Mudik Lebaran

Idul Fitri akan segera tiba…

TAK pelak, kegembiraan menghampiri hati.

Seperti biasa, kami sekeluarga mudik.

Mudik, selama ini kujalani sepanjang hidupku, baik sebelum maupun setelah menikah.

Dulu, saat kami masih kecil- kecil, mudik dilakukan bergantian, jika pada tahun ini kami berlebaran di rumah kakek nenek dari ibu, tahun berikutnya kami berlebaran di kota kelahiran ayahku.

Kadangkala kami mudik dengan kereta api. Tapi lebih sering, ayahku memilih untuk mengendarai mobil sendiri. Lebih bebas, katanya, bisa menentukan waktu sendiri kapan hendak melanjutkan perjalanan kapan hendak berhenti, dan dimana.

Dan tentu saja, perjalanan mudik itu bagi kami juga merupakan perjalanan wisata. Kami biasa mampir di kota- kota yang dilalui di sepanjang perjalanan, dan menginap di sana.

Ada hal yang lucu jika diingat saat ini tentang perjalanan ketika itu.

Saat aku kecil, di usia SD dulu, belum ada minuman dalam kemasan kotak. Juga belum ada teh botol ataupun air mineral. Minuman dalam botol yang tersedia adalah minuman bersoda. Jadi, kuingat betul bahwa orang tuaku biasanya membeli satu krat ( eh, bagaimana sih mengejanya? ) minuman botol ini. Lalu, satu krat minuman botol -- satu wadah kotak plastik besar berisi banyak botol itu -- ditaruh dan diikat di bagasi di atap mobil.

Jadi, kami tidak bisa setiap saat minum. Biasanya, pada saat- saat tertentu ayahku akan menghentikan mobilnya lalu kami masing- masing akan mendapatkan minum sebotol sirup bersoda itu dan kami akan meminumnya sampai habis, kemudian botol kosongnya ditaruh kembali di dalam krat. Lalu sepanjang perjalanan, kami mampir di toko- toko yang dilewati di sepanjang perjalanan, dan orang tua kami membeli lagi persediaan minum dengan cara menukarkan botol kosong itu dengan botol baru yang masih penuh berisi.

Seru.. seru.. seru...

bunga2


Di kemudian hari, aku kemudian juga menikah dengan seseorang yang berasal dari kota yang letaknya tak jauh dengan kota asal ayahku. Karenanya, ritual mudik tak pernah berhenti, walau ada perubahan, yakni mudiknya dilakukan bersama suami (dan kemudian setelah mereka lahir, bersama anak- anak ), bukan lagi dengan orang tua dan saudara- saudaraku seperti dulu..

Kami, aku dan suamiku, sejak sebelum menikah telah bersepakat bahwa sebisa- bisanya kami akan mengupayakan untuk mudik ke kedua kota dimana para orang tua kami tinggal. Hanya lokasi shalat Iednya saja bergiliran. Ada kalanya kami shalat Ied di kota dimana orang tuaku tinggal, kali lain di kota dimana mertuaku berada.

Dan, kedua kota itu terpisah jarak lebih dari 600 KM. Maka, setiap tahun kami mengalami 'kehebohan' mudik saat lebaran.

Tapi sungguh, ini adalah kehebohan yang kami nikmati dan selalu kami nanti- nantikan...

***



Ada hal unik yang ‘mengagetkan’ yang terjadi di awal- awal masa pernikahan, terkait dengan tradisi setempat.

Di rumah orang tuaku, pada hari lebaran selalu ada ketupat, opor ayam dan sambal goreng hati. Hal yang sudah berjalan bertahun- tahun dan ternyata bagiku menjadi sesuatu yang kurindukan dan jika tak ada, terasa ada yang hilang.

Sementara itu, di daerah asal suamiku, biasanya ketupat tidak dihidangkan di hari pertama. Lucunya, hal ini sebenarnya juga terjadi di kota asal ayahku tapi entah kenapa tidak terekam dalam ingatanku. Karenanya, kali pertama aku berlebaran di rumah mertua setelah menikah, aku agak heran mengapa tak ada ketupat dihidangkan di hari itu.

Baru kemudian kuingat bahwa berdasarkan tradisi setempat ketupat baru akan muncul di hari ke lima, bukan hari pertama lebaran !

Hari ke lima itu disebut Hari Raya Kupat.

***



Terkait dengan Idul Fitri yang pernah beberapa kali diputuskan jatuh pada hari yang berbeda, kami pernah memutuskan untuk berlebaran pada hari yang lebih awal. Tanpa diduga, keputusan tersebut menyebabkan kami justru bisa berlebaran ‘hari pertama’ baik di rumah orang tuaku maupun di rumah mertua. Sebab kami shalat Ied bersama dengan orang tuaku lalu melakukan perjalanan sehari semalam, dan ketika kami tiba di subuh keesokan harinya di rumah mertua, seisi rumah sedang bersiap- siap untuk shalat Ied, sebab keluarga di sana memilih untuk berlebaran pada hari berikutnya.

Kami sendiri tentu saja tidak lagi ikut shalat Ied di sana sebab sudah melakukannya sehari sebelumnya.

Tahun ini, keluarga kami baik di rumah orang tuaku maupun di rumah mertua, memutuskan untuk berlebaran pada hari Rabu. Dan… aha… ada hal unik tahun ini, yakni, seperti aku yakin, terjadi di banyak keluarga pada tahun ini, subuh tadi kami sahur dengan ketupat dan beragam lauk pauknya sebab tadinya semua dipersiapkan untuk berlebaran pada hari Selasa ini…

ketupat

Ah, bagaimanapun lebaran selalu menyenangkan.

Apapun yang terjadi suasananya selalu terasa berbeda. Sejak mulai dari pasar dimana bunga- bunga segara yang dijajakan dalam tong- tong besar, siap untuk menghiasi rumah- rumah saat lebaran, para penjual selongsong ketupat, kembang api, takbiran…

bunga

Selamat Idul Fitri, kawan- kawan semua. Semoga kebaikan selalu menghampiri kita. Mohon dimaafkan lahir batin. Selamat berbahagia merayakan lebaran bersama keluarga…


p.s. we love you

5 comments:

mechta said...

Selamat Idul Fitri 1432 H... Mas Kuti & Mbak Dee...maaf lahir batin, bila selama ini ada salah2 kata / komen ya.. :)
Selamat berkumpul dengan keluarga...

haaa... sama- sama ya mechta... salam hangat, maaf lahir batin... d.~

jokos5758 said...

seharusnya yang namanya mudik masal, tarif angkutan umum itu murah karena peminatnya, bukannya semakin mahal.
mudik memang aneh, barang laris justru harga tinggi, padahal seharusnya produk yang lakunya lama yang seharusnya lebih mahal harganya.

ada yang aneh dengan watak pebisnisnya.....

kalau lihat dari sisi bisnis sebetulnya nggak aneh, mas... kalo demand tinggi dan supply terbatas, harga akan naik. itu rumus umumnya. tapi memang aku setuju, seharusnya urusan mudik ini dikelola tidak hanya oleh para pebisnis, tapi barangkali dephub atau instansi terkait bisa mencarikan solusi dengan menyediakan banyak angkutan sehingga harga tak perlu melambung gila- gilaan... salam! d.~

ioneday amanda said...

waw. . Mudik

he he... mudik itu asyik :) d.~

ardi said...

Semoga mudiknya lancar dan sesuai keinginan

terimakasih... d.~

yuniarinukti said...

Mbak Dee.. Maaf lahir batin ya Mbak..
klo boleh nebak rumah mertuanya Mbak di daerah Jawa Timur ya, karena tradisi bikin ketupatnya sama seperti ibuku.. :)

he he... :) d.~

Post a Comment