Indahnya Umroh

Melayang…

DI Taman Pintar, Yogyakarta, ada sebuah lingkaran dengan garis- garis berwarna- warni. Ada sebuah tuas di tengahnya, untuk memutar lingkaran ini. Tujuannya adalah untuk menunjukkan bahwa pada saat berputar dengan cepat, lingkaran yang sebetulnya berwarna- warni itu akan tampak berwarna putih.

Mungkin itulah kira- kira yang terjadi padaku saat itu. Emosiku begitu berwarna dan berputar dengan cepat hingga akhirnya yang kurasakan hanya satu: melayang.

Bukan, bukan melayang dengan perasaan hampa, tapi melayang dengan perasaan seperti bermimpi, ketika kegembiraan dan keharuan yang amat sangat memenuhi hati.

Kupandangi Masjidil Haram yang tegak berdiri di hadapanku dengan perasaan setengah bermimpi itu.

Hampir tengah malam saat itu.

Langit sangat cerah. Lampu- lampu di pelataran masjid menyala benderang.

Kutarik nafas panjang.

Masjidil Haram. Dan sebentar lagi… Ka’bah…

Sayup- sayup terdengar suara ustad pembimbing kami menerangkan ini dan itu, tentang pintu keluar yang terdekat, tentang agenda kami malam itu, tentang…

***



Kulangkahkan kaki memasuki mesjid. Masih dengan perasaan yang melayang dan setengah bermimpi.

Kami lakukan shalat maghrib dan Isya di Masjidil Haram. Masjid dimana shalat di dalamnya bernilai seratus ribu kali lebih baik dibandingkan shalat di tempat lain.

Dan setelah shalat, setelah kami kemudian meneguk air zam-zam yang banyak tersedia di dalam masjid, kami turun ke pelataran Ka’bah untuk melakukan thawaf sebagai bagian dari ibadah umroh kami.

Perasaanku masih sama, seperti melayang dan setengah bermimpi. Barulah ketika kami memulai thawaf kami dengan mengangkat tangan ke arah Hajar Aswad sambil mengucapkan Bismillah Allahu Akbar, kembali tanpa dapat ditahan air mataku mengalir deras…

pelataran-kabah3

***



Alhamdulillah, Segala Puji Bagi Allah, rombongan kami, dimana di dalamnya terdapat banyak kanak- kanak dan juga ada ayahku yang kondisi fisiknya tak begitu baik karena sakit, melakukan thawaf tujuh putaran dengan lancar.

Thawaf , sungguh keindahan yang luar biasa.

Memandangi Ka’bah, melakukan thawaf, sungguh bukan suatu kegiatan yang melibatkan fungsi fisik semata. Tak bisa dilakukan hanya menggunakan mata dan melangkahkan kaki. Melakukan thawaf, adalah kegiatan yang melibatkan seluruh indra, hati, dan rasa.

Begitu banyak orang di sana, tak terasa sedikitpun hiruk pikuk yang melelahkan, tak terasa kesempitan ruang yang menghimpit. Berada di sana, hanya kebahagiaan dan kedamaian yang ada. Hanya energi positif dan suasana terang benderang penuh cahaya yang gemerlap bening yang terasa.

Saat berthawaf, semua orang di kanan, kiri, depan, belakang, bergerak berputar ke arah yang sama dan mengucapkan doa dan dzikir penuh puja dan puji bagi Allah semata. Betapa hati ini sungguh bahagia, damai, dan tenteram karenanya.

Indah… indah… indah.

Berthawaf adalah keindahan yang luar biasa. Amat sangat. Keindahan yang sungguh sulit digambarkan dalam kata- kata.

Berthawaf di sekitar Ka’bah, merasakan dalam hati bahwa kita ada tepat di bawah Baitul Makmur, tempat dimana para malaikat tak henti berthawaf mengabdi dan beribadah kepada Allah sungguh menimbulkan suatu kenikmatan, keindahan dan kebahagiaan yang sangat berlimpah…

Dan aku mulai mengerti, mengapa orang yang pernah mengunjungi Ka’bah, pernah berthawaf mengelilinginya akan selalu merindukan untuk kembali dan melakukan kegiatan yang sama. Aku mulai memahami perasaan itu. Perasaan yang sudah sejak lama sering diceritakan oleh banyak orang, tapi baru sungguh- sungguh kupahami malam itu, ketika telah kualami sendiri hal tersebut…

***



Seusai thawaf, kami melakukan shalat sunat ba’da thawaf, dan melakukan Sa’i yaitu berjalan ( atau berlari- lari kecil ) antara Bukit Safa dan Marwah sebanyak tujuh kali. Sa’i untuk mengenang perjuangan Siti Hajar mencari air bagi putranya, Ismail A.S. , Allah s.w.t kemudian mengkaruniakan air zam zam yang sumbernya diketemukan oleh Siti Hajar ketika itu.

Tak banyak kesulitan berarti sepanjang melakukan Sa’i. Beberapa anak kecil mulai lelah dan mengantuk dan sungguh, bahkan kondisi itu membuat keindahan Sa’i bertambah ketika para orang tua menggendong anak- anaknya yang mengantuk itu sambil terus melakukan Sa’i.

Betapa indahnya melihat begitu banyak cinta yang terlimpah pada kanak- kanak saat melakukan ibadah kepada Allah…

Dan tujuh kali berjalan antara Shafa dan Marwah telah usai dilakukan.

Di pucak Bukit Marwah, kami mengakhiri kondisi ihram dengan memotong rambut.

Rukun ke empat umroh, yaitu Tahallul dengan cara memotong rambut telah kami lakukan.

Ibadah umroh kami telah usai.

Subhanallah…

Keharuan memenuhi dadaku…

Terimakasih ya Allah atas segala nikmat dan karunia yang telah engkau limpahkan kepada kami, terimakasih atas segala keleluasaan dan kemudahan yang Engkau berikan kepada kami.

Semoga ibadah umroh kami yang jelas jauh lebih sempurna engkau terima.

Semoga ibadah ini akan memuat kami menjadi lebih baik dan lebih baik lagi, dan semoga ibadah ini membawa banyak kebaikan bagi kami dan semua kawan, sahabat, saudara, keluarga dan semua orang di sekitar kami…

p.s.

- Foto diambil di Pelataran Ka'bah, Masjidil Haram, Juli 2011


- Memasuki bulan Ramadhan, mohon maaf lahir batin bagi kawan- kawan semua. Selamat berpuasa bagi kawan- kawan yang menjalankan ibadah puasa.

0 comments:

Post a Comment