Tentang Arah Angin dan Arus Air

Tentang arah angin, dan tantangan...

KUTI memeluk Dee yang berbaring di sebelahnya sambil tertawa-tawa. Hari menyentuh malam saat itu, anak-anak sudah tidur, dan mereka menghabiskan waktu menanti kantuk datang berdua dengan bertukar cerita- cerita ringan dan gurauan lucu.

" Eh 'yang," kata Dee, "Pernah dengar cerita lucu tentang ayam nggak?

Kuti menggeleng. " Nggak," katanya, "Gimana tuh ceritanya? "

Dee tertawa kecil sambil mulai bercerita." Jadiiiii.." katanya sambil tertawa- tawa, " Ada seorang pemuda, sebut saja namanya Yanto, yang bekerja di peternakan ayam.."

" Lalu.. " kata Dee lagi " Pada suatu hari dia diminta oleh pemilik peternakan untuk mengirimkan 50 ekor ayam pada pelanggan. Pemilik peternakan menyuruh Yanto mengirimkan ayam- ayam tersebut menggunakan motor sambil berkata, " Ini alamat pemesannya. Antarkan ayam- ayam itu ke sini. "

Kuti tersenyum menatap istrinya yang terus bercerita.

" Yanto mengantungi alamat yang diberikan, lalu mengikat ayam- ayam tersebut di samping kanan dan kiri motornya, dan berangkatlah dia, " ujar Dee.

" Malang tak dapat ditolak, di tengah jalan motornya oleng, lalu terguling. Yanto terjatuh dan tali yang digunakan mengikat ayam terbuka simpulnya. Ayam- ayam itu terlepas dan kabur berhamburan.

Warga sekitar berdatangan untuk membantu Yanto. Untunglah, dia rupanya tak terluka parah, hanya lecet- lecet sedikit saja. Dengan segera dia berdiri, lalu memandangi ayam- ayam yang berlarian kesana- kemari lalu tertawa terbahak- bahak.

Yanto begitu geli sampai terbungkuk- bungkuk dan membuat para warga yang membantunya terheran- heran. Mereka bertanya mengapa dia tertawa saat ayam- ayam yang dibawanya berlarian seperti itu.

Yanto mengeluarkan secarik kertas dari kantongnya dan tertawa sambil menunjukkan kertas itu pada orang- orang yang bertanya padanya. " Ha ha ha ha ha..., " katanya, ' Ha ha ha. Ayam- ayam itu pada mau lari kemana? Mereka kan tidak tahu kemana tujuan mereka, nah ini kan alamat tujuannya ada di saya, ' kata Yanto sambil terus tertawa... "

Kuti terbahak. Ha ha ha... Error betul cerita itu, ha ha ha...

Dee yang sejak tadi sudah terus tertawa- tawa kecil juga kini tertawa lebar menyambung tawa suaminya...

Dan begitulah, mereka bergurau dan saling bertukar cerita. Tentang kantor, tentang Pradipta dan si kembar Nareswara dan Nareswari, tentang ban mobil yang sudah perlu diganti, sampai...

Dee teringat pada sesuatu.

sail

Dia merapat pada suaminya, merasakah kehangatan tubuh sang suami sambil berkata," 'yang... posting tentang arah angin itu... "

Oh itu. Kuti mengangguk, " Ya. Ada apa dengan posting itu? "

" Itu, " kata Dee, " Tentang merubah layar itu. Merubah layar, bisa merubah kecepatan, dan juga... arah..."

" Iya, " Kuti mengangguk.

" Jadi 'yang, " kata Dee pada suaminya, " Sebetulnya kita juga harus berhati- hati saat berlayar dan merubah layar bukan? Merubah layar untuk menambah kecepatan dengan memanfaatkan arah angin barangkali memang tepat, tapi merubah layar dengan dampak merubah arah... he he he... nah tadinya, waktu berlayar memangnya arahnya mau kemana? "

Hmmm... Kuti memikirkan apa yang dikatakan Dee.

" Jadi, ini masalah tujuan, 'yang... " kata Dee. " Jika kita berlayar sekedar untuk berjalan- jalan menikmati pemandangan, dan apapun pemandangan itu tak menjadi masalah bagi kita sebab melihat- lihat itu akan cukup untuk menyenangkan hati kita, maka berlayar mengikuti arah angin memang akan baik- baik saja...

Jika kita sedang berpiknik diantara banyak pulau kecil yang cantik dan kita memiliki banyak waktu maka tak masalah jika pelayaran hari ini berakhir di suatu pulau, lalu kita menikmati keindahan pasirnya yang putih, airnya yang bening, karang- karang dan ikan- ikan yang indah di situ, lalu besok mengamati arah angin lagi dan merubah layar lalu berlabuh di pulau kecil yang lain dan menikmati pulau tersebut.

Tapi... jika sudah waktunya pulang ketika waktu berlibur telah tiba, maka kita tak bisa sekedar merubah layar dan membiarkan arah angin membawa kita kemanapun sebab kita memiliki suatu tujuan tertentu, bukan? "

Kuti tersenyum. Dia mulai bisa membaca ke arah mana pembicaraan mengalir...

" Ada seorang filsuf Amerika yang bernama Allan Watts, " kata Dee, " Yang pernah mengatakan' anda tak dapat membimbing sebuah kapal hanya dengan mengamati ombaknya. ' Ombak, dalam hal ini, akan sangat berhubungan dengan angin dan arah angin, bukan? Dan tentang arah angin ini... "

Kuti melingkarkan tangannya ke tubuh sang istri. Dee tersenyum senang. Berada dalam pelukan suaminya adalah salah satu hal yang paling membuatnya merasa tenteram dan bahagia.

" Tentang arah angin ini, " kata Dee, " Kita memang mungkin tak bisa merubah arah angin, tapi kita dapat menggunakan alat agar kita dapat mencapai tujuan dengan kekuatan yang dapat mengatasi angin, bukan? "

" Misalnya? " pancing Kuti. Dia ingin mendengar pendapat istrinya.

" Misalnya, jika perahu layar tak cukup kuat untuk mengatasi tiupan angin dan akan menyulitkan kita mencapai tujuan, mengapa tak menggunakan perahu motor? "

Kuti membiarkan istrinya terus berbicara.

" Atau, " Dee tersenyum, " Gunakan saja pesawat terbang. Pesawat terbang itu, seingatku, saat lepas landas atau mendarat bahkan harus menentang arah angin, bukan? "

Kuti tertawa. Ah, istrinya sedang bicara tentang kekuatan yang perlu dimiliki manusia untuk melakukan perubahan, rupanya.

Kuti mengenal istrinya. Dee istri yang sederhana, sebetulnya. Dia menjalani hidup dengan cara pandang sederhana, dan tidak neko- neko. Tapi, di pihak lain, Kuti memahami bahwa bagi Dee, perubahan adalah suatu keniscayaan. Dee selalu percaya perlunya seseorang bertindak sebagai the agent of change.

" Perubahan itu tak bisa dihindari, 'yang... " kata Dee. " Aku tak bilang bahwa kita tak perlu menghormati tradisi, tapi kita kan tak juga bisa selalu terpaku pada suatu kebiasaaan tertentu atau situasi tertentu. Sebagai manusia, kita harus punya tujuan, dan harus bergerak maju... "

" Aku pernah membaca pendapat Toynbee, " Dee bicara lagi ( Kuti dengan segera memahami bahwa yang dimaksud Dee adalah Arnold Toynbee, sejarawan dan filsuf asal Inggris ), " Toynbee mengatakan bahwa keberhasilan manusia ditentukan pada kemampuannya bereaksi atau menanggapi tantangan yang dihadapinya... "

" Dan pada kenyataannya manusia tak selalu mampu menghadapi tantangan yang dihadapinya, bukan, Dee? " kata Kuti, " Adakalanya manusia mampu menghadapi itu dengan baik, adakalanya terluka ringan, adakalanya terluka berat dan cedera atau bahkan bisa juga berakibat fatal... "

Dee mengangguk. Kuti benar. Tantangan kadangkala begitu besar sehingga manusia tak mampu menghadapinya, tapi...

Dee berpikir sejenak sebelum menjawab komentar suaminya. Dia mulai merasa sangat mengantuk dan memejamkan matanya sejenak, mengambil waktu sebelum berkata- kata. Tapi matanya makin terasa berat.

Dee mengambil keputusan. Dia menyusupkan kepalanya ke dada sang suami dan berkata, " Besok aja ngobrolnya diterusin ya 'yang, aku ngantuk sekali ... "

Kuti tersenyum sambil mengelus rambut sang istri. Dipeluknya lebih erat Dee yang dengan segera terlelap dalam pelukannya...

p.s. i love you



** gambar diambil dari: mccainvrsobama.files.wordpress.com **

3 comments:

syafi said...

NIAT..
kadang orang lupa dengan tujuannya / niatnya... :D
ditengah perjalanan, banyak orang yang berbalik dari tujuan awalnya, dan menganggap semuanya serba sulit, padahal tidak sedang melakukan tujuan awalnya...


hm... nice post....

blacktiger said...

tulisan yang bagus... sambungannya segera ya? :)

ias said...

sukaaaaa.... ^^

Post a Comment