The Double Love: Bubur Merah Bubur Putih

* Posting ini dibuat oleh blogger tamu, Hes Hidayat


Bumbu, rempah dan aroma ...

WOAAAH, mbak Dee sudah melahirkan!

Aku membaca pesan singkat yang ia kirimkan untukku.

Aku tertawa sewaktu ia menyebut dua bayinya sebagai bintang kembar. Jadi ingat mas Kuti yang berencana memberi nama anaknya 'Blogstar'.

bubur-merahputih



Tapi syukur deh, mbak Dee dan dua bayinya sehat. Dan wah, kebetulan sekali aku juga berulang tahun Senin kemarin. Ahay, kebetulan yang mengharukan!

***



Kembar. Sebenarnya aku sempat berpikir begitu sewaktu bertemu mas Kuti sore hari di minimarket dekat rumah, "Susu hamilnya Dee habis, sekalian aku pulang mampir dulu," katanya menyapaku yang menatapnya dengan tatapan 'tumben ke sini sendirian'.

Aku lalu bertanya apakah bayinya perempuan karena aku tahu mbak Dee punya sebuah bando kecil untuk bayi yang ia beli sebelum hamil.

"Kita ngga tahu, Hes. Kita memang sengaja nggak tanya sama dokternya. Kejutanlah, yang penting Dee dan bayinya sehat," jawabnya.

Tadinya aku mau bilang, "Woaah kalau kembar gimana, mas Kuti?". Tapi nggak jadilah. Aku jarang bercanda dengan mas Kuti. Nanti hasilnya jadi garing, aneh juga . Haha.

Tapi kok mas Kuti ngga bilang ya, kalau bayinya kembar padahal waktu itu minggu-minggu terakhir kehamilan mbak Dee. Ajaib juga kalau mba Dee nggak bilang soal itu lebih awal pada mas Kuti. Tapi yah nggak aneh sih, mbak Dee memang ajaib... :P

Seperti kata mas Kuti, hasilnya memang kejutan, dua kejutan yang sangat mengharukan! Senangnyaa ..

Aku lalu ingat, aku pernah menawarkan pada mbak Dee untuk membuatkan bubur merah putih syukuran untuk bayinya kelak. Sebenarnya sih tawaran becanda-becanda nggak jelas karena aku boro-boro pernah bikin bubur merah putih. Mencicipi saja belum pernah. Tapi entah kenapa mba Dee tidak pernah menganggap aku bercanda kalau soal masak memasak. Ia percaya saja kalau aku pasti bisa.

Wah, bagaimana ini. Aku memang punya beberapa resep bagus untuk membuat bubur tersebut tapi aku sama sekali belum pernah mempraktekkannya.

Masih ada waktu sih sampai acara syukurannya, toh Mbak Dee dan bayi- bayinya masih di rumah sakit. Jadi aku mulai mengumpulkan bahan. Untung saja resepnya mudah sekali.

Aku mencuci sedikit beras putih lalu merebusnya dengan santan instan yang kucairkan. Nggak sempat belanja, yang ada dulu sajalah di rumah, pikirku. Kupetik selembar daun pandan dari pekarangan belakang. Setelah dicuci, aku masukkan pandan itu kedalam rebusan tadi bersama sejumput garam.

Sembari menunggu sambil tidak lupa mengaduk, aku memikirkan bagaimana caranya menata bubur tersebut agar tampak cantik.

Aku tidak pandai menghias masakan. Tidak pernah bagus hasilnya. Agak khawatir juga sebenarnya mengingat buburnya nanti akan dilihat banyak orang.

Eh, kembar ya!

Apa itu artinya aku harus membuat buburnya dua? Dua? gimana caranya? Apakah jumlahnya jadi berlipat? Aku mulai berpikir serius. Woaah, tawaranku yang tadinya hanya guyonan jadi tantangan yang harus dipikirkan ternyata... :mrgreen:

Buburnya sudah jadi. Aku menambahkan santan kental kedalamnya. Kuaduk sebentar hingga bubuk meletup-letup, lalu kumatikan api.

Buburnya kubagi dua. Satu bagian aku masak lagi diatas api kecil dengan tambahan gula merah yang sudah kusisir. Setelah bubur mulai berganti warna dan mendidih, aku mengangkatnya.

Aku berpikir untuk membuatkan bentuk dua bintang karena mbak Dee menyebut anaknya bintang kembar. Tapi aku nggak punya cetakan bintang. Atau kubuat saja bentuk yin dan yang seperti yang pernah aku lihat di internet beberapa waktu yang lalu ya? Kelihatannya manis sekali. Tapi kendalanya, aku tidak punya mangkuknya.

Hmm ...

Peralatanku di dapur rumah ayah mertua memang belum lengkap walau kelak aku ingin sekali mempunyai dapur yang sarat dengan peralatan masak yang aku butuhkan dan pemandangan jendela lebar ke halaman belakang yang akan aku tanami dengan berbagai tanaman bumbu.

Aku membongkar laci-laci plastik yang berada disamping tempat cuci piring. Aku ingat aku mempunyai cetakan telur ceplok berbentuk hati, hadiah dari suamiku sewaktu aku berulang tahun ke-27, tepat empat tahun yang lalu.

Akan kugunakan cetakan itu saja.

Buburnya akan aku bentuk menjadi kelopak bunga semanggi. Konon semanggi berkelopak empat mendatangkan keberuntungan. Aku sih tidak percaya hal-hal seperti itu. Tapi soal keberuntungan Mbak Dee dan Mas Kuti dianugerahi dua bayi kembar dan keberuntungan mereka bertemu satu sama lain, itu aku percaya.

Bentuk hati juga melambangkan rasa cinta.

Ah, selamat datang di dunia ya bintang kembar. Kalian akan sangat sangat dicintai di Rumahkayu... :D

* Hes, beserta suaminya, Wicak Hidayat, adalah pemilik blog masukdapur, bimbul dan manterakata

10 comments:

matanaga said...

congratz!
bancakan yeh..?
dah lama ngga nyobain bubur itu?
malah sering makan bubur ketan item..? ;p

Mechta said...

duuh..ngiler nih lihat bubur dari tante Hes....adik kembar...bagi dikiiit ya, buburnya...

sandalilang said...

duh keren buburnya... begini kok dibilang gak bisa menghias makanan...

Bibi Titi Teliti said...

Beruntung sekali si kembar...ada tante nya yang mau bikinin bubur merah putih segala...

Dan kasian sekali nasibnya anak anak ku...emak nya gak pernah becus
masak bubur...hihihi..

Bibi Titi Teliti said...

waduh...kembar ya mba?
Gak kebayang deh cape nya...
kalo ada 2 bayi...

satu aja udah uyuhan...hihihi...

uni said...

jadi pengen makan bubur merah putih kak dee, salam sayang buat si kembar :)

fitrimelinda said...

selamat datang ke dunia yah bintang kembar.. :)

srex said...

wadow...posting yg hebat...!!
Ahh...resep bubur yang nikmat juga, serasa gak sabar menikmatinya,bubur merah putih berbentuk hati...cetakan semangginya di bawahnya...?

srex said...

ternyata empat hati berbentuk semanggi...Hmm...legit.

[BLOCKED BY STBV] WordPress Tutorial said...

WordPress Tutorial...

Thanks for yet another first-rate article. I am always doing research for super WordPress secrets to recommend to my own readers. Thank you for creating this article. It’s precisely what I was trying to find. Truly outstanding post....

Post a Comment