Lilin dari Anissa

Menjelang senja...

KUTI dan Dee duduk di beranda. Menikmati indahnya petang dan mereguk nikmatnya kedamaian. Pradipta baru saja kembali dari belajar bersama temannya dan sekarang sementara mandi. Si kembar baru saja terlelap setelah dimandikan.

Sambil menikmati indahnya petang, Kuti dan Dee mendiskusikan plot cerita silat yang mereka buat di padepokan rumahkayu.

"Eh 'yang, aku gak setuju lho kalu Putri Harum Hutan sampai tewas," kata Dee.

"Lho, siapa bilang dia bakal tewas?" balas Kuti sambil tersenyum geli.

"Tapi, di episode terakhir kan kamu beri kesan bahwa Putri Harum Hutan bakal meninggal? Aku gak mau Putri Harum Hutan tewas. Tidak dalam kisah ini," kata Dee, setengah merajuk.

Kuti tertawa. Tentu saja dia tak berniat menewaskan Putri Harum Hutan, yang merupakan salah satu tokoh pendukung yang peranannya cukup vital dalam cersil berjudul Darah di Wilwatikta itu.

"Dan... 'yang, nanti kalau cersil di padepokan diterbitkan, gimana jika kita gak pake nama pena? Gimana jika kita pake nama sendiri?" tanya Dee.

Kuti menganggukkan kepala. "Aku juga mikirnya gitu. Gak banyak blogger yang bisa bikin cersil. Jadi rugi jika hanya pake nama pena. Bagusan nama asli, hehehe," kata Kuti sambil mengedipkan matanya.

"Hahaha..."

Tawa keduanya terhenti ketika di depan jalan melintas seorang anak kecil. Bocah perempuan yang berusia sekitar 8-9 tahun.

Kuti dan Dee menatap bocah perempuan itu sampai dia hilang dari pandangan.

"Ah, kasihan sekali Anissa..." Dee berbisik lirih.

Kuti mengangguk, dan tiba-tiba merasa tenggorokannya seperti tercekik.

Sama halnya dengan semua penghuni kompleks, mereka mengenal Anissa, dan tahu apa yang dia lakukan setiap menjelang senja.

Sekitar tiga bulan lalu, bencana menimpa Anissa. Ayahnya meninggal dunia karena kecelakaan lalulintas.

Ayah Anissa bekerja di sebuah perusahaan swasta. Saat itu, usai jam kantor dia diundang temannya mengikuti perayaan ulang tahun. Ayah Anissa pulang lumayan larut.

Ayah Anissa--sebut saja namanya Burhan, membonceng di sepeda motor. Mereka kemudian ditabrak sebuah mobil yang dikemudikan seorang remaja. Teman Burhan yang mengemudi tewas di tempat. Tubuh Burhan terseret sampai sekitar 200 meter.

Burhan masih bernafas ketika dengan paksa tubuhnya ditarik dari bagian bawah mobil. Namun dia menghembuskan nafas yang terakhir dalam perjalanan ke rumah sakit.

Keluarganya mengenal Burhan sebagai ayah yang sangat menyayangi Anissa, putri tunggalnya yang kini duduk di kelas 3 SD. Setiap pulang kantor Burhan selalu menyempatkan diri membeli coklat batangan kecil untuk putrinya yang terkasih.

Karena terseret, pakaian di bagian punggung Burhan terkoyak hingga habis. Namun kerabatnya kemudian menemukan coklat batangan yang ditempatkan di saku celana yang masih utuh!!

Sejak ayahnya dimakamkan, setiap petang menjelang senja Anissa selalu pergi ke tempat kecelakaan yang menimpa ayahnya, yang letaknya sekitar 400 meter dari rumahnya. Di tempat itu, di tepi jalan kecil, Anissa memasang lilin.

lilin-dari-anissa1

Anissa baru beranjak setelah dijemput ibunya, atau kakeknya, ketika senja berganti malam.

Sejak itu, setiap kali Anissa melintas di depan jalan, semua penghuni perumahan tak bisa menahan rasa haru.

Anissa, yang masih bocah, memperlihatkan kecintaannya kepada sang ayah, yang pergi dipanggil Yang Kuasa.

Anissa tetap setia memasang lilin untuk sang ayah. Kendati sang ayah tak bisa lagi membelikannya coklat.....

p.s

Posting ini ditulis berdasarkan kisah nyata

5 comments:

rice2gold said...

cerita yang mengharukan

btw kalau cersilnya jadi buku dikonfirmasi gak orang-orang yang dijadikan tokoh dalam padepokan rumah kayu?

Gak kebayang kalau itu dikonfirmasi hehehehehehe....... ;)

mechta said...

Duuh...terharu...
Eh, utk nama asli pengarang di buku cersil, OK banget tuuh...hehe...

Suara Hati said...

Ini kisah nyata???salam sayang dan peluk cium saya buat Annisa.....

melly said...

IKut sedih buat Anissa :(
semoga Anissa lebih sabar yah

boyhidayat said...

salam buat annisa, dan saya tahu persis bagaimana perasaannya kehilangan sosok seorang ayah..

Post a Comment