Anak- anak Unik, Sekolah dan Para Guru...

Masih tentang anak- anak unik. The gifted children.



TAK dapat dipungkiri, para bapak dan ibu guru memegang peranan penting dalam perkembangan murid- murid. Baik perkembangan dari segi ilmu pengetahuan maupun dari segi mental pada anak didik.

Dan situasi memang tak akan terlalu mudah untuk bagi kedua belah pihak, baik para guru maupun anak- anak yang unik.

Dalam hal ini aku tak terlalu ‘mempersalahkan’ para guru itu. Sebab, bagaimanapun seorang manusia akan menghadapi dan merespons situasi yang dihadapinya sesuai dengan nalarnya. Jadi memang wajar saja jika banyak guru yang tak paham atau kesulitan menghadapi ‘gifted children’ ini.

teacher



Menurut apa yang pernah kubaca, hanya 2% dari populasi seluruh manusia di dunia masuk ke dalam klasifikasi ‘gifted’. Jika guru tersebut kebetulan tak termasuk ke dalam populasi yang 2% ini maka tentu saja reaksi naturalnya tidak akan sama dengan apa yang diharapkan oleh para anak yang termasuk ke dalam 2% populasi ini.

Disinilah kesenjangan terjadi.

Karena itu, sebenarnya aku sendiri tak menuntut banyak pada para guru untuk secara otomatis memahami anak- anak ini.

Jika ada hal yang menurutku bisa membantu, maka hal tersebut adalah sistem dan metode belajar khusus yang mapan yang memang dibuat untuk memenuhi kebutuhan para gifted children itu, termasuk didalamnya memberikan penyuluhan dan informasi bagi para guru di sekolah.

Tapi, seperti pernah kutuliskan dalam posting sebelumnya, sebab faktanya sistem semacam itu tak mudah ditemukan di sini pada saat ini, aku dan suamiku mendidik diri kami sendiri untuk dapat menjadi jembatan bagi anak- anak kami dan lingkungannya. Kami bicara dengan para guru, kami berkonsultasi dengan psikolog, juga di pihak lain bicara dan memberi pemahaman pada anak- anak seta melakukan hal- hal lain semacamnya yang diperlukan.

Kami melakukan semua itu dengan cara yang ‘casual’ dan ‘santai’. Harus diberi tanda kutip sebab kami bukan tak menyadari bahwa situasi tersebut sebetulnya serius dan tidak sederhana. Tapi menurut pendapat kami, menghadapi hal- hal tersebut dengan cara sewajarnya dan menganggapnya sebagai hal yang normal serta semata merupakan salah satu dari sekian banyak hal yang memang harus kami hadapi dan selesaikan dalam hidup adalah cara terbaik bagi kami maupun anak- anak .

Dengan ‘kesantaian’ tersebut kami menghemat energi dan membuat anak- anak merasa nyaman dan menghindarkan mereka untuk merasa ‘terlalu berbeda’.

Kami menyadari keunikan mereka dan senantiasa berusaha agar mereka dapat berkembang sesuai keunikannya tersebut, tapi di pihak lain kami juga menginginkan mereka dapat menempatkan diri di tengah lingkungan yang ‘normal’.

Bukan dengan menjadi ‘normal’. Tidak.

Mereka tetap bisa (dan harus) menjadi dirinya sendiri dengan segala keunikan tersebut tetapi sehari- hari bisa dengan nyaman bergaul dan saling memahami dengan orang lain yang ‘normal’ itu.

Dan itu memang tak mudah…

Yang membuat situasi menjadi lebih rumit lagi, ‘gifted’ sendiri kemudian masih lagi dibagi menjadi beberapa kelompok yang memiliki karakteristik masing- masing. Jadi, selain karakteristik umum, tiap kelompok ini memiliki lagi ciri- ciri khusus yang bisa sangat berbeda antara satu kelompok dengan kelompok lain.

Saat menyadari bahwa kami dikaruniai anak- anak yang masuk ke dalam klasifikasi ‘gifted children’ ini, aku mempelajari beberapa referensi mengenai hal ini, dan aku makin sadar bahwa situasi yang dihadapi memang sangat unik dan ( sebenarnya ) cukup kompleks. Terutama ketika kudapati bahwa salah satu dari ketiga anakku bahkan masuk ke dalam kelompok yang jumlahnya hanya 0,1% populasi manusia di dunia. Dengan kata lain, satu dari seribu.

Tak akan dapat dihindari, dia memang akan menjadi seorang anak yang berbeda dengan kebanyakan teman- temannya...

***



Ada banyak gifted children yang beruntung, karena keunikan mereka teramati dan diketahui oleh orang tua mereka. Tapi ada juga anak- anak yang orang tuanya tak menyadari hal ini. Dan konon kebanyakan dari gifted children yang potensinya tak diketahui oleh orang tuanya ini, para gurunya tak pula menyadari hal tersebut. Banyak dari anak- anak ini kemudian dibawa untuk berkonsultasi dengan para ahli bukan karena mereka teridentifikasi gifted, sebaliknya, mereka mulanya dibawa kesana dengan keluhan gangguan perilaku.

Ada banyak karakteristik ‘gifted children’ ini. Beberapa diantaranya adalah bahwa anak- anak ini sangat sensitif, baik secara emosi maupun secara fisik. Selain itu, gifted children juga sangat perduli terhadap keadilan dan ketidak adilan. Dan di atas semua ini, mereka juga perfeksionis.

Jadi, mudah dipahami mengapa banyak ‘gifted children’ yang tampak sebagai pemberontak dan bereaksi keras atau bicara lantang jika menemukan sesuatu yang menurutnya tidak benar atau tidak adil. Juga mudah dipahami jika kemudian banyak diantara mereka yang lalu mogok sekolah saat menemukan ketidak adilan yang melampaui batas yang dapat mereka terima.

Menurut pendapatku, karena begitu besarnya kesenjangan dari apa situasi yang sebenarnya dengan apa persepsi yang ditimbukan, dimana situasi sebenarnya adalah bahwa anak- anak itu justru tergolong anak yang sangat cerdas, tapi persepsi yang timbul bisa jadi justru sebaliknya, yaitu mereka adalah anak- anak yang bermasalah, memiliki gangguan perilaku atau kesulitan mengikuti pelajaran di sekolah, maka walau kadangkala tak mudah, tapi tetaplah penting bagi para orang tua dan guru untuk memperoleh informasi dan dengan demikian memiliki kemampuan untuk dapat melakukan identifikasi dengan benar.

Sebab, betapa memprihatinkannya jika seorang anak yang tergolong 'gifted children' salah dipahami dan alih- alih diberi motivasi bahkan dijatuhkan mentalnya.

Betapa besar kerusakan yang akan terjadi di dalam dirinya.

Sungguh menyedihkan bahwa potensi yang sedemikian besar itu akan tersia- sia dan kerusakan mental yang hebat akan terjadi pada anak yang tak berdosa itu...

p.s. i love you


 




picture taken from: school.discoveryeducation.com

0 comments:

Post a Comment