Tanggung Jawab Mengemudi

Tentang pengemudi cilik...

PAGI itu cerah. Mentari bermurah hati melimpahkan sinarnya walau di sana sini embun masih tampak menggantung di udara.

Kuti membaca beberapa berita di laptopnya. Tak lama, terdengar dia memanggil istrinya. " Dee, lihat ini Dee, " ujarnya, ketika sang istri telah datang mendekat.

Ditunjukkannya sebuah video. Dee mengamati sebentar, dan persis seperti yang diduga Kuti, Dee menggerutu.

" Orang tua tak bertanggung jawab, " komentar Dee agak kesal.

Video tersebut menunjukkan seorang gadis cilik berusia sekitar empat (!) tahun mengemudikan mobil di bawah bimbingan orang tuanya.

pengemudi-cilik

Kuti sendiri menggeleng- gelengkan kepalanya. Dia belum lupa kejadian serupa yang memakan korban beberapa minggu yang lalu.

Di pagi buta ketika itu, tak jauh dari lokasi rumah mereka, ada kecelakaan. Seorang pengendara motor cilik, berusia kira- kira sekitar delapan tahun, membelokkan motornya dengan tiba- tiba tanpa aba- aba dan membuat pengemudi motor di belakangnya yang tak menduga apa yang terjadi tak sempat menghidar dan menghantam motor yang dikemudikan anak kecil tersebut.

Keduanya terpental. Pengemudi yang berada di belakangnya, seorang Bapak setengah baya, ternyata terluka lebih parah dari si pengemudi cilik itu.

Oh betul... Kuti tahu, peraturan undang- undang mengatakan bahwa jika terjadi tabrak dari belakang, apapun penyebabnya maka si penabrak yang berada di belakangnyalah yang salah.

Tapi, Kuti -- dan dia tahu bahwa Dee juga memiliki pendapat serupa -- sungguh menyesalkan kejadian bahwa seorang anak kecil diijinkan untuk membawa kendaraan bermotor seperti itu dan baik Kuti maupun Dee percaya bahwa ketidak hati- hatian bocah tersebut berhubungan dengan kebeliaan usianya.

Dalam hal ini, menurut Dee dan Kuti, tak ada yang lebih harus dipersalahkan selain orang tuanya. Sebab anak kecil tak akan dapat melakukan hal itu jika tak diijinkan orang tuanya.

" Banyak orang lupa... " kata Dee, " Bahwa mengemudikan kendaraan itu membutuhkan kematangan emosi dan kemampuan mengambil keputusan, yang jelas belum dimiliki para anak kecil, apalagi balita. "

Lalu sebelum Kuti mengatakan apapun juga, Dee telah berkomentar lagi, " Aku pernah baca buku yang bahkan memberikan batasan umur minimal bagi anak untuk dapat diijinkan menyeberang jalan sendiri. Ada penjelasan panjang lebar di situ mengapa anak di bawah usia tersebut sangat tidak aman untuk dibiarkan menyeberang jalan sendiri.

Seingatku batasannya adalah 9 atau 10 tahun, aku lupa persisnya. Yang aku ingat pasti adalah keterangan tentang adanya refleks- refleks dan kemampuan analisa serta pengambilan keputusan yang belum dimiliki anak yang lebih kecil. Itu alasan utamanya mengapa ada batasan umur yang dianggap aman.

Dan jika menyeberang saja sebetulnya ada batas usia dengan alasan keamanan, apalagi tentunya, diperlukan batasan usia yang jauh lebih matang bagi seseorang untuk dapat diijinkan mengemudikan kendaraan bermotor.

Dee berkata lagi, " Banyak orang tua berpikir bahwa mengijinkan anak mengemudikan kendaraan bermotor di usia dini adalah satu bentuk 'hadiah' mereka pada anak, upaya untuk menyenangkan anak. Padahal, mereka lupa akibatnya. Apa yang mereka lakukan itu sungguh dapat mencelakakan bukan hanya anak tersebut sendiri tapi juga orang lain... "

Kuti mengangguk setuju pada apa yang dikatakan istrinya. Sekali lagi dia memutar video tersebut dan menggeleng- gelengkan kepalanya dengan prihatin...

p.s. i love you

** gambar diambil dari oto.detik.com, sumber: youtube **

14 comments:

gajah_pesing said...

kesadaran berdisiplin di negara kita memang sangat memprihatinkan :(

perlu kampanye lebih banyak kali ya, tentang kesadaran disiplin berkendara ini... ngeriii kalo lihat yg aneh2 di jalan raya... d.~

alfand said...

di kota saya juga sudah banyak anak-anak SMP baru kelas 1, sudah mmbawa mobil ke sekolahnya.

Ada satu cerita di sore hari, kecelakaan laka lantas yg di sebabkan oleh si pengemudi berusia 13 th tersebut, tepat di depan lokasi saya bekerja. Dan sayangnya yg di salahkan malah seorang laki-laki pengemudi roda dua yg di tabraknya.

Sungguh kejam orang-orang kaya di negara kita ini. Bahkan orang tua lebih senang anak-anaknya dalam bahaya. Mungkin mrk berpikir, demi gengsi.

itulah, produk berpikir jangka pendek. tidak memikirkan apa akibatnya dalam jangka panjang juga.. bukan hanya urusan kecelakaan, tapi anak2 terlalu muda yang diberi kendaraan sendiri juga bisa jadi punya kecenderungan untuk 'ngelayap', keliling2 jalan2 ngga tentu tujuan, nggak produktif... terimakasih komentarnya, ya... d.~

yuniarinukti said...

Mengenalkan sesuatu yang baru terhadap anak memang perlu, tetapi tidak harus langsung dipraktekkan kan kalau si anaknya belum cukup umur..
Mbak Dee dan Mas Kuti semoga para orangtua membaca postingan ini sehingga mereka bisa berpikir ulang lagi untuk memberi pelajaran terhadap anak

kalo anak umur 4 tahun sih mendingan diajarin menggambar aja kali ya yun, daripada diajarin nyetir, he he... d.~

mechta said...

Jadi ingat kejadian kemarin, ketika salah seorang ponakan yg blm cukup umur 'pamer' mengendari motor (atas restu ortunya) dan kami2 yg tak setuju (namun cuma bisa protes ke ortunya) pura2 tak lihat & sama sekali tak memberi respon sesui yg diinginkan anak...yg menyebabkan si anak cemberut & marah2...

nah setuju... sebetulnya salah satu cara untuk mencegah adalah ini: menyadarkan ortunya dan tidak memberikan respons positif. jika orang di sekitarnya justru menganggap hebat kebisaan mengendarai kendaraan bermotor di usia dini, secara nggak langsung hal tersebut mendorong perilaku itu, soalnya... makasih sudah berbagi cerita, mechta... d.~

anny said...

Duh, itu orangtuanya tidak punya pertimbangan matang, kalau buat anak-anak padahal cukup pakai bom2 car atau game dulu.
Sekalian mau ngucapin maaf lahir bathin mba, belum telat kan mba :)

ide bagus, mbak ani. bom-bom car dan game itu cukup fun dan aman buat anak- anak...

maaf lahir batin juga, yaaa... gimana lebaran kemarin, jalan2 kemana saja? peluk untuk sekar, ya... d.~

Miniatur Pesawat | Diecast Pesawat said...

alow salam kenal

Yang saya bingungkan umur 4 tahun, kakinya sampe gka tuh di kopling ama gasnya ?

kalo sampe hebat banget :)

Regards
Blog Nan-Yang

he he, mungkin mobil otomatis kali, ngga ada kopling. tapi kalo gas... he he, entahlah... aneh- aneh aja ya, orangtuanya :) d.~

catatanjempol said...

Saya heran liat kelakuan anak sekarang. Ngebut2an, pamer ke"jago"an. Tapi herannya, walaupun ngebut, jarang yang kecelakaan, nyaris iyya. Seakan nyawanya ada sembilan.. Masih disayang Tuhan mungkin, atau masih diberi kesempatan untuk bertaubat..

walau jarang, tapi ada juga yang kecelakaan, kan... dan seharusnya hal tersebut tak perlu terjadi jika tidak kebut- kebutan. ada banyak hal positif lain yang bisa dilakukan untuk menyalurkan energi dan 'pamer' kejagoan tanpa harus melakukan sesuatu yang bisa mencelakakan diri sendiri dan orang lain... d.~

roypras6060 said...

Tertib dan Disiplin sejak dini merupakan tugas orang tua untuk membimbing dan mengarahkan anak-anaknya. Sistem proteksi yang berlebihan juga membuat anak menjadi terkungkung dan bisa jadi tak produktif. Himbauan, arahan dan penjelasan yang masuk akal membuat anak menjadi sadar akan resiko. Jadi membuat anak berpikir lebih baik daripada memarahi. Salam

setuju, mas... makasih komennya. salam kembali... d.~

opoanane said...

orangtua yang tak bertanggung jawab,...

iya, yang mesti dijewer memang orang tuanya, ya... d.~

adi said...

Apa yang bisa dilakukan?
Ada beberapa kontrol:
1. Orang tua
2. Saudara dan masyarakat sekitar.
3. Polisi

Ketiga pihak diatas bersama-sama mencegah terjadinya anak yang belum siap untuk mengendarai kendaraan.

Masalah:
1. Orantua. Kurang informasi banyak kejadian anak yang kecelakaan, kurang membagi waktu dengan anak, kurang memahami anak, tidak bisa menerima saran & kritik dari orang lain.
2. Saudara & masyarakat sekitar. Merasa sia-sia memberitahu orang tuanya, tidak mau repot memberitahu orang tuanya, kesulitan memberi tahu polisi untuk menindak orang tua.
3. Polisi, kurang personil, tidak peka, kurang keliling mengawasi jalan yang dilalui masyarakat, tidak pro-aktif mencegah, kurang efektif bertindak jika ada laporan dari masyarakat.

Solusi: Semua kebalikan dari masalah diatas.

benar sekali, jika saja ada kontrol yang baik dari lingkungan, dan para petugas, maka hal2 yang tak seharusnya terjadi bisa dicegah. terimakasih komentar dan saran untuk solusinya. salam. d.~

Care said...

Dalam proses mengajar anak, sebaiknya sebelum proses pengajaran (aktifitas), sebaiknya dimulai dengan proses pendidikan (pemahaman). Masih ingatkah kita salah satu syair lagu "Indonesia Raya" ... bangunlah jiwanya, bangunlah badannya ... "
Dimana dalam proses pendidikan lebih berorientasi olah jiwa (hati), dan proses pengajaran lebih berorientasi olah pikir (otak dan syaraf).
Memang untuk bisa paham tidak mudah, butuh belajar, latihan dan feetback. Tapi itulah tugas kita sebagai orang tua.

Saran : Jangan serahkan pekerjaan (mengemudi, menyeberang jalan, dll) ke anak kita apabila dia belum punya pemahaman tentang pekerjaan itu)

setuju banget. terimakasih ya untuk komentarnya... d.~

tanya said...

Biasa orang kaya mau show off kalo mereka mampu. Anak kecil udah disuruh nyetir, nih otak orang tuanya udah pada miring.

he he, mungkin sebagian show off tapi bisa jadi sebagian lain tujuannya bukan show off tapi kurang kesadaran... perlu disadarkan :) d.~

nh18 said...

I share the same feeling ...
Entah mengapa ...
Banyak orang yang membanggakan bahwa ... "anakku sudah bisa naik motor lhooo "
Padahal mancal saja belum sepenuhnya sampai kakinya
Belum lagi fisik kecilnya tentu sulit "menguasai" motor dengan baik ...

(not to mention ... seperti kata Ibu Dee ... kematangan emosional dan yang sejenisnya)

Salam saya Ibu

munahnugroho said...

betul-betul, mereka seharusnya melarang anak mereka yang belum cukup umur untuk mengendarai sepedah motor ataupun mobil...apa mereka ingin terjadi sesuatu yangtidak diinginkan ? tentu tidakkan ?

Post a Comment