, " kata Sinta lagi, " Gurunya bersikeras sikapnya benar dan katanya dia sedang mengajarkan pada Keshia sikap senang berbagi dan setia kawan... "

Dee tercengang. Dia terlalu heran untuk dapat berkomentar...

p.s. i love you

** gambar diambil dari: www.preparedpantry.com **

4 comments:

blacktiger said...

sungguh, logika sang guru sangat-sangat mengkhawatirkan..

Meiy said...

Guru kaya gitu? Wow azaib bah!

rice2gold said...

Guru terminal Pulo Gadung kali? eh...guru gadungan maksudnya!

boyhidayat said...

BUKANNYA memang hanya segelintiran guru di indonesia ini mendidik dengan benar, selebihnya guru tersebut hanya mengajar, bukan mendidik.

Post a Comment