Apa Guna Selembar Ijazah?

Berpasang mata bening menatapku, menanti jawaban.

JADI kenapa, bu, kita harus sekolah? Boleh nggak kita nggak usah sekolah aja? “

Tiga malaikat kecil di rumah kami sangat kritis mengenai urusan sekolah. Salah satu dari mereka, anak tengahku, adalah penggagas kampanye berjudul ‘sekolah itu tidak asyik’ di rumah kami. Tagline kampanye tersebut dengan segera diamini oleh kakak dan adiknya dengan gembira.

certificate1



Dan jika sang kakak serta adik semata mendukung ide tentang sekolah-itu-tidak-asyik, anak tengahku adalah seorang praktisi.

Entah sudah berapa kali dia mogok sekolah sejak usia tiga tahun sampai beberapa bulan menjelang dia lulus SD di tahun kelimanya bersekolah di sana ( anak tengahku ini, seperti juga kakaknya, lulus dari kelas akselerasi dan menyelesaikan pendidikan di sekolah dasar selama 5 tahun ).

Secara konsisten selama itu dia tetap menyuarakan kampanye bahwa sekolah itu tidak menyenangkan …

***



“ Sekolah itu bukan pilihan, mas. Orang memang harus pergi ke sekolah… “

Aku ingat, kalimat itu yang kami -- aku dan suamiku -- katakan kepada anak kami yang tengah ketika lagi- lagi dia yang saat itu duduk di kelas 1 SD mengatakan dia tak suka sekolah dan mengatakan bahwa sebenarnya tinggal di rumah saja jauh lebih menyenangkan bagi dia.

Aku tak ingat lagi apakah percakapan itu berlanjut atau dia menerima begitu saja dan dengan segan pergi ke sekolah setiap hari, diseling banyak kali saat ketika dia bersikeras tak hendak berangkat sekolah atau berangkat dengan sangat tersiksa.

Beranjak besar, pertanyaan kenapa harus sekolah itu makin sering disampaikan oleh anak tengahku ini, juga kakak dan adiknya yang ternyata kemudian juga menyepakati bahwa sekolah itu tidak asyik dan memiliki pertanyaan yang sama dalam kepalanya.

Oh tentu.. tentu saja seperti banyak orang tua lain, aku memiliki banyak sekali jawaban bagus dalam kepala tentang mengapa orang harus sekolah. Saat aku membuat tulisan berjudul “Kenapa Harus Sekolah” di blog rumahkayu dan membaca komentar yang masuk, kusepakati hampir semua dari komentar tersebut.

Tapi senyumku terkembang saat setelah sekian banyak komentar masuk, ada satu yang mengatakan hal yang aku katakan pada anak- anak untuk menjawab pertanyaan mereka tentang ‘kenapa harus sekolah’, yaitu: supaya dapat ijazah.

***



Oppsss…

Begitu dangkalnya?

Hmm, dangkal atau tidak memang bisa diperdebatkan. Tapi, menghadapi anak- anak semacam anak- anakku, aku tahu bahwa yang kuberikan harus satu jawaban akurat yang bisa dibantah.

Mengatakan agar pintar dengan mudah dapat dipatahkan sebab orang bisa menjadi pintar tanpa harus pergi ke sekolah, mengatakan banyak teman.. teman bisa didapat di mana saja, bukan semata di sekolah.

Mengatakan bahwa sekolah merupakan suatu sistem yang dapat membuat orang disiplin mempelajari suatu ilmu sementara jika tak ‘dipaksa’ seperti itu kita mungkin abai menyelesaikannya? Wah, aku tak berani. Sebab aku tahu seperti apa energi yang tersimpan dalam diri anak- anak itu. Jawaban itu bisa menantang mereka untuk menjawab: ‘aku buktikan aku bisa melakukan itu’, dan akan gugurlah pasal ‘harus sekolah’ itu…

Jadi, kujawab pertanyaan mereka dengan menerangkan bahwa hanya dengan bersekolah formal sajalah mereka akan bisa memperoleh ijazah, sebab hanya sekolah yang secara syah dapat menerbitkan sebuah ijazah.

Mudah diduga, jawaban semacam itu mengundang pertanyaan lain dari mereka.

: Memangnya kenapa orang harus punya ijazah?

Kujawab dengan menjelaskan bahwa ijazah adalah hal yang akan membuka banyak alternatif untuk mereka di masa depan, saat mereka dewasa dan memilih apa yang akan mereka kerjakan.

Kukatakan pada mereka, jika tujuannya adalah semata memiliki pekerjaan dan menghasilkan materi, maka ijazah memang tak selalu dibutuhkan. Ada banyak pekerjaan yang dapat dilakukan yang menghasilkan materi sebanyak atau bahkan lebih banyak daripada profesional yang bekerja berdasarkan ijazahnya.

Tapi… memiliki ijazah akan membuat kita secara formal dinilai memiliki kemampuan pada level tertentu yang dapat membuka banyak pintu serta memberikan lebih banyak pilihan bagi kita kelak. Bahwa misalnya pilihan itu nanti jatuh pada melakukan hal yang sebenarnya toh tak memerlukan ijazah, tidak menjadi masalah. Tapi paling sedikit, hal itu dipilih dengan sadar, bukan semata karena hanya itulah peluang yang ada karena keterbatasan soal tak adanya ijazah itu.

Selain itu.. hmmm.. adakah kita bisa mengingkari bahwa pada setiap formulir yang kita hadapi ada kolom mengenai pendidikan terakhir? Dan suka atau tidak suka, secerdas apapun kita, maka pendidikan terakhir itu kadangkala akan membedakan perlakuan pada kita.

Dangkal lagi? Mungkin. Tapi itu adalah fakta hidup.

Bahkan jika kita mau jujur, saat hendak menikahpun, apa pendidikan calon istri/ suami menjadi satu pasal yang akan dimasukkan ke dalam data awal babak pra-kwalifikasi saat kita menyaring para calon potensial, bukan? Dan data itu juga diberikan pada orang tua saat memperkenalkan calon istri/ suami.

Juga, secara faktual kita sudah melihat betapa banyak kasus terjadi bahwa ada banyak calon mertua tak menyetujui calon menantu yang dianggapnya kurang berpendidikan tinggi.

Dangkal lagiiii?

Mungkin.. mungkin. Tapi, itulah yang terjadi. Dan aku memilih untuk realistis dalam hal ini. Karena itu, kuberikan jawaban semacam itu pada anak- anak. Lagipula, bagi diriku, jawaban itu sebenarnya tak dangkal, sebab, sepanjang hidupku, aku sendiri tak pernah memiliki pertanyaan kenapa orang harus sekolah.

Bagiku, sekolah itu asyik. Membuka wawasan. Mengajarkan banyak hal- hal baru. Menjadi tempat bersenang- senang dimana aku mendapatkan kawan dan sahabat. Dan memang selembar ijazah dari sekolah yang masuk kategori sekolah yang bagus tak bisa dianggap tidak memberikan kontribusi pada apa yang terjadi dalam hidupku selama ini.

Dan apakah semua itu dangkal?

Menurutku sih, tidak… Ya itu, karena aku sendiri selalu percaya, sekolah itu memang perlu dan asyik ( dan semata karena dikaruniai anak- anak unik itu sajalah aku terpaksa mencari jawaban tentang kenapa orang harus sekolah ini, ha ha ha… )

Oh ya, omong- omong, kampanye ‘sekolah itu tidak asyik’ sekarang sudah dihentikan, justru oleh anakku yang tengah itu tak lama setelah dia masuk SMP. Kedua saudaranya, terutama kakaknya masih bertahan pada pendapat yang sama. Anak tengahku tidak. Kini dengan senyum lebar dan mata berbinar dia akan mengangguk jika ditanya apakah dia senang sekolah.

Apa yang membuat pendapatnya berubah, kutuliskan kapan- kapan yaaa…

p.s. i love you…

picture taken from: http://www.purpletrain.com/

54 comments:

sandalilang said...

kenapa harus sekolah? kl aku ditanya begitu pas sma, aku bkl jawab supaya bisa ketemu ama pujaan hati... hehehe :) Tetapi memang, menghadapi anak yg cerdas, jawaban yg kita berikan harus berdasar fakta yg ada dan bisa dibuktikan secara formil/legal. Dalam kasus ini, selembar ijazah memang menjadi bukti yg tak terbantahkan secara formal/legal sebagai jawaban kenapa kita harus sekolah. IMHO, tetap berikan pengertian kepada anak-anak cerdas tsb.. toh menurutku, mereka hanya belum menemukan satu hal saja yg bisa menjadi alasan mengapa "sekolah itu asyik".. dalam kasusku diatas, ya pujaan hati tsb :P

ari es said...

Ijazah hanya berlaku utk semua urusan yg terkait d birokrasi produk pmerintah dan gembong2nya.

tp scra substansi nilai,ijazah sama sekali tidak bisa menjamin kwalitas dri si pemilik ijazah !!! :)

rumahkayu said...

benar. kan itu yg aku katakan... orang bisa saja pintar tanpa harus memiliki ijazah.

tapi... ngga selalu juga bahwa ijazah tidak mencerminkan kualitas pemiliknya. ada banyak pemilik ijazah yg memang kualifikasinya bagus, kualitasnya juga bagus. dan pada kondisi seperti inilah ijazah akan membedakan hasil. pada saat ada dua orang yang kualifikasi dan kualitasnya sama bagusnya tapi yang satu memiliki ijazah yg lain tidak, bisa diduga bahwa kesempatan lebih besar akan diberikan pada orang yg memiliki ijazah.

ngga cuma yang berhubungan dengan pemerintah lhoooo... ini berlaku umum... realitanya memang begitu.

btw, bill gates juga drop out dari universitas, dan siapa yang berani mengatakan bahwa dia tidak brilliant? dia brilliant dan hebat, itu jelas. dan dia yang tidak lulus universitas itu mempekerjaan ribuan orang brilliant lain yang berijazah dari level sangat tinggi di microsoft.

tapi... kenapa fakta bahwa bill gates yg tidak sekolah seringsekali disebut- sebut saat membicarakan pendiri microsoft yang kondang itu? ini jawabannya: sebab hal tersebut merupakan perkecualian. artinya: dalam kebanyakan kasus, bukan itulah yang terjadi.

aku percaya orang- orang seperti bill gates itu ada. dan mereka hebat. tapi, sebelum kita terbukti hebat dan bisa membuat perkecualian seperti itu, aku sih memilih cara normal saja: sekolah. simple, kan? :-) d.~

rumahkayu said...

yang dikasih arum manis itu? ha ha ha... atau rekaman kaset penuh lagu cinta? ;-)

( uh... aku koq jadi kangen nulis di daunilalang tentang menelusuri jalan bertabur wangi kembang tanjung, dan arum manis, dan surat bersampul merah jambu, yaaa... ha ha ha... :P ) d.~

luv said...

ya ampyuuun.. mbak.. punya anak 3 pinter semua (saking pinter dan kritisnya sampai bilang sekolah ga asik)ternyata repot juga yaaah.kebayang deh pasti mba sama suami mesti mikir panjang sebelum menjawab pertanyaan para negosiator ulung di rumah.

tapi pasti ada alasan kenapa anak-anak bisa mengatakan sekolah itu ga asik. entah kurikulumnya yang terlalu padat (dulu aku sering mikir ngapain sih kita mempelajari matematika bilangan kompleks??), atau metode pengajaran yang belum membangkitkan minat anak.
seingatku dulu asiknya sekolah adalah karena kita bisa main dengan teman2 sekolah yang asyik2,bukan karena pelajarannya.. hehehe.

yang jelas,betul,sekolah harus dijalani untuk memperoleh ijazah. di dunia yang tidak sempurna dan terlalu beragam seperti ini,manusia memerlukan suatu standar untuk menilai manusia lain,salah satu standar ya ijazah tadi. sebab ngga semua orang bisa seperti bill gates kan? :(

i like this post!

jazi said...

Kita hidup dizaman yang lebih mementingkan ijazah di banding isi kepala, coba liat pegawai negri yang mau naik pangkat dan jabatan mereka berlomba sekolah lagi , wlu tempat sekolah mereka hanya sebuah ruko,datang ke kampus seminggu sekali, tetapi baca koranpun mereka jarang apalagi baca buku bahkan merangkai kalimat menjadi sebuah tulisan pendek saja blm tentu mereka bisa, lalu skripsi s1 mereka siapa yg buat?...tapi inilah realitasnya..

husin said...

menuntut ilmu itu wajib kapan dan dimana saja...

sukangeblog said...

tentang ijazah, memang perlu. setidaknya di indonesia...

kebetulan aku baru saja menulis buku dan telah diterbitkan elex, yang menceritakan 25 anak muda yang menjadi jutawan sebelum berusia 25 tahun (jutawan dalam konteks dolar, jadi dalam rupiah mereka milyarder atau triliuner). Dan... mayoritas dari ke-25 anak muda ini gak menyelesaikan kuliah, bahkan ada yang gak menyelesaikan sekolah menengah... :)

pendiri facebook, dropout kuliah. pencipta wordpress, mozilla firefox dan tumblr gak kuliah... Dan memang, bill gates menjadi panutan mereka... ;)

eh, ini komen apa promo buku ya? wkwkwkwk ;)

rice2gold said...

nah ini yang jauh lebih penting :)

anggitrio said...

Naga BONAR gak punya ijasah bisa kaya dan terkenal

'dee said...

haaaa.. i like this comment, too :-)

tadi waktu postingnya sudah tayang baru terpikir olehku satu kalimat yang tidak ada dalam posting ini: ijazah dibutuhkan karena dunia ini tidak sempurna. lalu niatku mau memasukkan kalimat itu ke posting lain kapan-kapan. tapi ternyata ngga perlu karena luv sudah mengangkat point itu :-)

ya begitulah, soal tak sempurna itu... aku percaya bahwa di mata Tuhan yang sempurna kedudukan semua orang sama, dan yang membedakan bukan level pendidikannya tapi soal iman dan ketakwaannya...

tapi, ijazah memang dibutuhkannya di dunia, untuk menghadapi sistem yang dibuat oleh manusia. dan dunia ini tidak sempurna. sistem apapun yang ada di dunia ini juga tidak sempurna. manusia yang ada dalam sistem itupun juga tidak sempurna.

lalu,untuk menjawab semua ketidak sempurnaan itulah dibuat banyak hal/ ukuran yang bisa diperdebatkan memang, tapi aku sendiri memilih untuk tidak memperdebatkan. soal ijazah ini, salah satunya :-)

tentang anak- anak yang pintar- pintar.. ha ha.. setiap kali ada yang komentar 'senang ya, anak-anaknya pintar- pintar', aku cuma senyum aja. jawabannya soalnya, 'iya, tapiii...' yaaa, kayak yg aku pernah tulis di posting 'cita- cita yang luhur' dan beberapa posting setelah itulah yang sehari- hari terjadi di rumah.. dibawa nyantai ajalah, jadinya :-)

tengkyu ya komennya! d.~


p.s: btw, kalo lihat ibunya, aku yakin si kecil di rumah luv juga cerdas, dia ngga pernah mengajukan pertanyaan serupakah? :-)

'dee said...

oh tentu.. ngga ada keraguan. aku sepakat dengan husin dan mas julian. aku akan berdiri di barisan paling depan untuk mengkampanyekan faham 'belajar terus seumur hidup', dan mempelajari banyak hal yang beragam dan berguna baik bagi diri sendiri dan sekitar -- ngga harus ilmu yang pakai ijazah.

setelah lulus sekolah (dan sebagai konsekwensi logisnya lalu dapat ijazah), lihatlah siapa yang akan lebih maju. pasti orang- orang yang terus menerus belajar. ijazah itu sebetulnya hanya pembuka jalan, setelah itu, banyak soft skill lain yang akan menentukan hasil.

apalagi sekarang, ketika sorting calon pelamar kerja dilakukan oleh komputer. komputer mana bisa mikir abu- abu. yes or no. ada ijazah, masuk ke sortir berikutnya. tidak ada ijazah? out.

itu memang yang terjadi di dunia ini, sortir yg kadangkala tampak tidak adil itu. tapi itu tidak ada hubungannya dengan bahwa orang harus senantiasa belajar terus.. terus dan terus sepanjang hidupnya. keduanya adalah dua hal yg bisa berjalan sendiri- sendiri :-) d.~

rumahkayu said...

he he he.. promo buku juga ngga papa koq.

congratz buat buku barunya ( lagi? ck ck ck... besok bikinin posting 'kiat produktif menulis buku', ya? :P ). terus, traktirannya kapan doongggg? he he he :mrgreen: d.~

momo said...

pendidikan itu penting...belajar juga bs dilakukan dmn saja namun untuk mendptkn ijazah tentu hrs disekolah...

nice post..dr sini sy jdi tau bahwa ank2 skrg butuh pengertian atau pemahaman yg lebih terbuka n jelas bg mereka..

www.momoshiteru.blogdetik.com

anjari umarjianto said...

anakku sayang,
kita hidup di dunia formal dan informal. dunia formal yang mementingkan prosedural, dokumenter dan bukti tertulis. ada juga dunia informal yang lebih mengutamakan substansi, perilaku dan kompetensi.

dan kita hidup di dua sistem dunia itu. itulah realita. yang paling penting dari keduanya adalah belajar tanpa kenal lelah dan waktu. bahkan ketika kamu bertanya, "kenapa harus sekolah" itu pun karena proses belajar.

salam buat anak2mu dee!

rumahkayu said...

he he.. PNS yang ijazahnya berasal dari sekolah bagus, dan mereka memang sunguh- sungguh belajar saat sekolah serta memang faktanya mereka kualitasnya bagus dan sangat cerdas juga banyak lhoooo..

menurutku tidak adil jika kita menggeneralisasikan semua PNS seperti itu. karena faktanya memang tidak semuanya begitu.

selain itu, bukan cuma PNS… memangnya yang kerja di swasta ngga ada yang semacam itu? ada juga kan, yang ijazahnya dari sekolah di ruko? ada juga yang dulu sekolahnya asal-asalan (asal dapat ijazah). ada juga yang datang ke kantor sekedar untuk bisa bersosialisasi, ngopi-ngopi di kedai kopi terkenal, gosip kanan-kiri, kerjanya ngga tuntas dan di akhir bulan tenang- tenang terima gaji buta

lebih jauh lagi, bukan hanya PNS atau pegawai swasta, tapi para pemilik toko, kontraktor, atau apapun profesinya, ada yang kualitasnya bagus ada yang tidak.

semua ada di dunia ini. tentang kualitas yang bagus, itu dasarnya bukan karena mereka PNS, pegawai swasta, pemilik toko atau apapun.. itu asal muasalnya dari nilai- nilai hidup yang mereka yakini, datangnya dari hati, dari nurani.. ini sudah urusan yang lebih dalam lagi dari sekedar logika

terimakasih komentarnya. besok mau kan datang ? jangan bosan mampir ke sini, yaaa… salam! d.~

rumahkayu said...

bener, tapi yang secerdas, selucu (dan selugu) serta seberuntung naga bonar kan ngga banyak... yg ngga banyak dan jadi perkecualian memang bisa berhasil di luar sistem. yang lain? :-) d.~

atuak said...

ijazah hanya untuk nyenangin mertua aja...

rumahkayu said...

haaaa? i like this comment... ha ha ha... ( walau, apa benarrrr cuma mertua yang senang? anaknya mertua itu juga senang lhoooo ;-) ) d.~

rumahkayu said...

ha ha ha... nanti aku minta anakku membaca jawaban ini yaaa... walau aku ngga yakin mereka ngerti arti kata prosedural ;-)

makasih eyang (buyut)... -- eh bener kan, kalo anakku jadi cicit dan komen ini dari eyang buyut, bukan? he he he :D d.~

rumahkayu said...

he he he... ya begitulah anak- anak... dan omong- omong, kalo mau lihat banyak pertanyaan lucu- lucu lagi dari anak- anak, mampir deh ke blognya erryandriyati. erry yang blognya dibangun untuk ikut kontes menulis di rumahkayu ini ( pameeerrrr... ha ha ha... ngga deng, bukan pamer, itu kan fakta... :mrgreen: ) punya dua anak yang pertanyaan- pertanyaannya lucu lucu, dan aku selalu senang melihat bagaimana erry menjawab pertanyaan yg lucu itu dengan cara yang lucu pula

*eh, sebenernya erry itu lucu atau serius sih? ha ha ha... nanti biarlah yang bersangkutan yang menjawab sendiri kalo datang ke sini ya -- sekalian aku mau nyodorin kwitansi karena aku mempromosikan blognya di sini, ha ha ha ha ha :lol: * d.~

~sumanjaya said...

ijazah sekarang ada yg 'sampe banting harga,n
ijazah sma (smu) non keahlian khusus, lowongan kerjanya hanya kelas 'cleaning service ... zaman dulu (kata eyangku) sdh kelas 'klerek n amtenarr ... aduh, lupa namanya ... tapi 'pegawai terpandang ... hahaha ... gak nyambung ... :(

rice2gold said...

Siapa bilang tidak adil? he..he..he.., justeru disitu letak adilnya bahwa dunia kerja yang menggunakan sistem "sortir ijazah" menerima orang-orang yang diinginkan sesuai ijazah yang dimiliki, sedang yang tidak memiliki ijazah masuk dalam dunia kerja yang tidak membutuhkan ijazah dan ternyata itu jauh lebih banyak prosentasenya dan bila ditengok lebih dalam mereka-mereka yang berjuang mencari kerja "tanpa ijazah" menjadi bosnya orang-orang yang "berijazah" tersebut.
Yang terjadi pada kebanyakan orang yang "mengandalkan ijazah" (*dan meninggalkan spiritualisme) adalah timbulnya ketakutan-ketakutan baru yang tidak dimiliki oleh orang-orang yang tidak berijazah, ego yang lebih tinggi yang berujung pada "stagnasi" dalam mencari pendapatan, dll.
Mungkin jika sistem pembelajaran yang ada bisa dibawa kearah religiusitas maka bolehlah kita bisa menjawab pertanyaan "kenapa kita harus sekolah?" dengan jawaban " kamu sekolah agar kamu bisa mengenal Allah, Tuhan yang memberikan kamu hidup dan dengannya kamu bisa menjadi hamba-hamba yang berfikir, bersyukur dan bertawakal kepada Allah SWT". Sekarang pertanyaannya apakah ada sekolah semacam itu dinegeri ini?, jawabnya mungkin ada mungkin juga tidak ada. Kalaupun ada sekolah seperti itu, sistem dinegara ini belum memungkinkan menerima lulusannya, karena mata rantai yang terputus yang mengakibatkan "hasil" dari sekolah tersebut kurang berdampak kepada sistem yang ia masuki kelak.

icetea said...

Ijazah tidak menggambarkan kualitas isi kepala seseorang ? Ya benar...
Karena itu diperluan pengawasan yang ketat bagaimana sebuah ijazah bisa diterbitkan, agar lebih terjamin kualitas dari ijazah tsb dalam menggambarkan kemampuan seseorang.

Tapi yang mau saya bilang adalah, dengan bersekolah maka akan membuka peluang lebih besar untuk mengambil posisi yang lebih baik di tengah masyarakat, seperti memperoleh pekerjaan yang bagus, atau bahkan dalam usaha memikat hati lawan jenis atau calon mertua. :)
Karena tak bisa disangkal, ijazah adalah satu-satunya sebuah benda konkret yang diakui masyarakat dalam menilai kemampuan seseorang dalam bidang akademis.

rumahkayu said...

iya.. itulah inti posting ini: suka tidak suka, ijazah itu adalah sebuah standar yang diakui oleh masyarakat dan dipahami serta diterima oleh kebanyakan orang...

dan, terimakasih untuk komentar tentang diperlukannya pengawasan yang ketat untuk mengeluarkan ijazah itu. point yang sangat bagus, setuju banget!

thanks ya sudah mampir, thanks untuk komentarnya juga... d.~

rumahkayu said...

haaaaa... komentar ini keren banget!

aku ngga akan jawab panjang- panjang ah, nanti merusak inti komen ini. cuma aku mau bilang ini aja: sebetulnya ngga ada yang salah sih dengan memasuki dan menyepakati sebuah sistem. asal sistemnya adalah sistem yang baik (walau ngga bisa sempurna, kalo bikinan manusia sih, jelas), bukan sistem yang korup, yang menjajah, yang... dan sebagainya yang semacam itu deh

( eh btw, pernah lihat posting yg aku tulis... mmmm, kapan ya... lupa.. tapi isinya tentang orang- orang yg sebetulnya ngga punya niat jelek tapi ternyata jika ada dalam sistem yg buruk kebanyakan akan mengikuti hal tersebut? hanya orang- orang yang kuat dengan hati bening saja yang berani melawan sistem atau keluar dari sistem jika sistem tersebut bertentangan dengan nuraninya... )

halah... janji ngga panjang- panjang tapi koq panjang juga ya, ternyataaa jawabannya... he he...

but i know you know me well.. he he, kalo ngga panjang jawabannya mesti telpon 911.. jangan2 lagi keselek es krim... hihihihi ;-) -- es krim aja deh ya keseleknya jadi kalo ambulans ngga cepet dateng bisa mencair sendiri. apalagi kalo eskrim mint atau green tea.. mmm, enakkkk... *makin ngelantur,ha ha ha ha ha * :lol: :P d.~

ariewanti bun said...

ijazah..kalau dulu terfikir bahwa ijasah itu sangat mempunyai andil besar dalam hidup kita yang akan datang. sudah pasti ijazah itu akan dikejar.
menyesal.mungkin iya. kenapa pola pikir kita dahulu tidak seperti sekarang. mungkin kalau kita terus sekolah setinggi langit dan mempunyai ijasah SSSS..mungkin gaya hidup kita akan jauh lebih baik dibanding sekarang.
Ya nasi sudah menjadi bubur,toh mungkin yang kita alami saat ini adalah pilihan yang kita ambil dahulu.:D. ternyata pengalaman adalah guru yang paling berharga yang akan kita terapkan ke anak anak kita nanti. So..I like your post

rumahkayu said...

iya… itu dia, karena sekarang semua punya ijazah, jadi nilainya turun… itu sebabnya aku mengatakan ijazah itu walau perlu, tapi sebenarnya juga merupakan sebuah sistem yang tak sempurna sebab saat semua orang punya ijazah akhinya ijazah itu tak lagi punya arti, kan?

aku jadi ingat cerita bahwa di negara- negara maju tukang pipa dan ledeng penghasilannya hampir setara dengan insinyur yang kerja di perusahaan- perusahaan multinasional. mereka juga tinggal di lingkungan perumahan yg sama dan anak- anaknya bersekolah di sekolah yang sama…

sebetulnya jika saja yang terjadi sudah seperti itu, pasti akan banyak orang yang memilih untuk ngga memaksa diri masuk ke perguruan tinggi ya? pilih saja sekolah- sekolah yang level dan jenis keterampilannya sesuai dengan minat dan kemampuan, kan? d.~

rumahkayu said...

i like this comment, as well... :-) terimakasih yaaa sudah mampir... d.~

luv said...

oops, tau aja sih mba. that's why i like this post.tapi tentu saja untuk anak kecilku aku nggak akan jawab seperti di atas, mana ngerti dia :D.
anyway,seandainya bisa mengulang waktu,salah satu hal yang ingin kuperbaiki adalah caraku bersekolah dulu.ada saat2 dimana aku jg ga suka sekolah.tapi sekarang melihat begitu banyak anak yang tidak bisa sekolah karena keadaan,atau yang sekolahnya tidak layak maka dulu aku sangat beruntung ortu bisa menyekolahkan.semoga aku bisa terus belajar sehingga bisa menyekolahkan anakku lebih tinggi dr aku.
well,kadang kita emang ga suka dengan sistem yang ada sekarang,but we have to learn to live with it. biasanya orang yang mau belajar (tak peduli dia pny ijasah atau tidak),dalam kondisi keterbatasan akan memunculkan kreativitas positif yang membuatnya berkembang dan berarti.

n btw,ternyata yg bener itu 'ijasah' bukan ijazah hehehe...

rumahkayu said...

oh.. ijasah? wah.. aku baru tahu lhooo.. aku pikir selama ini ijazah... sip sip sip, tengkyu koreksinya. next time aku nulisnya ijaz... eh, ijasah deh :-)

hahahayyyyy.. jadi, pertanyaan yg sama juga muncul di rumah luv, kan? sudah aku duga :-) btw, anak- anakku sudah mulai mempertanyakan itu saat usia mereka menjelang 4 tahun -- dan terus mempertanyakan sampai bertahun- tahun kemudian.

jawaban kita memang berkembang sesuai usia mereka siiihhhh -- percaya deh, pertanyaan ini akan masih tetap dipertanyakan lagi.. lagi dan lagi... -- jadi kita mesti punya banyak koleksi jawaban untuk satu pertanyaan yg sama, ha ha ha :P d.~

Wall story funnie said...

memang bagi sebagian orang, sekolah itu tidak asyik. karena mereka harus ruwet dengan berbagai tugas dari mata pelajaran, harus menghapal, bertemu rumus-rumus, berpikir keras, memecahkan soal yang dihadapi. Tapi toh semua itu (semua mata pelajaran di dlm sekolah) nantinya pasti akan kita hadapi di kehidupan yang sebenarnya kan, bahkan dalam pekerjaan juga toh.
Tapi bagiku, justru sekolah menyenangkan, bahkan aku ingin terus sekolah dan sekolah bahkan ke luar negeri sekalipun, aku ingin sekali. Karena dengan sekolah kita dapat banyak ilmu,banyak komunitas, banyak teman, banyak pengalaman dsb. di sekolahpun kita juga bisa bersenang-senang. Sekolah khan gak seterusnya belajar dan belajar.
Apa jadinya kalau tidak sekolah, di zaman sekarang ini, ijazah memang sangat diperlukan,hal tersebut tak dapat dipungkiri, apalagi menyangkut masa depan dan pekerjaan. Tapi perlu diingat sekolah bukan semata-mata mencari ijazah saja kan, banyak yg kita dapatkan di sekolah.

daniel said...

ijazah hanya formalitas dan membentuk karakter seseorang. jadi tidak benar sekolah tidak ada gunanya.sekolah juga mengajarkan etika, disiplin dsb. memang hanya sekitar 20% yang dipakai ketika kita mencari sesuap nasi.....
jadi....., itulah gunanya sekolah.
mari kita dukung wajib belajar........

dimdmaz said...

ijazah???? perlu sii engga, engga sii juga perlu.*hhe aku jadi bingung.
tapi sebagai warga negara ini (indonesia) emang untuk faktor ijazahlah sebagai faktor utama dalam pembobotan dalam kehidupan (melamar kerja sampai melamar pujaan hati). yah, tidak diungkiri dalam "diri saya", saya bersekolah emang hanya mengejar itu senjata pemobotan (ijazah),walaupun emang bener yang dikatakan anak-anak anda, sekolah ga asik dalam tanda kutip "sekolah/pelajaran ga sesuai feel kita" emang sangat membosankan.
ya inilah kehidupan kita, ijazah perlu ga perlu akan menjadi wajib !!!!

semangat belajar :)

erryandriyati said...

ehm...
aku sangat mencurigai,...
bahwa anak tengah nya mba dee...
sekarang udah punya kecengan di sekolahan..hihihi...

Aku sih tidak pernah punya pertanyaan ya kenapa harus sekolah...
Tapi buatku pribadi...sekolah mungkin...ehm...supaya kita punya memory indah di masa muda kali yaaaa...hihihi...
Bolos, telat masuk, nyontek, belajar buat ulangan, keceng kecengan ama kelas sebelah, lulus lulusan...
Karena terus terang aja..yang masih aku ingat dari sekolah sampai sekarang justru bukan ilmu nya...tapi kenangannya...hihihi..

erryandriyati said...

whuaaaaa....
makasih ya mbaaaa...
udah repot repot dipromosi in...

Aku mah niatnya selalu serius mbaaa...
cuman anak anak ku nya ajah yang susah kalo diajak serius...hihihi...

kwitansi???
ngutang dulu aja ya mbaaaaa...hihihi...

deewahjoedi said...

imho, sekolah itu bagian dari proses hidup yakni pendidikan. Sekolah kan formal, jadi bisa dikatakan dgn pendidikan formal kita bisa menjangkau dunia yg 'formal' (prasyarat kuliah,kerja,nikah,dsb).

Just my amateur opinion :D

praoum said...

kenapa mesti sekolah?
menurut aku penting lho..sebab darisana kita bisa belajar yang kita tidak bisa pelajari di tempat lain,,sekolah penting,ijazah juga lebih penting,namun ada yang paling penting! menanamkan sikap prilaku/akhlak yang baik,disiplin,jujur,taat kepada ajaran agama,,,ok
thanks,,,

andinoeg said...

saya sendiri masih binging knp harus sekolah?? dan kenapa begitu penting sebuah ijasah. padahal itu semua tidak mengukur kemampuan seseorang.

Pie said...

.. anak saya (4 tahun)jarang mempertanyakan hal-hal seperti ini. bahkan ia belum paham kalau sekolah itu penting dan bahkan wajib. ia hanya tahu sekolah adalah tempat bertemu dengan teman-teman, ibu guru dan tempat ia bermain lompat kelinci :)

rumahkayu said...

haaa.. senangnya.. beruntunglah dia, semoga si kecil selalu bisa menikmati masa sekolahnya dengan gembira sampai besar kelak ya? aku selalu percaya bahwa awalnya anak memang harus senang sekolah dulu, prestasi akan tergali dengan sendirinya jika dia menikmati masa sekolahnya... :-) salam! d.~

rumahkayu said...

barangkali yg tepat tidak mengukur SEMUA potensi seseorang? karena ijazah memang hanya menunjukkan kompetensi dalam bidang tertentu saja...

dalam hal ini menurut aku ijazah tetap bisa dijadikan tolok ukur. dan kadangkala juga sudah bisa memperlihatkan seberapa kompetensi seseorang secara garis besar, tapi memang jika kita ingin melihat manusia secara seutuhnya, bukan cuma ijazah yang perlu diperhatikan, aspek2 lain juga... -- kalo yg ini ukurannya jadi lebih rumit lagi... he he . hanya saja secara praktis, sekolah itu ngga ada salahnya kan dan dapat ijazah itu adalah konsekwensi logis dari selesainya menempuh pelajaran di sekolah, jadi... ngga ada yg salah juga dengan ini kan? :-) d.~

rumahkayu said...

benar... sekolah itu penting, pendidikan akhlak dan budi pekerti itu juga penting. sebab manusia itu seharusnya seimbang antara kecerdasan dan keluhuran budi... antara jasmani dan rohani, logika dan nurani... dan untuk itulah manusia harus terus menerus berusaha meningkatkan levelnya di kesemua aspek tersebut... gitu ya? makasih ya komentarnya... salam! :-) d.~

rumahkayu said...

hah? repot- repot? ngga repot koq... kita mah seneng kalo nyeritain erry mah.. lucuuuu... hihihi...

alah, jangan 'menuduh' anak- anak atuh neng... anak- anak maaahhhh, gimana ibunyaaaa... he he he he he. tingali we kumaha ibuna.. anakna moal tebih ti dinya ;-) *yang ngga ngerti boleh angkat tangan dan tanya sama erry apa artinya :P *

( jadi ingat, ha ha ha... ah, nanti aja deh jadi bahan posting aja cerita yang aku ingat ini. ngutang dulu juga aja... sambil nungguin erry ngelunasin kwitansinya... hahahahaha! :mrgreen: ) d.~

rumahkayu said...

he he... ntar ajalah cerita soal anak tengah itu mah, ditabung dulu. aku punya persediaan cerita berjibun kalo soal anak2, apalagi yg tengah mah ( makanya aku senang baca blog erry... ha ha ha... tiap baca cerita erry jadi mikir 'koq kayak kenal ya situasi ini'? hahaha *siap-siap ajalah ry... makin besar anak-anak itu makin seruuuuuu, ngga akan ada liburnya lah bahan posting akan bermunculan terus :P * )

dan... samaaaaaa.. aku kalo ditanya dulu belajar apa di sekolah juga mesti mengingat- ingat lamaaaa... dan belum tentu ada yang ingat pula * halah! :lol: * sebab yang bisa aku ingat dari sekolah mah teman- teman yg lucu, kejahilan- kejahilan yang kita lakukan saat iseng, daaannn... duduk- duduk di koridor depan ruang kuliah sambil menikmati gerimis dan kembang bungur ungu di halaman kampus sambil liat orang- orang ganteng berkeliaran. apalagi kalo kuliah sore... whaaa... orang- orang ganteng itu datang ke kampus abis mandi dan wangi sabun... hmmm...

*jangan ngakak dan bilang ini ngga original, erry... ntar nggak aku iklanin lagi lho blognya... hahaha* :mrgreen: d.~

rumahkayu said...

he he.. ngejar ijazah juga ngga papa koq, asal ngejarnya dengan cara rajin belajar dan memperluas wawasan... bukan dengan cara- cara curang dan tak halal :D d.~

rumahkayu said...

sip sip.. syukurlah kalo bisa menikmati sekolah dan bahkan punya banyak cita- cita begini... semoga jalan untuk menuju cita- cita dan keinginan ini dilancarkan yaaa... salam! d.~

rumahkayu said...

memang ngga semua ilmu kehidupan bisa didapat di sekolah ya? sekolah mengajarkan dasarnya,sisanya kita harus pelajari sendiri di luar? sepakat deh... makasih ya komennya... d.~

rumahkayu said...

ha ha ha... bentar- bentar... sekolah jadi prasyarat nikah juga? mmm, tapi ini ngga berarti yang ngga sekolah ngga boleh nikah kan?

mungkin maksudnya prasyarat karena para calon yang diincar juga punya harapan- harapan tertentu akan level pendidikan orang yang akan menjadi pasangannya, gitu kali ya? :-) d.~

hes said...

.. ijasah menurut aku memang penting apalagi ijab sah :mrgreen: *lagi ngaco berat*

mohon maaf ya mba d. pengen nimbrung diskusi tapi kok nda tahu mau bilang apa ya. huhu.

syalifa said...

Memang benar pendapat anda tentang PNS,tidak semua pns itu buruk masih banyak pns yang benar- benar kerja buat rakyat. Makasih

Anung said...

Halo salam kenal, Terus terang saya adalah orang yang termasuk mendukung dengan kampanye sekolah tidak asik, bahkan lebih ekstrem lagi bagi saya sekolah tidak penting.

Kenapa saya bilang tidak penting, karena yang penting itu bukan sekolahnya atau ijazahnya tapi yang penting itu adalah pendidikan dan skill.

Terus terang saya hanya lulusan SMA, dan saya sempat berkuliah di salah satu universitas negeri tapi saya akhirnya memutuskan untuk tidak mengambil ijazah saya ( mengundurkan diri) padahal tinggal 6 sks :D

Tapi terus terang saya tidak malu dengan kenyataan bahwa saya tidak sarjana, tapi dengan ini saya bisa membuktikan bahwa Ijazah tidaklah penting, saya bersyukur karena waktu itu saya berfikir ijazah tidak penting dan akhirnya saya mendapatkan jalan sebagai enterpreneur.

Dan saya telah buktikan bahwa untuk sukses itu yang di perlukan bukan ijazah melaikan pendidikan dan skill serta koneksi. Yang saya maksud koneksi disini adalah kita harus pintar2 mencari teman dan membangun jaringan, karena mau tidak mau suka tidak suka suatu saat kita akan membutuhkan orang lain untuk mencapai tujuan kita.

Tujuan lain saya mengambil keputusan untuk tidak mengambil ijazah adalah untuk menunjukan bahwa tanpa sekolah kita juga bisa sukses, sehingga bagi teman2 yang tidak mampu sekolah mereka dapat melihat bahwa mereka juga masih punya masa depan.

Saran saya untuk putra ibu yang masih memegang prinsip bahwa sekolah itu tidak asyik, coba arahkan mereka ke minat dan bakat mereka sehingga nantinya mereka bisa menjadi profesional di bidangnya yang mungkin non formal.

Pablo said...

Uk fan here, good read, I can traslate this to english if you would like, let me know and i will :)

woman said...

I filly agree with you.

Post a Comment