Jika tak bisa mengubah arah angin....

JIKA tak bisa mengubah arah angin, cobalah mengubah layar...” Demikian kutipan percakapan antara Mozz dan Neal Cafrey dalam serial White Collar yang aku saksikan beberapa hari lalu.

Percakapan yang sederhana, namun menyiratkan banyak hal.

Dalam kehidupan, kita memang tak bisa mengubah arah angin. Dalam skala kecil, kita memang bisa ‘merekayasa’ arah angin, misalnya dengan mengaktifkan kipas angin, mengibaskan koran ke dekat wajah, atau membuka kaca mobil. Namun dalam skala besar, kita tak bisa mengubah arah angin. Karena angin datang dan pergi ke mana dia suka.

Di dunia, hanya satu orang yang bisa mengubah arah angin. Dia bernama Storm. Namun Storm, yang tergabung dalam kelompok X-Men adalah karakter fiksi. Di dunia nyata tak ada orang yang bisa mengubah arah angin. Bahkan teknologi yang paling cerdas sekalipun belum bisa mengubah arah angin secara permanen.

storm

Jika arah angin tak bisa diubah, cobalah mengubah layar...

Pada perahu yang menggunakan layar, letak layar akan menentukan kecepatan dan juga arah.

Jika arah angin tak bisa diubah, cobalah menyesuaikan layarnya. Dan ambil keuntungan dari arah angin itu...

***



Dalam kehidupan, kita acapkali dihadapkan dengan arah angin yang tak bisa diubah. Sebagai contoh, kita mungkin ‘terjebak’ dalam pekerjaan yang tidak disenangi, namun terpaksa dilakoni karena tak ada alternatif lain.

Banyak yang terpaksa menghabiskan sebagian besar waktu untuk pekerjaan, dan menyisakan sangat sedikit untuk keluarga. Banyak yang meninggalkan rumah ketika anak-anak masih tidur dan tiba kembali ke rumah ketika anak-anak sudah tidur.

Mungkin banyak dari Anda yang ‘terjebak’ pada situasi kerja yang tidak menyenangkan. Atau lingkungan kerja yang membosankan.

Jika Anda tak bisa mengubah arah angin (artinya tak bisa meninggalkan pekerjaan yang sekarang), cobalah mengubah letak layar. Artinya, jika punya waktu luang (misalnya Sabtu atau Minggu), cobalah meluangkan waktu yang berharga itu untuk keluarga. Jangan seperti pihak tertentu yang di waktu luang justru menghabiskan waktu untuk sesuatu yang tidak berguna....

Jika lingkungan kerja tak menyenangkan atau cenderung membosankan, cobalah berdamai dengan diri sendiri. Carilah bagian yang menyenangkan, atau ciptakan jika memang tidak ada.  Jika memungkinkan, lengkapi diri Anda dengan sejumlah tools atau gadget yang bisa memunculkan suasana fun dan menyenangkan, selama itu tidak mengganggu atau merusak hubungan kerja dengan pihak lain.

Anda juga mungkin bisa mencari peluang lain. Mencoba nyambi. Misalkan di kantor punya akses intenet tak terbatas, cobalah mencari peluang tambahan dengan memanfaatkan koneksi internet.

Di samping itu, tentu saja tetap mengamati jika arah angin benar-benar sudah berubah, artinya Anda bisa mendapatkan peluang bekerja di tempat lain. Namun jika ingin pindah, pastikan Anda sudah mendapatkan tempat kerja yang baru sebelum meninggalkan yang lama.

Contoh lain, mungkin dalam keluarga Anda terpaksa berhadapan dengan mertua yang tak punya perasaan. Atau ipar yang menjengkelkan.

Jika Anda tak bisa mengubah arah angin (Anda tak bisa bercerai dengan suami atau istri), cobalah mengubah letak layar. Artinya, cobalah memahami psikologi mertua atau ipar. Jika saat ini Anda terpaksa menetap di ‘Graha Mertua Pemai’, cobalah melihat kemungkinan untuk mengontrak atau tinggal di tempat terpisah.

Contoh lain lagi, mungkin Anda termasuk dalam pihak yang frustrasi dengan situasi dan kondisi dalam negeri. Gemas dengan wakil rakyat yang tak punya nurani, kesal dengan pemimpin negeri yang lamban, geregetan dengan masih banyaknya aksi korupsi dan hal-hal lain yang membuat darah tinggi.

Jika tak bisa mengubah arah angin (Anda tak bisa melakukan revolusi atau kudeta, atau meninggalkan Indonesia dan menjadi warga negara lain), maka cobalah mengubah layar. Dengan cara melakukan perbaikan mulai dari unit terkecil. Yakni diri sendiri dan keluarga. Mencoba menanamkan hati nurani, mencoba berperilaku bersih, dan berusaha keras untuk hidup jujur. Di saat bersamaan, cobalah melakukan koreksi. Tentu disesuaikan dengan situasi dan kondisi. Misalnya melakukan kritik melalui media, terutama blog.

Tentu, bukan hal yang mudah untuk mengubah layar. Apalagi jika tiba-tiba angin yang sepoi berubah menjadi badai.

Namun dengan melakukan penyesuaian, kita bisa beradaptasi.

Arah angin memang tak bisa diubah. Namun bisa dimanfaatkan.

Bagaimana pendapat Anda?

7 comments:

iLLa said...

saya tidak bisa mengubah mata angin di kantor sy yg selalu berhembus sangat kencang, kadang malah seperti badai.
maka setelahnya, sy selalu rehat dengan buku2 saya, dan blog saya, juga bloggerhood yg baik :)

blacktiger said...

betul sekali mas, mulailah dari yang hal kecil, mulai dari diri kita sendiri dan mulailah dari sekarang untuk langkah2 perbaikan..

daunilalang said...

hihihi, berhubung ngga lucu kalo aku komen pake id rumahkayu (masa ngomentarin blog sendiri... ha ha ha), tapi aku memang pengen komentar, ya aku pake id ini aja.

komentarnya sih pendek aja, cuma mau bilang: tulisan ini keren, fay... aku sudah baca lima kali dan tetap aja ngga berubah, keren... ha ha ha :lol:

d.~

p.s: ntar besok atau lusa aku bikinin sambungannya ya? ;-)

rice2gold said...

terus "bergerak" atau "mengalir" mungkin itu yang bisa saya fahami dalam menghadapi ritme kehidupan ini:)

hes said...

.. hoho, dah fay ni ;) aku kayanya kelewat satu babak ya?

Btw, aku jd inget tulisan selingkuh a la ayam goreng. anyway, aku memang ga paham situasi kantor atau mungkin putus asa dengan kondisi di dalam negeri tapi untuk pengalaman angin di Graha Mertua Indah aku cukup berpengalaman :mrgreen: beberapa hari lagi arah angin dan layarnya mulai berubah, mudah-mudahan mengarah ke suasana yang lebih baik.

fay said...

@ illa, haha... sip deh, buku dan blog bisa dijadikan alternatif jika menghadapi badai yang gak bisa dihadapi. makasi komennya ya...

@daunilalang, hehehe...ditunggu lanjutannya

@hes, wah susah banget baca reply ini... iyta, mmoga2 situasinya menjadi lebih baik ;)

@blacktiger, iya bro, dimulai dari diri sendiri...

@r2g, sip, memang seharusnya begitu, mengikuti araha angin sepanjang kita gak membiarkan diri hanyut begitu aja, hehehe ;)

Pojok Pradna said...

ngg...kalau bisa sih, milih ganti mertua aja
:D

Post a Comment