Sukses yang Tertunda (2)

Suatu hari di kota kelahiran…

KUTERIMA sebuah bungkusan berperangko Amerika. Kukeluarkan t-shirt abu- abu dengan logo sebuah universitas dari bungkusan tersebut. Ada juga sticker berlogo sama di dalamnya.

Aku tersenyum senang.

T-shirt itu dikirimkan oleh kawanku yang saat itu bersekolah di sana. Kawan baik yang beberapa tahun sebelumnya mengejutkan kami semua dengan kegagalannya menembus seleksi yang di atas kertas seharusnya dengan mudah dapat dilaluinya...

road-to-success


Pagi itu, hasil test seleksi penerimaan mahasiswa baru di perguruan tinggi negeri diumumkan. Kutelusuri deretan angka dan nama dan kutemukan namaku.


Kutelusuri lagi deretan nama itu dan kutemukan satu persatu nama teman baik dan kawan sepermainan disana. Kawan sebangku, teman sekelompok belajar, semua kutemukan namanya. Tapi, tak kutemukan nama kawan ini.



Sang bintang kelas sahabatku tak berhasil menembus seleksi itu.

Hal itu merupakan kejutan yang sama sekali tak diharapkan. Dan tak terduga.

Kususuri ulang nama- nama yang tertulis dalam pengumuman. Tetap tak kutemukan namanya.

Ah, jadi benar dia tidak diterima, kawanku yang pandai itu.

Aku prihatin sekaligus lega. Setidaknya dia memiliki cadangan. Dia sudah diterima di sebuah universitas swasta terkenal di kota kami. Di jurusan yang dia selalu impikan..

***



Kupahami, dia pasti kecewa sekali. Kuingat bahwa pada pertemuan pertamaku dengan dia setelah pengumuman itu, kudapati kawanku memaksakan senyumnya dan berkata, “ Nggak apa- apa D, aku sekolah di universitas swasta itu dulu saja. Tahun depan testing lagi. “

Setahun berlalu, dan testing penerimaan mahasiswa baru ternyata bersamaan saatnya dengan masa ujian kuliah. Kawanku tak tampak terlalu bersemangat untuk kembali mengikuti testing masuk perguruan tingg negeri. “ Sudahlah, aku sekolah di sini saja, “ katanya. Dia putuskan untuk meneruskan kuliahnya di universitas swasta tempatnya bersekolah saat itu.

Pilihan yang juga baik sebetulnya. Universitas tempatnya bersekolah itu universitas swasta ternama dengan kualitas yang baik. Jadi sama sekali tak masalah jika dia meneruskan sekolahnya di situ.

Dan begitulah yang terjadi. Sampai saat tingkat tiga itu, rupanya ada pengumuman di sekolahnya tentang beasiswa ke Amerika itu. Dia mendaftarkan diri, dan…

Diterima.

Sejujurnya kurasa, walau selama tiga tahun itu dia bersekolah di sekolah swasta yang bagus, deep inside dia tetap penasaran tentang kegagalannya menembus seleksi perguruan tinggi negeri beberapa tahun sebelumnya. Dan ‘dibayar’nya semua itu dengan merebut beasiswa untuk pergi ke Amerika.

Saat dia mengunjungiku di kampus untuk mengabarkan keberangkatannya ke Amerika, sempat kukatakan padanya bahwa tampaknya pada akhirnya kegagalan dulu itulah memang yang mengantarkannya untuk merebut beasiswa ini. Sebab, siapa tahu, jika dia berhasil menembus seleksi perguruan tinggi negeri yang menjadi idamannya dulu itu, dia justru akan berat meninggalkannya di tengah- tengah dan barangkali tak akan memutuskan untuk mengambil beasiswa itu.

Dia tertawa dan mengangguk. Bisa jadi begitu, katanya…

***



Begitulah. Kadang- kadang, sukses memang tak dapat dicapai melalui jalan yang lurus dan mulus. Adakalanya jalan berkeloklah yang harus ditempuh.

Bukan hanya kawanku, aku sendiri pernah mengalaminya.

Kuliahku berjalan mulus. Kuselesaikan mata pelajaran yang harus diambil dengan relatif cepat. Hampir setiap semester aku mengambil satu- dua mata kuliah yang terjadwal untuk tingkat di atasku. Tak banyak hambatan yang berarti ketika itu.

Halangan justru datang di saat terakhir. Saat menyusun skripsi.

Kumulai penyusunan skripsi. Kuhubungi sebuah perusahaan besar di kota kami dengan proposal skripsiku dan meminta ijin untuk memperoleh data sebagai bahan skripsi.

Ijin itu diperoleh.

Kutulis bab- bab awal skripsiku sambil meneruskan proses yang ditetapkan perusahaan tersebut. Semua beres sampai ditentukan saat dimana aku diminta datang kembali ke sana pada suatu hari tertentu untuk membuat ID card agar aku bisa memperoleh akses masuk ke perusahaan itu saat pengambilan data.

Kulangkahkan kaki dengan ringan hari itu ke sana, tanpa kuduga bahwa duniaku akan jungkir balik dalam beberapa jam ke depan.

Sebab entah kenapa, HR manager di sana tanpa alasan yang jelas memutuskan untuk membatalkan ijin yang telah kuperoleh itu. Keputusan diberikan melalui staffnya. Tak ada penjelasan apapun. Hanya dikatakan jika aku masih ingin memperoleh data, silahkan menemui Bapak A di divisi anu.

Kutemui Bapak A yang kemudian mentransferku untuk menemui Bapak B.

Demikian selanjutnya sampai hari itu kutemui beberapa orang, dan tak seorangpun dari mereka bisa memberikan alasan yang jelas mengapa ijin yang sebetulnya telah kuperoleh tiba- tiba saja dibatalkan.

Aku pulang ke rumah dengan berurai air mata.

Ayahkulah yang membangkitkan semangatku. Katanya, sudahlah jangan menangis terus. Tak akan selesai skripsi itu jika aku terus menangis seperti itu.

Orang tuaku mengajari aku untuk mandiri. Untuk sebisanya berusaha menyelesaikan masalahku sendiri. Dan dengan senang hati kulakukan itu. Tapi mungkin saat itu sangat tampak bahwa aku terpukul. Ayahku turun tangan. Dihubunginya seorang kawannya yang memiliki perusahaan dan memintakan ijin agar aku boleh mengambil data disana.

Dengan segera kawannya mengijinkan.

Begitulah. Tempat mengambil data sudah ada, tapi…

Harus kumulai lagi semua dari awal.

Aku tak lagi memiliki semangat untuk meneruskan skripsi yang beberapa bab awalnya sudah tuntas kubuat sebelumnya dan siap untuk masuk ke proses pengambilan data di perusahaan pertama yang membatalkan ijinnya itu.

Kuputuskan untuk membuat sesuatu yang sama sekali baru. Kupilih tema lain, tema yang saat itu termasuk baru dan belum banyak ditulis. Yang bahkan literatur untuk referensinyapun agak sulit untuk diperoleh.

Kawan- kawan lain sudah menyelesaikan skripsinya, beberapa bahkan sudah sidang sarjana, sementara aku saat itu memulai lagi dari lembar pertama penulisan skripsiku. Dengan topik baru. Dengan literatur yang sangat terbatas. Dengan data baru.

Lalu…

Saat baru kuselesaikan bab pendahuluan skripsiku yang berisi ringkasan tentang topik yang akan kutulis, ada sebuah pengumuman tertempel di kampus.

Pengumuman beasiswa yang cukup bergengsi dari sebuah lembaga internasional. Diberikan untuk penulisan skripsi. Syaratnya untuk mengikutinya adalah mengirimkan bab pendahuluan yang berisi ringkasan topik skripsi.

Kuputuskan untuk mengirimkan bab pendahuluan skripsiku.

Dan…

Kumenangkan beasiswa itu!

Oh, betapa gembiranya aku. ‘Dendam’-ku terbayar sudah.

Kuselesaikan proses pembuatan skripsi kedua ini dengan lancar. Kulalui sidang sarjana juga dengan lancar.

Kupanjatkan rasa syukur serta terimakasihku pada Yang Maha Kuasa di atas sana.

Seringkali kesuksesan memang tak dapat diraih dengan mudah, tapi kegigihan, usaha dan doa yang tak putus akan juga pada suatu saat mengantarkan kita kesana…

p.s. i love you

** gambar diambil dari: stevelummer.wordpress.com **

6 comments:

blacktiger said...

love this story very much.. inspiring all of us to never give up to reach our dream...

benar, walau aku percaya takdir, aku juga selalu percaya kegigihan menghadapi hidup akan bisa membedakan hasil :) d.~

mazan said...

Sederhana dan cukup menyentuh, anda pasti orang yang kaya akan pengalaman hidup yang luar biasa...

salam kenal dan semoga selalu sukses...

he he... terimakasih ya. mmm, kaya pengalaman hidup? ngga juga sih, cuma aku berusaha belajar dari apa yang pernah kualami, itu saja...

terimakasih sudah mampir ya. salam kenal kembali dan semoga selalu sukses juga... d.~

rice2gold said...

Allah amenggantikan sesuatu yang menurut kita baik dengan sesuatu hal yg menurut-NYA jauh lebih baik. Manusia sekedar berdo'a, usaha dan berserahdiri, hasil akhir ada ditangan-NYA

aku memahami dan juga percaya pada falsafah dasar semacam ini :) d.~

guru rusydi said...

jangan berhenti belajar. semangat mencari sesuatu yang baru akan mengantarkan semua asa perlahan

benar... belajar sepanjang hayat, dari beragam hal yang kita pernah alami baik yang manis maupun yg pahit, ya? :) d.~

dian said...

setuju banget dengan closing statement-nya..
Ngomongin skripsi jadi teringat juga pengalaman nyusun skripsi jaman dulu, sudah sempet garap sampai Bab III, tiba-tiba dosen pembimbing menyarankan untuk ganti variabel, akhirnya aku ganti topik aja sekalian n nyusun dari awal lagi.

oh.. ada pengalaman yg sama, rupanya?
ya begitulah hidup ya... kadang2 ngga selalu semua bisa lewat jalan tol. adakalanya kita terpaksa berhenti sejenak dan berjalan memutar sebab ada batu besar menghadang di jalan yang sedang kita lalui...


terimakasih komen-nya ya dian. d.~

mechta said...

jadi ingat masa bersakit-sakit dahulu...hehe... pernah juga ngalamin hasil lab rusak disaat2 akhir...duuh, pediih... untung ada sahabat & orang2 tersayang yg menyuntikkan semangat & membuatku mampu bangkit. sukses yg tertunda bahkan jauh lebih manis rasanya :)

haduh... kebayang ya, rusak hasil lab di saat- saat akhir... pasti ngga karuan rasanya. memang sih, saat mengalami hal2 seperti itu dunia kayak runtuh ya, walau sekian tahun kemudian sih kenangan tentang saat2 kita ternyata kuat untuk bangkit kembali akan menjadi kenangan yang sangat manis... :) d.~

Post a Comment