Perbedaan, Kebaikan Hati dan Perdamaian

Lagi, tentang warna kulit. Tentang perbedaan.

BELUM lama ini aku menonton sebuah film yang sangat menyentuh berjudul The Blind Side. Film ini merupakan film semi biografi, drama olahraga yang diilhami oleh kisah hidup Michael Oher, pemain All American Football.

Adalah Leigh Anne, seorang interior designer dan Sean Tuohy, seorang pebisnis sukses, yang mengajak seorang anak jalanan kulit hitam bernama Michael Oher untuk menjadi bagian dari keluarga mereka. Keluarg Tuohy yang berkulit putih, mudah diduga, mendapatkan begitu banyak pertanyaan dari para kenalan mereka tentang keputusan ini.

Tapi mereka abaikan semua itu. Mereka membantu Michael untuk mengejar ketertinggalannya di sekolah, dan memberikannya kesempatan untuk bermain dalam team football, termasuk mengupayakan pelajaran tambahan agar Michael dapat mencapai nilai yang disyaratkan sehingga berhak memperoleh beasiswa yang ditawarkan oleh universitas- universitas yang menghargai kepiawaiannya di lapangan football.

Cerita berakhir happy ending ketika Michael berhasil melampaui nilai pelajaran yang disyaratkan dan kemudian bergabung dengan Ole Miss ( University of Mississippi) , kampus tempat kedua orang tua angkat dan kemudian juga saudara angkatnya bersekolah.

Film yang dibintangi Sandra Bullock dan Tim Mc Graw sebagai Leigh Anne dan Sean Tuohy, serta Quinton Aaron ( yang berperan sebagai Michael Oher ) ditutup dengan rangkaian foto- foto yang menunjukkan foto keluarga Leigh Anne, Sean Tuohy serta Michael Oher dan dua putra-putri keluarga Tuohy yang asli.

Sungguh mengharukan dan sangat menyentuh melihat betapa ketulusan dan kebaikan hati sebuah keluarga telah dapat menyelamatkan hidup seorang anak jalanan yang tak memiliki tempat tinggal tetap, tak diketahui ayahnya serta dipisahkan dari ibunya sejak berusia tujuh tahun semacam ini.

Lebih mengharukan lagi sebab kisah ini menunjukkan betapa rasa kemanusiaan dan kebaikan hati memang selayaknya diberikan tanpa memandang ras, atau warna kulit…

unity-in-diversity


***


Dalam sebuah liburanku bersama keluarga ke daerah Minahasa, aku menemukan sebuah majalah yang disediakan di kamar bungallow yang kami tempati, sebuah bungallow yang terletak di tepi pantai berpasir coklat keputihan dengan air yang sangat bening.


Aku membaca majalah itu dan menemukan artikel tentang sepasang suami istri yang berasal dari Eropa.


Dalam artikel itu diceritakan bahwa beberapa saat sebelum sang suami pensiun, mereka mulai mencari tempat dimana mereka akan menghabiskan masa pensiun.


Tak menemukan tempat itu di negaranya, mereka ( yang termasuk pasangan dengan kemampuan finansial yang baik dan karenanya memiliki ruang cukup luas untuk memilih ) menjelajahi beberapa negara untuk mendapatkan tempat yang mereka impikan itu. Negara- negara di Eropa telah mereka susuri, tapi tak menemukan tempat impian itu.


Mereka juga berkeliling ke tempat- tempat lain, ke negara- negara di benua lain. Tak juga ada tempat yang membuat mereka dapat memutuskan bahwa itulah tempat yang mereka cari.


Sampai pada suatu saat, mereka berlibur ke daerah Minahasa. Dan seperti kebanyakan turis lain, tujuan utama mereka adalah untuk melihat keindahan laut di daerah ini. Snorkeling dan diving menjadi agenda utama. Mereka menghabiskan banyak waktu di tepi laut, sampai pada suatu hari, mereka memiliki satu hari kosong yang mereka manfaatkan untuk berjalan- jalan ke daerah pegunungan.


Dan tibalah mereka di sekitar Tomohon.


Tomohon memang indah. Letaknya di daerah yang tinggi, diapit beberapa gunung, dan di banyak tempat bisa didapati kebun- kebun kelapa dengan pemandangan sekitar yang sangat cantik.


Dan pasangan suami istri ini serta merta jatuh cinta pada daerah itu. Begitu saja. Lalu sisa liburan mereka yang tadinya masih akan mereka habiskan di tepi laut tanpa terduga akhirnya berubah menjadi liburan di pegunungan, di Tomohon.


Dan diluar rencana, sebab tadinya daerah Minahasa sama sekali tak masuk daftar dimana mereka akan mencari tempat menetap setelah pensiun, mereka membuat keputusan segera bahwa itulah tempat yang mereka inginkan untuk tempat tinggal mereka seterusnya.


Mereka wujudkan segera impian itu. Mereka membangun rumah di sana, dan inilah bagian yang paling penting, yaitu bahwa bukan hanya mereka jatuh cinta pada daerahnya tapi mereka memang berniat menjadi bagian dari daerah itu. Mereka tinggal di sana dan berbaur dengan penduduk asli. Bergabung dalam kegiatan- kegiatan yang dilakukan masyarakat di sana.


Mereka bergaul baik dengan orang- orang yang tinggal di sekitar mereka. Juga belajar untuk membuat kerajinan tradisional serta memasak masakan setempat.


Bukan hanya mempelajari adat istiadat, budaya serta kerajinan dan masakan setempat, tapi pasangan suami istri ini juga berbagi ilmu. Mereka mengajarkan banyak keterampilan yang mereka miliki pada masyarakat di sekitar tempat tinggal mereka. Mereka memang bukan hanya 'numpang tinggal' tapi kemudian benar- benar menjadi bagian dari masyarakat setempat.


Bagiku, cerita semacam itu selalu menyentuh hati. Sebab aku memang selalu percaya bahwa ada banyak hal yang universal di dunia ini.


Ada banyak hati yang dapat saling bertaut, ada banyak pikiran yang saling tersambung, ada banyak kedekatan dan kebaikan yang dapat saling dilakukan oleh dan pada sesama manusia tanpa mempermasalahkan tentang warna kulit, bahasa, agama atau batasan- batasan lain.


Aku percaya jika kita memang bersedia membuka hati, membuka mata, dengan mudah kita akan dapat saling melihat dan mengerti banyak hal dari orang- orang yang secara fisik berbeda warna kulit, mata, rambut, atau berbeda bahasa maupun keyakinan agama dengan kita.


Sebab aku selalu percaya bahwa kebaikan memang tak pernah dapat diukur dengan apa warna kulit seseorang.


Sebab aku percaya, bahwa perbedaan bahasa dapat dijembatani dengan keinginan untuk saling mendekatkan diri.


Sebab aku percaya, jika orang memahami ajaran agamanya masing- masing dengan baik dan bukan semata menjalankan ritual tanpa mengerti esensi ajarannya, maka hanya damailah yang akan ada di dunia ini sebab semua manusia akan saling menjaga, sebab semua manusia akan mengulurkan tangan untuk berbuat baik pada sesama manusia tanpa perlu merasa tersekat oleh terlalu banyak prasangka yang tak perlu...


p.s. i love you...


 ** gambar diambil dari: www.flickr.com/photos/darlenesanguenza **

5 comments:

blacktiger said...

:) I like this very much

blacktiger said...

:) I like this very much

pyoubcozjc said...

ketulusan adalah hal yang sedang dicari oleh semua orang ,,,

cow said...

saya juga dah nonton itu bagus mang apa lagi sandra bullock ikut main disana

jilena said...

dengan keterbatasan bahasa, pada suatu situasi, aku merasa lebih mudah bicara dengan teman bule,ketimbang bicara dengan orang yang berbahasa sama tapi selalu menutup diri.

Post a Comment