Kenapa Tak Boleh Bicara Dengan Orang Tak Dikenal?

Don’t talk to a stranger.


PERNAH mendengar kalimat di atas?


Aku yakin sebagian besar dari kita pernah mendengar kalimat tersebut dan mungkin juga menyetujui atau menjalankan apa yang disarankan oleh kalimat tersebut.


Bagaimana dengan aku sendiri?


Tidak, aku bukan penganut faham semacam itu.


Aku lebih suka ungkapan yang mengatakan bahwa orang asing yang kita temui pada suatu saat mungkin akan menjadi sahabat terbaik kita nantinya, sebab menurutku, semua sahabat dan kawan baik yang kita miliki saat ini mulanya adalah seseorang yang tak kita kenal, bukan? Lalu jika kita jalankan faham ‘jangan bicara dengan orang tak dikenal’ itu, artinya kita menutup kemungkinan memiliki seorang sahabat atau kawan baik di kemudian hari.




Atau barangkali.. maksud kalimat “don’t talk to a stranger” itu adalah jangan bicara pada orang asing di tempat- tempat yang juga asing dan orang- orang yang ada di situ heterogen jenisnya. Artinya, di lingkungan terbatas tertentu misalnya di sekolah, di tempat kerja dan semacamnya ‘orang asing’ yang kita temui lebih aman untuk diajak bicara dibandingkan orang- orang yang kita temui di tempat umum?


Mmmmm... mungkin. Tapi tidak mutlak.


Sebab aku percaya, kebaikan ada dimana- mana, seperti juga sebaliknya bahwa hati yang kelam dapat kita temukan di semua tempat, termasuk di lingkungan- lingkungan terbatas sekalipun...


Karenanya, daripada kalimat “don’t talk to a stranger”, aku lebih menyukai kalimat yang mengatakan “ Be open and accessible. The next person you meet could become your best friend.”


***


Seorang lelaki yang tak kukenal mengulurkan tangannya.


Tak ada kata- kata, tak ada suara.


Tapi kumengerti apa yang dia tawarkan.


Aku berada di kereta listrik pada saat itu, dan seperti biasa pada jam- jam tertentu, kereta sangat penuh. Banyak penumpang kereta kini memiliki semacam kursi lipat yang sangat handy, sehingga dapat dimasukkan ke dalam tas tangan seorang perempuan sekalipun. Kursi ini ringan, ringkas tapi kuat.


Hanya saja, ada satu kekurangan kursi semacam ini. Yaitu dibutuhkan tenaga yang cukup besar untuk membuka dan melipatnya kembali, sehingga adakalanya seorang perempuan perlu mengerahkan kekuatannya untuk melakukan hal tersebut, terutama jika kursi tersebut masih baru.


Dan itulah yang terjadi padaku di suatu pagi. Aku berusaha melipat kursi yang baru saja kupakai dengan susah payah. Sekali. Dua kali. Lalu sebelum sampai pada kali ketiga, sebuah tangan terulur ke hadapanku.


Kuulurkan kursiku, dan laki- laki yang tak kukenal itu dengan mudah melipatnya. Dia mengangsurkan kursi itu kembali padaku. Kuucapkan terimakasih dan dia mengangguk.


Begitu saja.


Tak ada percakapan panjang, tapi kuterima hal tersebut sebagai kebaikan hati yang membuka hari.


***


“ Ah gila kamu... yang bener! “


Lalu, “ Ya ampun... tahu nggak sih, itu bahaya sekali !”


“ Yang naik kereta itu kan orang kulit hitam semua, serem banget. Kalau ada apa- apa gimana. Aduh, kamu ini... dst dst dsb dsb... “


Komentar semacam itu bertubi- tubi menghampiriku pada suatu hari saat kuceritakan pada beberapa kawan bahwa beberapa waktu sebelumnya aku bepergian naik subway, kereta bawah tanah di Atlanta sendirian.


Dan kuangkat bahuku, lalu kujawab, “ Buktinya aku tidak apa- apa kan? Aku selamat dan ada di sini sekarang... “


Jawaban ringan itu sama sekali tak membantu. Kawan- kawan baikku tetap mengomel panjang pendek. Aku membiarkan kalimat mereka masuk kuping kanan keluar kuping kiri sambil tertawa- tawa.


Tak kusanggah mereka, sebab tahu bahwa mereka bersikap begitu karena mereka menyayangiku.


Walau aku tak setuju dengan apa yang mereka katakan. Ha ha ha.


Oh ya, tentang perjalanan yang kulakukan sendiri dengan kereta bawah tanah itu, jangan bayangkan petualangan di malam gelap gulita. He he. Tidak, bukan begitu halnya.


Tengah hari ketika itu. Aku telah beberapa hari terakhir berada di Atlanta, Georgia dan selama berada di sana peringatan tentang betapa seram-nya orang- orang kulit hitam di kota itu sudah menghampiri telingaku ratusan kali.


Sebelum saat itu, aku sudah mencoba bepergian dengan kereta bawah tanah bersama hampir sepuluh orang kawan pada suatu hari. Sembilan dari sepuluh kawan itu, bisa diduga, mengatakan beragam hal mengerikan tentang kereta , stasiun dan para penumpang kereta.


Lepas dari apa yang banyak dikatakan orang, aku sendiri berpendapat bahwa sebetulnya yang membuat keseluruhan situasi naik kereta api bawah tanah tampak menyeramkan hanyalah fakta bahwa stasiun kereta itu terletak jauuuuuh sekali di bawah tanah ( dalamnya kira- kira setara dengan tiga lantai bangunan, hanya saja araunya ke bawah, bukan ke atas ).


tangga1



Karena letaknya yang jauh di bawah tanah itulah secara natural tempat itu gelap dan dingin.

Berbeda dengan KRL di sini yang selalu padat penumpang serta stasiun yang ramai dengan orang yang lalu lalang, kepadatan itu tak terjadi di sana. Stasiun kereta bawah tanah itu selalu tampak lengang, baik pada siang maupun malam hari. Hal yang makin menguatkan kesan seram.


Tapi, begitulah. Semakin sering orang mengatakan bahwa naik kereta bawah tanah itu menyeramkan, semakin aku ingin tahu apakah jika kulakukan itu sendiri tanpa kawan hal tersebut benar menyeramkan atau tidak.


Kesempatan itu datang pada suatu hari saat istirahat makan siang. Kulewatkan jam makan siang tersebut dan berjalan menuju stasiun kereta api yang terletak tak jauh dari tempat konferensi yang kuhadiri. Sendiri.


Ah. Lalu, apa yang terjadi?


Baiklah, mari kuceritakan apa yang kualami ketika itu. Termasuk tentang orang- orang kulit hitam yang konon ‘serem banget’ itu...


( bersambung )


p.s. i love you...





** gambar diambil dari: www.flickr.com/photos/highrise78/



 

 

8 comments:

R2G said...

setuju :)
*gitu aja komennya*

mechta said...

Hm..biar boleh bicara, kenalan dulu ajaa... :)

papadanmama said...

Hm..yang saya tau...tidak boleh bicara dengan sopir sih :)

Halo dee... pa kabar?

blacktiger said...

kl saya sih, tetap berpikir semua orang itu dasarnya baik, tetapi tetap waspada.. :) nice posting, as always...

ias said...

'dont talk to stranger' itu buat anak kecil bukan mbk? :D

ias said...

'dont talk to stranger' itu saya kira pesen ibu buat anak2nya mbk dee! hehe :D

ias said...

waduh..kok jadi double posting gitu? (doh) :p

*kirain yg awal ga masuk* ^__^

wi3nd said...

statemen yang aneh sebenernya...

bicara dengan siapaun tidak masalah,sekalipunitu orang asing,lah kalu tersesat trus nanya jalan? mau tanya kesiapa?

selama pembicaraan itu masih normaly dan batas keawajaran why not?
dan stuja,siapa tau kita menemukan orang yang baik yang bisa menjadi sahabat misalnya,who knows? we never know shat will happen bukan.. :)

xixixi..jadi penasaran neeh ama subway kalus endirian?
sama :D

any way I love you tooo.. xixixi ** di pentung !!

Post a Comment