Sepak Bola, Mental Juara dan Kenangan Manis itu...

Saat pertandingan bola antara Malaysia dan Indonesia berlangsung...

SCORE 3-0 untuk Malaysia.

Dan aku menarik nafas panjang.

Sejak awal sebelum pertandingan babak final ini dimulai, ada satu hal yang membuatku khawatir.

: Euforia yang berlebihan, kegembiraan yang menurut aku diluapkan terlalu dini sebelum titik terakhir.

bola



Oh, aku bukan pengamat sepak bola profesional, tentu saja. Dan bukan pula orang yang akan ‘ngebela- belain’ menonton bola tengah malam, bahkan untuk kejuaraan dunia atau piala Eropa yang begitu populer sekalipun.

Sebagai ibu bekerja dengan beberapa orang anak, aku memilih untuk realistis, menaruh prioritas pada hal- hal yang memang sangat penting. Dan terus terang saja, menonton pertandingan bola tidak termasuk di urutan atas dalam skala prioritasku, he he he…

Tapi tak pelak keriuhan pertandingan sepakbola AFF ini tertangkap juga. Terlalu banyak berita dan komentar beredar sehingga sungguh mustahil berita mengenai pertandingan ini tak tertangkap radarku. Apalagi jam pertandingannya cukup ramah sebab dilakukan saat kebanyakan dari kita memang masih terjaga.

Jadi, malam ini, walau kadangkala diselang hilir mudik kesana kemari serta membaca satu dua lembar novel yang kupegang, aku berada di depan televisi bersama suami dan anak- anakku, menonton pertandingan sepakbola piala AFF antara Indonesia dan Malaysia. Dan menyaksikan bagaimana gawang Indonesia berulangkali dibobol pemain Malaysia...

***



Aku tentu saja senang bahwa team Indonesia memenangkan beberapa pertandingan secara berturut- turut sebelum ini, tapi berulang kali terlintas dalam pikiranku tentang betapa berbahayanya jika pikiran ‘kita menang’ ada pada diri kita saat kita sebetulnya belum betul- betul memenangkan pertandingan.

Kesan itulah yang kudapatkan dari gegap gempita dan keriuhan yang terjadi selama ini. Kita merasa menang ketika sebetulnya belum menang. Dan melihat bagaimana team Indonesia malam ini tampil kurang tajam dibandingkan dalam pertandingan- pertandingan sebelumnya,  jangan- jangan kekhawatiranku itu terbukti benar.

Tapi tentang pertandingan bola malam ini, biarlah para komentator dan pengamat sepakbola profesional yang mengulasnya. Aku sendiri menulis topik tentang bola lebih karena menonton pertandingan bola malam ini membuat anganku melayang ke masa silam...

***



Ah, entah berapa tahun sudah aku meninggalkan lapangan.

Bukan lapangan bola, tapi lapangan lain yang peraturannya sangat mirip sepak bola.

Dulu saat mahasiswa aku tergabung dalam sebuah team olah raga di universitas. Sebuah team dalam divisi utama. Team yang selalu sangat diperhitungkan dalam pertandingan karena kami adalah juara bertahan dalam banyak pertandingan.

Mengenang kembali apa yang terjadi pada ‘the dream team’ kami dulu, ada satu latihan penting yang kami peroleh selain latihan teknik . Yaitu latihan mental.

Mentalitas dimana walau tahu bahwa team kami adalah team yang sangat tangguh, bahwa kami juara dalam banyak pertandingan, tapi tak pernah kami merasa menjadi juara ketika kami belum benar- benar memenangkan pertandingan final.

Bahwa setiap kali pertandingan kami selalu bermain all out. Tak perduli siapapun lawan kami, dan bahwa di atas kertas kami akan memenangkan pertandingan tersebut, kami akan mengeluarkan kemampuan terbaik kami.

Bahwa berhitung dengan cermat itu penting.  Bahwa kehilangan kendali walau sejenak bisa membuat perbedaan besar.  Bahwa peluang tipis bisa membalik situasi. ( Keadaan ini, aku rasa, yang terjadi saat gol pertama Malaysia membobol gawang Indonesia tadi. Pemain Indonesia yang mengawal bola bermaksud membiarkan bola tersebut keluar lapangan dengan sendirinya sementara pemain Malaysia meraih kesempatan yang sangat tipis tersebut, mengambil bola yang sudah mendekati garis belakang dan menendangnya kembali ke dalam lapangan untuk kemudian disambut oleh kawan se-teamnya yang menendang bola tersebut ke arah gawang Indonesia )

Juga latihan mental untuk dapat bertahan tetap memiliki konsentrasi tinggi saat berada dalam tekanan.

Sebab justru ketika peluang untuk menjadi juara ada dalam genggamanlah sebetulnya tekanan mental akan makin berat. Ada tekanan dari penonton --  yang mendukung lawan maupun dari pendukung team kami yang berharap kami menang adapula tekanan dari diri sendiri, baik berupa ambisi untuk menang atau sebaliknya, berupa keinginan untuk ‘beristirahat sejenak’ karena toh di atas kertas akan menang.

Aku belajar banyak saat bertahun- tahun tergabung dalam team olah raga tersebut.

Bukan semata jadi juaranya yang terpenting, tapi jejak latihan untuk membangun mental juara itu yang lebih penting.

Mental untuk tak lupa daratan saat menang. Dan bangkit dengan cepat ketika kalah. Juga sikap pantang menyerah sebelum peluit tanda berakhirnya pertandingan final berbunyi.

Menang atau kalah itu biasa dalam pertandingan. Proses menuju kemenangan atau kekalahan itulah yang menurutku akan berjejak lebih panjang dalam diri daripada kemenangan atau kekalahan itu sendiri.

***



Disamping kegembiraan dan kesenangan saat menjuarai kejuaraan, serta pelajaran hidup dibaliknya, aku, tentu saja, juga menyimpan banyak kenangan  manis tentang masa itu…

Aku masih ingat bahwa di hari pertamaku masuk kerja dulu, ada memar biru di betisku. Aku baru saja lulus kuliah dan masih sering mengisi hari- hariku di lapangan olah raga. Memar itu kudapatkan beberapa hari sebelum hari pertamaku masuk kerja. Untunglah memar tersebut tak terlalu tampak sebab tertutupi oleh rok-ku yang panjangnya hampir mencapai mata kaki, hehehe...

Memar dan luka, menjadi bagian dari keseharianku dulu. Ibuku tak lagi heran jika aku pulang ke rumah dengan jari- jari yang terbalut plester atau lutut penuh luka. Sudah sangat maklum darimana kudapatkan berbagai luka tersebut.

Dan oh… aku dulu adalah pemain yang nakal. Berlari mengelilingi lapangan yang merupakan bagian dari latihan fisik sungguh membosankan bagiku. Karenanya tak jarang saat berlari caraku menghitung adalah 1... 2… 3… 5… 8…9… 10… 14...15... 16... 18… 19… 20, ha ha ha ha ha.

Nakal ya?

Kupikir, kenakalanku itu tak terdeteksi oleh pelatih kami.

Ternyata aku salah.

Suatu ketika aku pernah kehabisan nafas saat pertandingan. Pelatih kami tak bergeming, tetap menggelengkan kepala kendati berulang kali aku memberi isyarat agar ditarik keluar lapangan serta posisiku digantikan pemain lain. Mau tak mau aku terus bermain dengan nafas yang tersisa.

Di saat istirahat, pelatih tersebut berkomentar padaku, “ Makanya kalau disuruh lari, jangan dikurangi jatahnya. Sekarang susah sendiri, kan? “

Wah, dia tahu rupanya? Ha ha ha…

Ah, setelah sekian lama berlalu, hal- hal itu sungguh sangat manis dan terasa lucu dalam kenangan.

Dan oh, last but not least, salah satu yang termanis dari semuanya adalah kenangan tentang… hmm… aku tak tahu apakah rekor ini sudah dipecahkan atau belum sekarang, tapi aku pernah memegang rekor pembuat gol tercepat. Gol itu kubuat hanya dua menit setelah pertandingan dimulai... ( Percaya tidak? He he he... )

p.s. i love you

**gambar diambil dari www.greatamericancookies.com**

20 comments:

meiy said...

maen bola juga dee? kok aku gak tau olahraga apa itu yg km mainkan ya hehe...ketauan kan 'bandel'. :P

jadi inget juga dulu baru2 married lupa kalau bisa hamil hehe..tiap sore pulang kerja di messku langsung maen basket, pendarahan kecil deh, anak pertama sampe bed rest. br tahu kalu menikah bisa hamil huaaa *ngawur dotcom*

aku suka sepak bola, basket, balap. tp sama seperti sikapmu aku tak kan pernah mengidolakan apapun (dulu pernah aku ngelink tulisan lamaku ttg idola di komen disini, kalo gak salah). aku gak akan bela2in kalau ada prioritas lain, apalagi setelah menjadi ibu yg bekerja.

ada juga yg aneh, ada yg bangga gt kalau suka sepakbola, gila2an menuhankan sepakbola :D walah!

tapi tadi ikut arus eforia sm uqan, yah mmg lg jamnya santai.

ini statusku tadi, sempat geram sih gara2 laser itu.


"Jangan memuji berlebihan, jangan menghujat saat mereka kalah ya..yg penting mereka berjuang dg semangat. Kalah menang dalam sebuah kompetisi biasa toh, yg penting sportif. dan mari supporter Indonesia jangan memalukan kaya mereka, pake sorot laser...tunjukkan kita bangsa beradab :)"

rumahkayu said...

hehehe... nggak, aku bukan main bola. aku main hockey. biru2 di tulang kering yg masih ada saat hari pertama kerja itu 'hadiah' kepukul stick hockey :mrgreen: posisiku dalam team dulu itu.. ha ha.. tergantung situasi. aku sering dipasang di belakang jika strateginya bertahan, sering pula dipasang sebagai pemain depan jika strateginya menyerang :D

selain hockey aku juga main squash, tennis dan berenang... mmm... apalagi ya? ha ha ha... ada lagi beberapa kegiatan lain yang judulnya bandel.com ( tapi gak papalah, kenyang bandel jaman dulu, setelah menikah apalagi punya anak aku dengan rela hati menutup mata terhadap dunia, ha ha ha ha ha :lol: -- eh, ini mah emang mestinya gitu ya? aneh banget kalo malah masih kelayapan terus... he he he :P )

aku setuju soal laser tadi. memang nyebelin sih kalo ngadepin lawan curang, atau supporter yg tidak sportif. tapi sejujurnya aku rasa team indonesia juga ngga dalam kondisi terbaiknya.

and above all... selalu ada yang menang atau kalah dalam setiap pertandingan. sikap mental lebih penting daripada kemenangan atau kekalahan itu sendiri.

dan btw, masih ada satu pertandingan lagi kan? peluangnya aku rasa berat, tapi apapun bisa terjadi sebelum peluit terakhir... ngga ada yg betul2 sudah menang atau sudah kalah sebelum detik terakhir... :-) d.~

untara said...

well, ini sebuah pelajaran yang harus diambil oleh bangsa Indonesia. if this is the end, let's make it worth to remembered.

meiy said...

wah ngeri kalipun olahragamu itu bah! yg pasti asik. satu obsesiku blm kesampaian, nyelam! km suka snorkling ya dee? sabang tuh sangat indah...

ikut balap gak? hehehe...kalo aku suka nebeng motor teman yg pembalap buat latihan balap :P

rice2gold said...

beruntung Indonesia kalah :)

anny said...

Dalam kekalahan itu ada pelajaran mahal dan Indonesia harus evaluasi diri dalam tindakan tindakannya baik timnas, supporter juga sponsornya.
Walau kalah musti kalah bermartabat,itu lebih baik daripada menang dari hasil kelicikan, insiden laser itu kan bener2 curang :(

Mba Dee aku blm pernah main hockey hehehe , ajarin ya :D

luv said...

aku cuma lihat babak satu mba,keliatan kl pemain kita tertekan. pas babak dua aku nemenin anakku main dan bengong pas suamiku lapor, ma udah kebobolan 3 neh. hehehe..
mba dee,hockey kan lumayan serem yak kayaknya cukup banyak benturan fisiknya.

'dee said...

iya.. memang dari awal pemain indonesia tampak tertekan dan nggak konsentrasi. aku malah curiga mereka juga fisiknya nggak fit, kayak lelah gitu
( dan baru seusai pertandingan aku baca bahwa ternyata sebelum pertandingan mereka malah diajak wira wiri kesana kemari, ke beberapa acara yg ngga ada hubungannya langsung dgn pertandingan? weleh... aneh juga sih... )

mmm... hockey serem? nggak juga sih luv. benturan fisik, ngga terlalu banyak koq. ada, tapi biasanya nggak sengaja kecuali ketemu lawan yg curang dan main jegal, he he. tapi jarang koq kalo badan sama badan. yg lebih sering sih... benturan badan dengan stick hockey... hehehe -- ada beberapa kawan yang jidatnya sobek karena berciuman dengan stick hockey ini.

aku sendiri cukup beruntung, paling2 cuma biru2 di kaki aja kepukul stick atau kena bola, ngga pake sobek di jidat segala. luka2 di buku2 jari itu biasanya didapat kalau main hockey ruangan, di lapangan semen serupa lapangan basket itu. kalau di lapangan rumput sih tangan aman :-)

hayaahhh... luv pasti bingung aku ini luka2 begitu koq malah senang... he he, tapi aku happy dulu itu... sungguh :-) *dasar bandel* :mrgreen:

d.~

rumahkayu said...

eh... ajarin main hockey? wah, haha, aku udah ngga main hockey sejak lulus kuliah. udah gak bisa lari lagi sekarang mah :D kalo squash mungkin masih bisa... terakhir main menjelang hamil anak ke-3 (itupun artinya sudah bertahun- tahun yang lalu, he he he...)

yang sekarang masih bisa beneran mah paling2 tinggal berenang doang... yang lain sih... mmm, ya mungkin bisa kalo latihan lagi. masalahnya kapan latihannya? ha ha...

btw, konon selain laser ada pula bubuk gatal kemarin itu? weleeehh... koq kayak si abdullah di komik tintin aja ya, punya bubuk gatal segala :lol: d.~

rumahkayu said...

wah, kalo irfan bachdim baca komen ini ntar dia joget2 di lapangan sambil bilang 'teganya... teganya... teganya...', he he he

btw, aku sih tetap lebih senang kalo tim indonesia menang atuhhhhh... kasian itu irfan cakep- cakep koq kalah *ih,apa hubungannya ya?* ha ha ha :lol: d.~

rumahkayu said...

belum the end sih mas... kan masih ada satu kali pertandingan lagi :-) walau peluangnya berat karena sudah ketinggalan 3-0 tapi belum ada yang betul2 menang atau betul2 kalah sampai detik terakhir di pertandingan terakhir nanti kan?

*walau-aku-tetap-gemas-kenapa-malah-pada-jalan-jalan-kesana-kemari-sebelum-final* (mestinya kan dikarantina... piye tho...)

tengkyu yaaa... komennya. oh ya, aku kemarin malam sudah mampir ke blognya mas untara, cuma belum ninggal komen di sana. salam, d.~

rumahkayu said...

whaaa... meiy, tahun lalu aku ke aceh dan sebetulnya sudah sampai ke tempat yang bisa nyebrang ke sabang itu.cuma aja memang waktunya ngga cukup untuk ke sabang. betul cantik ya? kalau kapan2 aku ada kesempatan ke aceh lagi aku nyebrang ah kesana... btw, kalo aku ke aceh nginap di rumah meiy boleh ya nanti? :-)

balap motor? oh tidaakkk... he he, aku ngga sebandel itu meiy, he he he... in fact, aku agak takut kalo naik motor, juga nggak bisa mengendarai motor. abang2 tukang ojek motor langgananku sih udah tau kalo bawa aku jalannya pelan- pelan... he he he...

oh ya, ha ha... soal diving, saat ke bunaken aku nyesel deh kenapa ya ngga sekalian diving aja jadi puas lihat karang2nya... aku snorkeling aja disana saat itu. dan karena penasaran belum diving itu dalam hati aku berdoa agar suatu saat nanti bisa kembali ke bunaken lagi

( alah, bilang aja pengen jalan-jalan lagi kesana, ya? he he he... )

biasalah kebanyakan cita-cita...

aku ingin ke wakatobi dan raja ampat juga, dan sebetulnya sebelum tsunami kemarin malah lagi ngobrol sama suami, mikir2 mau jalan2 ke mentawai...

tapi bukan cuma laut sih, gunung juga aku suka. aku ingin ke bukittinggi juga, ingin ke... -- eh stop stop, kalau semua daftar tempat yg aku ingin kunjungi aku sebut disini bisa habis satu halaman nanti, ha ha... sebab masih ada danau kelimutu, masih ada... whaaa... daftarnya masih panjaangggg... -- dasar pemimpi! he he he :mrgreen: d.~

luvjoy said...

hehe aku lihat film2 barat tentang hockey (yang maen cowo2 itu mba) selalu diperlihatkan sampai berdarah2.. apalagi yang hockey es itu.. kok hampir sama kayak rugby yah soale sampai bentur2 badan.syukurlah kalau ternyata hockey nya mba dee gak separah yang kulihat.

Pojok Pradna said...

wow, tough girl!

:-D

iya, sebagai Simatupang (Siap Main Tunggu Panggilan) adalah tetap fokus ketika melawan lawan yang diatas kertas di bawah kita.

Malah, kadang ada juga rasa ga tega membantai lawan yang lebih lemah, jadinya melonggarkan pertahanan.

Tapi kemudian, orang-orang bijak berkata. Mengasihani lawan dengan tidak menyerang sepenuh hati atau menghindari menyerang kelemahan lawan, adalah bentuk tidak menghargai dan menghina lawan.

Saling mengeluarkan kemampuan terbaik, itulah hubungan antar atlet sesungguhnya.

sejak itu...tidak lagi ada ampun *lol*

INEZ SiMaNaDaLaHI said...

kita doakan lah ya, INDONESIA MENANG...
:)

melly said...

aku tetep cinta Arif Suyono mba..hehe
juara atau nggak, bagiku TIMNAS sudah menjadi juara dihati rakyat Indonesia

funnie said...

Yups....pujian2 untuk saat ini terlalu berlebihan ..padahal kemenangan belum diraih.
Tapi disaat kemenangan belum diraih, hujatan dan amarah pun membara.
Seharusnya kita berlapang dada, kalah atau menang bukanlah masalah. Ini hanyalah sebuah kompetisi. Semuanya sudah ditentukan oleh Yang di Atas. So..apapun yang terjadi, tetaplah dukung Timnas, pasukan Garuda kita untuk berjuang di final besok. Jangan patahkan semangat mereka. Terus semburkan semangat2 agar kita menang. jangan menyulut marah dan provokasi untuk tim lawan. karena justru hal tersebut akan menjatuhkan harga diri bangsa kita. Jikalau saat ini kita kalah, kita bisa mencoba lagi saat mendatang. Mencoba dan mencoba. Semangat dan semangat. Kegagalan bukanlah akhir dari segala...

SEMANGAT!!!!FIGHTING GARUDAKU!!!

'dee said...

tough? ngggg.. iya, dan tidak.. ha ha ha..

sebab.. setiap kali masuk karantina dan menginap di 'base camp' menjelang pertandingan jaman dulu itu.. hahahahaha.. di tasku yang berisi beragam peralatan olah raga itu, juga ada.. buku puisi. hahahaha... :blush:

ini bukti bahwa manusia itu -- seperti juga cinta-- cuma tampaknya saja sederhana, padahal kadangkala... memang sederhana... -- eh, maksudnya kompleks, tidak sederhana.. ha ha

( eh...yg mana, pradna: sederhana atau ngga sih, sebetulnya ? :D )

tapi aku setuju tentang saling mengeluarkan kemampuan terbaik ( serta berkompetisi secara sehat ) itulah hubungan antar atlet yang sesungguhnya. juga bahwa walau di tengah lapangan kita menjadi lawan, di luar lapangan ada banyak persahabatan terjalin... :-) *so sweet*

oh ya, sebelum ditagih, ngaku 'dosa' dulu ah.. aku ingat koq aku punya hutang satu posting yg aku janjikan pada pradna itu... ha ha ha ha ha... tunggu moodnya ngepas untuk nulis topik itu yaaa ;-) *banyak-alasan* :P


d.~

erryandriyati said...

whuaaaa...
mba Dee dulu main bola kaaaaaah???
kereeeeen..hihihi..

gemes ngeliat si Irfan nangis mba...
cup..cup...Irfan jangan nangis yaaa...
sini..sini...dikasih tissue dulu...hihihi..

daniel said...

meremehkan lawan.....
padahal semestinya kualitas masih dibawah timnas..

Post a Comment