Tunas

Tentang 'Tunas'…


TAK pernah ada kata terlambat untuk menuliskan sebuah kekaguman.


Dan itulah yang sedang kulakukan sekarang.


Tulisan ini seharusnya kubuat sejak lama, sebab bahan bacaan untuk dijadikan dasar bahasan dalam tulisan ini telah ada di tanganku sejak beberapa saat yang lalu. Hanya saja, ‘seharusnya’ itu menjadi tertunda sebab entah kenapa, waktu yang kuniatkan untuk membaca bahan tulisan itu tergeser- geser terus oleh berbagai urusan yang seakan tak habis- habis.


Tapi tak apa.


Tak menjadi masalah bahwa niatku untuk membaca bahan tulisan ini tertunda- tunda. Tapi yang jelas, aku tak menunda niatku untuk menulis sesuatu tentang hal tersebut segera setelah usai membacanya.


Sebab apa yang kubaca itu sungguh indah dan menggelitik.


' Tunas ', begitu judul tulisan yang kubaca itu.



Seorang sahabat, Pradna, yang menulisnya.


Seperti juga para tokoh utamanya, tulisan ini tampaknya ditujukan untuk dibaca oleh para remaja. Terutama murid SMA.


Aku menyukai 'Tunas' yang ditulis Pradna ini.


tunas1


Entah apakah ini hanya kesimpulanku sendiri setelah sekian lama membaca banyak tulisan Pradna, atau memang Pradna pernah menyatakan atau menuliskannya secara eksplisit pada tulisan- tulisannya atau pada salah satu percakapannya denganku, tapi yang kupahami adalah Pradna memaknai cinta dengan cara yang sederhana. Dan tidak cengeng.


Tapi tak berarti tak ada kedalaman dan kehalusan rasa di situ.


E-book karyanya, Tunas, yang berisi beberapa buah tulisan pendek yang dapat dibaca secara sendiri- sendiri maupun dibaca secara berkesinambungan sehingga membentuk sebuah novel mini menunjukkan hal tersebut.


Tokoh utama novel mini ini adalah seorang gadis SMA tomboy juara judo bernama Rita yang temannya sejak kecil, pemuda tampan yang halus dan sangat pandai. Tetangga sebelah rumah yang bernama Rangga.


Pradna dengan manis dan segar menggambarkan bagaimana kedekatan mereka berdua terjalin. Bagaimana Rita rela untuk ‘menggagalkan’ rencana Rangga untuk ikut olimpiade dengan melatih judo, dan menggunakan uang yang diperolehnya untuk mendaftarkan Rangga turut berwisata di acara sekolah, sementara pada saat yang sama Rangga memberi les di bimbel dan menggunakan uang yang diperolehnya, tanpa sepengetahuan Rita, untuk mendaftarkan Rita agar dapat pergi ke acara wisata yang lama.


Kelucuan yang sangat khas Pradna muncul di sana- sini dalam rangkaian cerita ini.


Kemanisan pikiran dan kehalusan hatinya juga.


Cerita bagaimana Rita bekerja agar Rangga dapat pergi berwisata (sementara dia sendiri tidak, sebab uangnya hanya cukup untuk membayari satu orang ), yang ternyata juga dilakukan oleh Rangga bagi Rita yang diketahuinya sangat ingin pergi ke wisata tersebut daripada harus mengikuti kejuaraan judo, adalah salah satu dari kemanisan tersebut.


Dan ah…


Pradna mungkin tidak cengeng. Dia juga tak suka perempuan cengeng, katanya. Dia mungkin juga tak terlalu suka air mata.


Tapi sungguh air mataku menggenang ketika kubaca bagian terakhir tulisan tentang dua pelajar SMU Tunas Bangsa ini. Cerita berjudul 'Rival' ini berisi cerita tentang surat (yang bukan) surat cinta dan mawar putih.


Dan cerita ini jauh dari cengeng, tapi sungguh menyentuh.


Tulisan, memang tak bisa dihindari, selalu menggambarkan siapa penulisnya.


pradna


Pradna, bukan lagi murid SMA. Tapi sepanjang yang kuketahui, dia memang berinteraksi banyak dengan para remaja. Pradna membuat naskah teater untuk dipentaskan dan menjadi pelatih teater remaja.


Dan tak perlu dipertanyakan, dia cerdas.


Juga dia memiliki kehalusan dan kebaikan hati.


'Tunas', mewakili apa yang ada pada diri dan hati Pradna.


Mewakili cita- citanya untuk melihat para remaja mengisi hari dengan kegiatan yang berguna, tanpa kehilangan kelucuan dan keceriaan mereka. Mewakili keinginannya agar para remaja tidak cengeng, dan menjadi remaja yang kuat menghadapi hidup. Tak seperti para remaja yang digambarkan di sinetron- sinetron di TV yang hidup tanpa tujuan, dengan gaya hidup hedonis dan bermewah- mewah serta tindak- tanduk yang kasar dan tanpa etika, memaki serta menampar orang seenaknya.


Semoga, seperti yang dicita- citakan oleh Pradna, diluar apa yang ditunjukkan oleh sinetron- sinetron tak bermutu itu, dalam kenyataannya lebih banyak remaja- remaja yang berbudi baik, cerdas dan bertanggung jawab atas kehidupan diri dan lingkungannya seperti Rita dan Rangga…


p.s.


Tulisan berjudul “Tunas” ini dipersembahkan oleh Pradna bagi “Wanita Angin”. Ehm! Perempuan yang beruntung… ;)


<!--[if gte mso 9]> Normal 0 false false false EN-US X-NONE X-NONE MicrosoftInternetExplorer4 <![endif]--><!--[if gte mso 9]> <![endif]-->


** gambar diambil dari facebook dan blog Pojok Pradna **




2 comments:

Pojok Pradna said...

ehm...harus berdiri,duduk,berdiri,duduk lagi untuk menahan haru sebelum menuliskan komen di sini...

makasiiih..pengen "meledak" rasanya baca ulasan ini... (worship) dah! ^_^

Oh iya, soal cengeng dan air mata...sebetulnya saya ini mudah terharu kok. Meski memang masih kesulitan mengeluarkan air mata, tapi kalau melihat kejadian atau membaca segala yang mengharukan,bawaanya pengen buru-buru cari tiang untuk menangis dan menari bombay...seperti saat membaca tulisan ini :)

Trus,
ijinkan nambah curcol lagi :D
Saya pernah dikritisi keabsurd-an cerita pertama...hehe,untuk pembelaan diri soal itu : se-super-hero-nya Rita, bagaimanapun juga dia adalah gadis SMU biasa, yang biasa dan bisa saja melakukan hal yang tidak masuk akal demi...hoho, silakan baca saja di Tunas cerita pertama! (teteep... aja ujung2nya promosi ^_^v )

sekali lagi terima kasiih... *baca review-nya lagi ah..*

'dee said...

@ pradna: hahaha..aku tadinya mau nulis tentang ke-ekstrriman tokoh Rita di bab bab awal itu.. tapi btw menurut aku sih ngga absurd, itu kan cuma cara untuk menjelaskan keunikan dia aja -- gimanapun bahasa tulisan tidak punya gesture jadi kalau mau menegaskan sesuatu ya salah satunya dengan cara hiperbola seperti itulah.. :)

btw, hihihi..koq ya pradna pura2 ngga liat komen aku soal sang wanita angin ya..padahal aku tadinya nunggu2 cerita tentang itu *gaya infotainment.com* ;-) :lol: d.~

Post a Comment