Pulanglah Setelah Belajar di Luar Negeri

graduation

Senja yang hangat...


KELUARGA rumah kayu sedang berkumpul di beranda.


Dee duduk di dekat si kembar Nareswara dan Nareswari yang menatap burung- burung berkeliaran, berkicau dan beterbangan di halaman, hinggap di pohon mangga serta rambutan dengan penuh minat sambil mengoceh dengan bahasa bayi.

Pradipta bicara ini dan itu pada si kembar. Kadangkala digelitikinya bayi- bayi itu, lalu mereka tertawa bersama. Sementara itu pada saat yang sama Kuti menjadikan Cintya keponakan mereka yang sedang menginap di rumah kayu sebagai sasaran keisengannya.

Kuti selalu senang menggoda Cintya dengan pertanyaan- pertanyaan tentang siapa pacarnya sekarang dan dia akan dengan sembarangan menyebutkan nama- nama yang sebetulnya hanya karangannya saja, membuat Cintya mendelik protes, setengah bingung setengah tersipu. Reaksi yang membuat Kuti terbahak dan makin senang menggodanya.

Dee tertawa melihat Cintya yang melirik padanya seakan meminta bantuan untuk menghadapi kejahilan Kuti.

“ Eh kak,  jadinya nanti mau masuk jurusan apa ? “ kata Dee mengalihkan pembicaraan ketika dilihatnya Cintya sudah sungguh salah tingkah digoda terus menerus oleh Kuti.

Cintya, duduk di kelas 3 SMA saat ini, sebentar lagi sudah akan masuk Perguruan Tinggi. Dan karenanya topik pembicaraan tentang mau belajar apa setelah SMA seringkali muncul di antara mereka.

“ Aku mau belajar bioteknologi, “ kata Cintya.

" Wah, bagus itu, " komentar Dee.

Mempelajari bioteknologi menurut Dee cocok dengan karakter Cintya yang tekun dan menyukai riset.

Dee pernah mengobrol dengan beberapa kawan dan dia mendapat informasi bahwa bioteknologi serta ilmu- ilmu yang berkaitan dengan kesehatan, lingkungan dan nanoteknologi  merupakan ilmu yang akan berkembang pesat di abad 21 ini.

bioteknologi2

Penerapan bioteknologi juga sangat luas. Dee pernah mendengar cerita, misalnya, bahwa pada saat ini bakteri digunakan untuk pertambangan, penelitian mengenai obat- obatan, dan semacamnya. Dia juga pernah mendengar tentang penelitian yang dilakukan dengan tujuan perancangan gen bibit tebu agar produksinya banyak.

Ada pula seorang kerabat yang melakukan penelitian dan mengembangkan biomekanika, yang membuat alat untuk mengatasi patah tulang yang diperlukan oleh para dokter bedah.

Selain itu, Dee pernah juga mendengar tentang trend ilmu yang sedang marak diantara para ahli mesin dan penerbangan, yakni biomimetic. Mereka membuat robot yang meniru serangga atau binatang. Di jurusan elektro kini juga ada jalur biomedical engineering.

Bioteknologi pada saat ini memang cabang ilmu yang berkembang sangat pesat,  terutama di negara- negara maju.

Dan pikiran tentang negara maju membuat Dee teringat pada satu cita- cita Cintya yang sering diutarakanya sejak lama: mendapatkan beasiswa untuk belajar di luar negeri.

Cintya cerdas. Sudah lama dia menunjukkan hal itu. Dia juga tekun, gigih dan mandiri. Tanpa banyak cakap, sesuai dengan kepribadiannya yang tenang, Cintya tumbuh menjadi gadis remaja yang jelas tahu apa yang dia inginkan, dan siap berjuang untuk mencapai keinginannya.

Cintya ingin belajar di perguruan tinggi di dalam negeri dulu dan berniat  untuk berusaha mendapatkan beasiswa agar dapat memperdalam ilmunya di luar negeri pada tingkat Master, begitu yang pernah dikatakannya pada Dee.

Rencana yang bagi Dee, juga terdengar baik.

Cintya adalah remaja yang sedang tumbuh dan mengembangkan jati dirinya. Dee secara sederhana berpikir bahwa jika saat menjadi mahasiswa nanti Cintya bersekolah di dalam negeri, maka akar yang akan membentuk kepribadian dan jatidirinya sudah akan makin kuat dan kokoh. Bersekolah di luar negeri akan dengan sangat baik memperluas wawasan dan pengetahuannya tapi tak akan mudah menggoyahkan akar budaya dan rasa cinta pada negeri yang telah kuat tertanam dalam dirinya.

Sebab, harapan Dee pada para remaja potensial semacam Cintya adalah…

“ Kak, nanti kalau kakak jadi sekolah di luar negeri, jangan lupa pulang lho ya… “

Cintya tertawa. Bukan hanya sekali dia mendengar komentar semacam itu. Orang tuanya sendiri juga sudah sering sekali mengatakan itu. Mereka mendukung keinginan Cintya untuk suatu saat bersekolah di luar negeri, namun dengan satu pesan yang tak pernah berubah: pulanglah setelah selesai sekolah nanti…

Cintya ingat, suatu hari, ibunya berkata pada dia, “ Kak, kalaupun setelah sekolah nanti ingin sementara bekerja beberapa tahun dulu di luar negeri untuk cari pengalaman, nggak apa- apa, tapi pastikan setelah itu pulang ke sini, ya… “

Ibunya juga sering mengatakan pada Cintya, “ Orang- orang pintar sepertimu itu dibutuhkan di sini, Kak. Pergilah belajar kemana saja, jadilah orang pintar dan maju, tapi pulanglah. Sebab jika semua orang pintar dari negeri ini setelah mereguk ilmu di luar negeri lalu memutuskan untuk tinggal seterusnya di sana, tidak pulang lagi kemari, maka negeri ini bukannya tambah maju tapi akan makin mundur sebab justru orang- orang terbaiknyalah yang akan pergi dan tidak kembali itu… “

***



“ Ibu pernah bilang gitu juga tante, “ kata Cintya menjawab komentar Dee.

Dee tersenyum. Dia tentu saja juga tahu sejak lama bahwa ibunda Cintya, Prameswari, memiliki pendapat yang sama dengannya.

Menurut satu berita di sebuah koran, ada puluhan ribu pelajar Indonesia yang kini belajar di luar negeri. Dan makin banyak diantara pelajar Indonesia yang belajar di luar negeri itu memutuskan untuk berkarir di negeri orang, tinggal di sana untuk jangka panjang, bahkan selamanya.

Banyak berita tentang mereka di majalah dan koran- koran, yang berkarir di bidang industri, yang menjadi peneliti jempolan, menemukan ini dan itu, dan sebagainya. Berita- berita itu berjudul serupa: orang Indonesia yang sukses di luar negeri.

Walaupun bangga pada pencapaian mereka, di pihak lain Dee serta Prameswari berpendapat bahwa  jika banyak orang pintar Indonesia yang kemudian tidak kembali ke negeri ini seperti itu, kemajuan di dalam negeri tak akan terjadi.

Sekarang, memang banyak keluhan tentang kurangnya fasilitas riset, kurangnya penghargaan terhadap orang- orang pintar berpendidikan tinggi ini, sementara di luar negeri fasilitas riset melimpah, jabatan dan materi yang ditawarkan juga menggiurkan, yang dikatakan sebagai alasan utama mengapa mereka memilih untuk tak kembali pulang. Tapi sebenarnya, siapa yang akan bisa merubah situasi itu jika orang- orang yang mengeluhkan hal tersebut memilih jalan pintas untuk pergi selamanya?

Jalan keluar dan perbaikan akan terjadi jika orang- orang yang merasa bahwa hal- hal semacam itu menjadi masalah dan penghambat tetap ada di sini, berjuang untuk memperbaiki hal tersebut.

Perbaikan terhadap masyarakat di sekitar juga akan lebih cepat terjadi jika para orang cerdas berwawasan luas itu ada di sini.

Teknologi memang sekarang memungkinkan untuk melakukan komunikasi dengan orang yang berada di mana saja di dunia ini. Tetapi melakukan penelitian terhadap gen tanaman tebu bisa jadi tak akan terpikir untuk dilakukan oleh seorang ahli bioteknologi yang tak berada di lingkungan dimana jumlah produksi tebu tidak optimal dan membuat negaranya mengimport gula, padahal ladang tebu ada dimana-mana dan para petani tebu di sekitarnya berkutat dengan kemiskinan yang menjerat.

Penelitian untuk membuat alat bantu yang dibutuhkan oleh para dokter bedah tulang dan memproduksinya di dalam negeri mungkin tak akan terjadi jika para ahli biomekanika itu tinggal di luar negeri, sebab dia tak akan tahu bahwa para dokter pandai di dalam negeri sanggup melakukan tugasnya tapi alat yang dibutuhkan harus diimport dari luar negeri sehingga harganya sangat mahal dan tak terjangkau oleh para pasien.

Dengan tinggal di sini dan melihat langsung apa masalah yang terjadi lalu melakukan penelitian dan memproduksi alat tersebut di dalam negeri, para ahli teknologi itu secara langsung berkontribusi terhadap kesehatan masyarakat. Ada banyak orang yang selama ini tak tertolong menjadi tertolong sebab alat untuk membuat cedera tulang mereka dapat dipulihkan tersedia banyak dengan harga terjangkau di sini.

Ditambah lagi, jika penelitian dan produksi dilakukan di sini, hal tersebut akan berujung pada satu hal: merubah situasi dari konsumen menjadi produsen. Dampaknya akan sangat luas pada meluasnya lapangan kerja dan perkembangan ekonomi dalam negeri.

***




Dee menatap Cintya, keponakan yang sangat dikasihinya dan sungguh berharap dan berdoa dalam hati bahwa kelak, saat sudah meraih banyak gelar dan pengetahuan dalam ilmu bioteknologi seperti yang dicita- citakannya, Cintya akan pulang kembali ke negeri ini untuk menerapkan ilmunya di sini dan berkontribusi membangun negeri…

p.s. we love Indonesia...

** gambar diambil dari aljamia.net dan www.hindawi.com **

7 comments:

R2G said...

sekolah diluar negeri dan berkarir diluar negeri memang pilihan yang tepat, karena ilmu yang didapat bisa segera terimplementasi. Orang yang menimba ilmu tertentu dibangku kuliah dan bekerja sesuai dengan ilmunya didunia kerja menjadi hal biasa diluar negeri sana, berbeda dengan disini. Sekolah boleh insinyur pertanian, tapi lowongan kerja yang tersedia salesman....hehehehehe. Btw, ketika berjuta-juta orang berduyun-duyun menjadi TKI, bukan karena mereka tidak cinta Indonesia, tapi karena kondisi dinegerinya tidak memungkinkan mereka bekerja dan berpenghasilan dengan layak. Apalagi mereka-mereka yang punya keahlian khusus dan pintar-pintar seperti Cintya (*eh cintya apa wiwit ya ;) ) , biarlah untuk sementara mereka tidak pulang dulu ke Indonesia demi menjaga "ilmu" yang sudah mereka dapatkan dengan susah payah diluar negeri sana.
Kondisi perpolitikan dan gaya kepemimpinan negeri ini yang sebenarnya menjadi alasan kenapa mereka enggan untuk pulang. Kalau bisa mendapatkan sumber APBN/D dengan menjual aset negara dan bahkan rakyatnya, ngapain susah-susah menampung orang-orang cerdas yang sekolah diluar negeri?

gajah_pesing said...

semoga Cintya-Cintya yang lain juga segera pulang dalam mendedikasikan ilmunya di Indonesia ini :)

paprika said...

Jika sudah mendapat ilmu dan sesuatu yang bisa dibagi di negeri sendiri, benar sekali pulang lah, untuk memajukan negeri ini :)
Nice story Cynnn.....hehehe

seve said...

cerita yang sangat indah

raksawardana said...

Salah satu keiunggulan sekolah di luar negeri adalah membetnuk pola pikir, kepribadian dan etos kerja yang lebih maju dan mandiri.. Meskipun secara akademis mungkin sekolah kita ga kalah dengan sekolah luar negeri, tetapi pengaruh lingkungan dan attitude masyarakat sangat berpengaruh besar dalam membentuk pola pikir.. Nice story.. Seneng bisa berkunjung kembali ke rumah kayu yang damai ini..

penerjemah said...

banyak sebenarnya sarjana lulusan luar negeri yang ingin pulang tapi Negeri ini tidak menjamin mereka untuk mendapatkan tempat yang layak sehingga terkadang mereka lebih dihargai di luar negeri, kalau saran saya sama harus pulang menciptakan lapangan kerja

melly said...

Semoga Tuhan mengabulkan doa mba Dee :) untuk cintya

Post a Comment