Benarkah Pernikahan itu Ibarat Judi?

Suara gelak tawa terdengar dimana- mana…


KELUARGA di rumah kayu masih berkumpul bersama. Sementara itu, Jeanette dan anaknya, Martin, tetangga sebelah rumah yang tadi datang bertandang telah berpamitan pulang.


Pradipta dan saudara- saudara sepupunya bermain dengan riang gembira. Cintya serta Pratama yang tadi sibuk membaca kini bergabung bermain kartu dengan Respati dan Pradipta. Sementara itu Kirana memilih bermain bersama Radya dan si kembar Nareswara serta Nareswari.


Para ayah mengobrol di beranda depan, sementara Dee, Larasati dan Prameswari masih berada di ruang tengah.


Larasati, ibunda Respati, Kirana dan Radya, mengobrol dengan Dee dan Prameswari. Mereka masih meneruskan topik pembicaraan yang tadi dibuka oleh Jeanette dan Larasati dengan kisah mereka tentang seorang kawan lama yang bercerai dengan istrinya.


dadu8


“ Kalau dipikir- pikir ya Dee, “ kata Larasati, “ Apa yang sering kita dengar bahwa pernikahan itu ibarat judi, sebetulnya tidak tepat ya… “


Dee tertawa.


“ Ya memang tidak, “ kata Dee. “ Sebab sebenarnya apa yang akan terjadi dalam sebuah pernikahan sudah akan dapat diprediksi sebelumnya, jika para calon pasangan suami istri saling mengenali calon pasangannya dengan baik. Jika komunikasi diantara mereka terjalin baik dan juga mereka saling jujur satu sama lain, maka seharusnya apakah pernikahan itu akan menjadi pernikahan yang bahagia atau tidak, bisa diperhitungkan… “


“ Ya memang sih, “ imbuh Dee lagi, “ Kita semua percaya bahwa jodoh telah diatur oleh yang Kuasa, tapi pada setiap langkah dalam hidup, termasuk saat mencari pasangan, manusia kan harus berusaha, dan termasuk dalam usaha ini adalah menentukan pilihan dan membuat keputusan tentang orang yang akan menjadi pasangan hidup kita...  “


“ Dan saat membuat keputusan itu, logika juga harus digunakan disamping mempertimbangkan rasa cinta ya, Dee... “ komentar Larasati.


Dee mengangguk. Dia memang selalu percaya bahwa rasio dan rasa harus seimbang saat seseorang hendak membuat keputusan jangka panjang tentang pernikahan.


Dee tak sepenuhnya sepakat pada faham bahwa pernikahan itu ibarat judi. Pada judi, apa yang terjadi dan bagaimana hasilnya adalah untung- untungan. Orang tak punya kendali sama sekali terhadap apa hasil akhirnya. Tidak begitu dengan pernikahan, menurut Dee.


“ Apa yang terjadi setelah menikah antara Budi dan Agatha itu, misalnya, “ kata Dee, “ Sebetulnya harus sudah diperhitungkan sebelum menikah. Jika Budi sebenarnya keberatan dengan gaya hidup Agatha, dan kebiasaan Agatha berlama- lama berdandan sementara Agatha sendiri tampaknya tak mungkin hidup tanpa berdandan kinclong serta menikmati bergaul di café- café dan resto sementara Budi sama sekali tak tertarik dengan gaya hidup seperti itu, maka walau Budi sangat terpikat dengan kecantikan Agatha, misalnya, dia seharusnya sudah memperhitungkan adanya potensi konflik saat mereka menikah… “


“ Sama halnya dengan misalnya seseorang menemukan bahwa calon pasangannya ternyata kasar, abusive, sering melakukan kekerasan baik verbal ataupun fisik, maka tak perlu terlalu banyak berharap bahwa calon pasangannya itu akan banyak berubah setelah pernikahan, “ celetuk Prameswari, " Apa yang sudah tampak sebelum menikah, itu pula yang akan muncul setelah pernikahan. "


“ Kesalahan yang umum dilakukan adalah memiliki harapan besar bahwa sang pasangan akan berubah sikap, sifat, gaya hidup dan nilai- nilai kehidupannya setelah menikah. Harapan semacam ini sebetulnya agak berbahaya, “ Dee menimpali.


“ Aku setuju sih, Dee, “ kata Larasati pada Dee, “ Aku sendiri juga berpendapat, saat sebelum menikah kita harus mengamati dengan baik calon pasangan kita. Lihat pandangannya terhadap hidup, caranya mengatasi masalah, lebih detail lagi, misalnya, sikapnya terhadap anak kecil, terhadap orang tua, saudara- saudara. Tata cara dalam pergaulan dengan orang lain dan perilaku sehari- harinya,  dan sebagainya.


Apa yang kita lihat itulah yang akan pula kita temukan saat sudah menikah.


Jika pengamatan semacam ini dilakukan dengan baik, maka sedikit banyak, setiap orang memiliki kendali untuk memilih pasangan yang tepat. Dan jika seseorang memiliki kendali semacam itu, maka artinya falsafah bahwa pernikahan adalah judi sangat tidak tepat. “


Dee mengangguk menyetujui apa yang dikatakan Larasati.


***


“ Eh, puding ini kelihatannya enak, ya, “  Prameswari tiba- tiba nyeletuk. Dia menunjuk puding di atas meja.


Dee mengangguk. Puding itu buatan Jeanette. Dan Jeanette memang pandai memasak serta membuat kue.


Prameswari mengerat sepotong puding dan menaruhnya ke piring kecil yang sedari tadi dia pegang.


Dee mengikuti jejaknya. Larasati juga.


Sesaat kemudian ketiganya memasukkan potongan puding tersebut ke dalam mulut, mengecap dan menikmati kelezatannya…


p.s. i love you


** gambar diambil dari Wikipedia **



21 comments:

gajah_pesing said...

judi = dilarang
pernikahan = judi = dilarang
hayah kok malah jadi aneh saia membacanya, hahaha...

tulisannya bagus, mengingatkan saia saat akan melangsungkan pernikahan, sudah bener gak saia menikah? pertanyaan yang selalu terngiang-ngiang di kepala, alhamdulilah, semuanya berjalan dengan baik-baik saja :)

rumahkayu said...

@ gajah pesing hahahahaha..artinya karena pernikahan itu justru dianjurkan untuk dilakukan maka terbukti bahwa pernikahan itu tidak sama dengan judi ya, sebab jika judi kan pasti dilarang, bukan dianjurkan :mrgreen:

dan..selalu senang kalau dengar ada yang bilang pernikahannya baik-baik saja seperti mas gajahpesing ini.semoga senantiasa seperti itu sampai berpuluh tahun ke depan kelak ya...salam! d.~

nolis fatmawarti said...

kalu saya menikah kadang merasa kalah karena tdk ada perhatian dari suami berarti judi itu tidak ada hubungan dengan proses pernikahan semoga badai berlalu berganti semilir kesejukan dari suamiku..i hope so much....

DALIAN NATOLU said...

Betti ( Beda beda tipis ) antara Pernikahan dengan Judi. karena sama sama ada yang untung untungan yang dapat pasangan.

marcia said...

seblum menikah harus buka mata selebar2nya n sesudahnya hrs menutup mata sekecil2nya.artinya seblum menikah kita harus mempelajari calon pasangan kita lbh dalam n msh boleh lirik lirik tp kl sudah menikah udah ga blh lirak lirik n juga harus mau menerima kekurangan pasangan kita apapun juga

Bagus said...

Menikah adalah ibadah (menurut agama dan ajaran yang saya anut), perkara harmonis adalah cara dan bagaimana kita mengelola rumah tangga kita dengan isteri kita .... :)

ikhsan said...

andaikan ada perbedaan,maukah pasangan kita /kita sendiri,mau adaptasi/berubah lebih baik,itu yang paling perlu,menikah tdk sama dengan berjudi,menikah adalah intinya berjuang,ya mesti ada tantangan nya

sukangeblog said...

;)

foolbaby said...

yang punya blog lagi bimbangkah ?

lutvita said...

pernikahan membutuhkan banyak toleransi dari dua belah pihak, termasuk toleransi untuk menerima kekurangan pasangan dan menerima kelebihannya...

agen xamthone plus bandung said...

nikah itu ibadah.....asal dengan niat baik...pernikahan akan terasa indah....

blog berbagi bola said...

yg bilang nikah itu enak sapa seh..
nikah itu, uueeenaakkkk.. :D

nophakartika said...

mungkin kalau suka dan duka di tanggung bersama bukan pernikahan seperti judi ya..

Andrian said...

Tulisannya Buaguz...... Bhuangetz.......
Gw ampe trharu ngebacanya

obemo said...

“ Kesalahan yang umum dilakukan adalah memiliki harapan besar bahwa sang pasangan akan berubah sikap, sifat, gaya hidup dan nilai- nilai kehidupannya setelah menikah. Harapan semacam ini sebetulnya agak berbahaya, “ Dee menimpali.

dengan kata lain, tidak bisa menerima pasangan apa adanya bila memiliki harapan bahwa pasangan akan berubah setelah menikah.

melly said...

Mbaa Dee
aku mau nikah tp gak ada yg mau..haha
baru ada yg mau ngelamar aja dah bimbang bgt. :D

Pakde Benie said...

menikah (jodoh) itu misteri ..... ada yg kehidupannya serba susah, isteri/suami mendapat perlakuan yg kurang baik, toh mereka (terpaksa) bisa sampai kaken-ninen ...... ada yg kehidupannya mewah (misal para artis) menikah dengan dana milyaran, toh 1-2 th kemudian bercerai .........

anny said...

Menikah adalah keputusan matang yang sudah bisa diprediksi sebelumnya, setuju sekali dengan bahasan mba dee diatas :)

Yudi said...

Pernikahan ibarat sebuah perjudian. Seorang pria mempertaruhkan kebebasannya dan seorang wanita mempertaruhkan kebahagiaannya.

Dian Wahyudi said...

Pernikahan adalah ibadah jadi napa harus takut menikah..

Andromedha said...

Judi tapi halal

Post a Comment