Anak- anak dan Kerapihan Rumah

Tentang rumah, dan anak- anak…

LEBIH dari seminggu terakhir ini, ruang makan rumah kami berubah fungsi menjadi ‘bumi perkemahan’. Sebab si kecil anak bungsu kami mendirikan tenda di sana, dan setiap malam ‘berkemah’, tidur di tenda…

Bisa dibayangkan apa yang terjadi dengan ruang makan itu. Sleeping bag, karpet, bantal dan quilt, beberapa buku dan permainan anak- anak ada di sana. Sementara itu meja makan disingkirkan ke dekat pintu, kursi- kursi digeser berjejer di sepanjang dinding.

Dan si kecil anak bungsu kami itu setiap hari bergantian menunjuk kakak yang mana yang dia undang hari itu untuk turut ' berkemah ' bersamanya ( tenda itu hanya muat untuk dua orang, karenanya dia harus memilih satu dari dua kakaknya untuk tidur bersama dia di tenda ).

tenda-1

Walau rumah menjadi agak berantakan sebab ruang makan itu bertukar fungsi, kami – aku dan suamiku – membiarkan saja itu terjadi. Bukan membiarkan, tepatnya. Kami memang mendukung kegiatan berkemah di ruang makan itu, dengan sekali- sekali juga ‘berkunjung’ ke sana dan memastikan bahwa anak- anak yang sedang 'berkemah' itu dapat tidur dengan nyaman di sana.

Tentu saja, dengan ruang makan berubah fungsi seperti itu, rumah kami menjadi agak berantakan.

Tapi itu tak apa.

Bagi kami, kesenangan dan kenyamanan anak- anak saat berada di rumah peringkatnya lebih tinggi daripada sekedar memiliki rumah yang serba sangat rapi.

Oh, tentu saja tak berarti bahwa kami tidak mengajarkan kerapian dan kebersihan pada anak- anak, tapi pada dasarnya kami memang mentolelir situasi semacam itu.

Bukan hanya tenda di dalam rumah, anak- anak kami juga sering merakit rel kereta yang melingkar- lingkar di lantai ruang keluarga dan meminta agar saat mereka tidur hari itu rel tersebut tetap bisa ada di sana, sebab besok mereka akan meneruskan bermain. Resikonya, jika kami melalui ruang keluarga, kami harus berjalan agak berbelok- belok agar tak menginjak rel kereta mainan, atau gerbong- gerbong kereta mungil tersebut.

Atau… ha ha, anak- anak memang ada- ada saja. Rumah yang kami tinggali memiliki ketinggian lantai yang berbeda- beda di setiap ruangannya. Dan sebab beda ketinggian itu, terciptalah sebuah lorong yang menghubungkan teras luar, ruang keluarga dan ruang makan kami.

Lorong tersebut sempit, lebarnya mungkin kurang dari satu meter. Dan… rupanya adanya lorong sempit dimana satu sisi berbatas tembok dan sisi lain adalah ruangan dengan letak yang lebih rendah dianggap menantang oleh anak- anak kami yang laki- laki. Barangkali bagi mereka, itu seperti sebuah jalan dengan tebing tinggi di satu sisi, dan jurang di sisi lainnya. Akibatnya… rute teras – lorong ruang keluarga – ruang makan menjadi rute favorit mereka untuk… bermain sepeda!

Ya ampun !

Tapi begitulah… seperti yang telah kukatakan di atas, baik aku maupun suamiku memang mengijinkan anak- anak melakukan itu.

Karena itulah, dengan segera aku menyetujui tulisan Richard Templar yang dalam bukunya “ The Rules of Parenting “ mengatakan ‘being tidy isn’t as important as you think’ .


Richard Templar mengatakan bahwa dalam hal kerapihan dan kebersihan rumah, ada dua opsi yang dapat dipilih orang tua.

Yang pertama adalah selalu berusaha agar rumah tampak sangat bersih, rapi, semua barang ada pada tempatnya, tak ada bercak atau kotoran tersisa di sana sini, dengan resiko bahwa orang tua menjadi sangat lelah dan anak- anakpun tertekan dan tak dapat bersikap natural selayaknya anak- anak, atau pilihan kedua adalah bersikap santai, memaklumi bahwa anak- anak tetaplah anak- anak, dan memiliki kehidupan rumah tangga yang menyenangkan dengan seluruh anggota keluarga menikmati kehidupan di rumah, walau mungkin situasi rumah agak berantakan di sana- sini.

Richard Templar menegaskan bahwa dia bukan mengatakan bahwa anak- anak tak harus diajari mengenai kerapihan dan kebersihan. Hanya saja, katanya, biarkan mereka menikmati dulu, baru setelah itu semuanya dibereskan.

Menurutnya, tak masalah jika meja agak berbercak bekas tangan- tangan kecil, atau baju mereka agak kotor, sebab semua itu bisa dibersihkan. Sebaliknya, sungguh suatu masalah jika anak- anak itu tak diijinkan untuk bersantai dan bergembira.

Aku setuju dengan pendapat itu.

Bagaimanapun, saat kita membangun rumah, yang kita tuju adalah kenyamanan dan kebahagiaan seluruh keluarga, termasuk anak- anak, bukan?

Maka, bagiku.. tak apalah jika lorong rumah kami berubah menjadi lintasan balap sepeda, atau tempat yang seharusnya ruang makan berubah fungsi menjadi arena perkemahan. Sebab aku yakin, semua kesenangan dan kebahagiaan yang dialami saat masa kanak- kanak akan tertanam dalam sebagai kenangan manis dalam pikiran dan hati anak- anak. Dan aku yakin, anak- anak yang bahagia akan lebih mudah tumbuh menjadi seorang dewasa yang bahagia pula kelak…

Teman- teman punya pengalaman serupa atau yang berlawanan di rumah, barangkali?

p.s. i love you

** gambar diambil dari www.sunnysports.com **


10 comments:

blacktiger said...

Hahahahaha... betul sekali mbak... yang penting anak nyaman bermain dirumah, tetapi terus ingatkan mereka untuk membereskan setelah selesai bermain...
Rumah kamipun pernah didekorasi sedemikian rupa oleh anak kami menjadi tempat pesta khayalannya, lengkap rumbai2 dan makanan2 mainan dari plastisin.. atau lain waktu, dinding2 menjadi tempat dia menempelkan hasil karya2nya... atau dapur yang menjadi tempat ia memasak makanan dengan bahan2 yang entah apa yang ia temukan dikulkas dengan akibat meja dapur yang berantakan :P
Istri, Alhamdulillah, walau rada senewen juga kadang2, membiarkan anak kami melakukan hal2 tersebut karena iapun berprinsip sama dengan tulisan diatas, biarkan anak bereksplorasi sesuka hati tetapi tetap bertanggung-jawab... :)

he he... at least hal ini akan membuat rumah terasa sebagai 'home' dan bukan semata 'house' bagi anak- anak ya? :) d.~

ikke wijaya said...

aha..ha..kami jg memiliki dinding bercorak abstrak colourfull dr crayon di ruang tamu ke ruang keluarga, dan proyek massih terus berlanjut...^^

he he he... dan si kecil adalah kepala proyeknya? :) d.~

erryandriyati said...

Waduh mba Dee...
Rumahku mah udah kayak kapal pecah lah mba...hihihi..*malah bangga lagi*...

Kadang ngeberesin nya suka berasa sia sia soalnya...jadi paling aku hanya minta Kayla dan Fathir untuk gak ngotak ngatik ruang tamu aja...soalnya malu kan kalo ada tamu...hihihi...

Sedangkan di area dalamnya mah, kita bisa menemukan barang barang paling aneh di tempat yang lebih aneh lagi...hihihi...
*pasrah ajah*

ha ha ha... yang penting mah happy ya? :D d.~

R2G said...

Yang dibutuhkan anak-anak adalah sebuah keteladanan, bukan hanya mulut yang berbicara tetapi lakukan apa yang dikatakan oleh mulut kita.
Anak sulung saya dan kedua adiknya sangat memahami bagaimana "membantu" orang tuanya untuk menjaga kebersihan dan kerapihan rumah, bila selesai bermain dengan segala macam benda-benda yang digunakan untuk bermain maka si sulung akan mengajak adik-adiknya untuk merapihkan kembali dan mengembalikan ketempatnya.
Memori anak-anak tentang kerapihan saking melekatnya menjadi ukuran untuk "menghukum" bapaknya yang jarang pulang ini dengan kalimat yang cukup menggelikan " mi, kalau abi pulang kasurnya berantakan ya? " hehehehehehehe (karena memang pulkam ternyata tidak seindah yang dibayangkan, perjalanan yang jauh harus ditebus dengan istirahat panjang yang membuat anak-anak mengeluarkan kalimat itu) :)

ha ha ha... tapi aku yakin walau kasur jadi berantakan anak- anak gembira sekali kalau abinya pulang :) d.~

husin said...

enaknya punya anak dan keluarga ya...

jadi... husin segera menyusul? :) d.~

Mechta said...

Latihan sepeda di dlm rumah pernah terjadi ketika kami kecil dulu..dan skg 'nurun' ke para kurcaci kami..hehe

ha ha ha.. keseruan yang diwariskan turun temurun ya? :) d.~

EASY SPEAK said...

ENGLISH TUTORS URGENTLY NEEDED!!!

A Fast Growing National English Language Consultant is hunting for :

=> ENGLISH TUTORS Batam - Pekanbaru -Balikpapan - Banjarmasin - Palembang - Medan - Makassar

Send your application and resume to : easyspeak.recruitment@gmail.com as soon as possible.

Visit http://www.easyspeak.co.id for further information.

Ayahnya Ranggasetya said...

eh, perasaan kemaren aku mampir ke sini banyak postingan drama berepisode gitu...

anak-anak memang paling suka ngeberantakin rumah, tapi itu adalah cara mereka berkreasi dalam dunianya yang bebas.

he he he... yang kemarin, surti dan tejo itu? itu di blog padepokanrumahkayu... blog cersil milik kami juga siiihhh :) d.~

Kurnia Septa said...

betul, tak hanya nyaman secara fisik tapi juga psiskis khususnya anak

dan itulah yang kita harapkan, ya? :) d.~

adhy said...

saya sepakat dengan anda, biarkan mereka berkreasi dan berimajinasi sesuai keinginan mereka asal tidak berbahaya, misalnya bermain api, pisau, atau listrik. kemana lagi mereka akan seperti itu jika bukan di rumah sendiri.... anak-anak tetaplah anak yang perlu dibimbing dan diarahkan... artikel yang menarik, salam kenal ^_^

Post a Comment