Keseimbangan Kerja dan Keluarga

work-life-balance

Suatu siang di sebuah kantin...

DEE ada di sana, berdua berhadapan dengan seorang kawan yang duduk di seberang meja. Seorang kawan lama yang menghubunginya tadi dan mengajaknya bertemu saat makan siang.

Jadwal hari ini kebetulan tak terlalu padat. Karenanya dengan gembira Dee mengiyakan tawaran untuk bertemu. Selalu menyenangkan untuk bertemu kawan lama seperti itu.

Seperti biasa, pembicaraan dibuka dengan pertanyaan melompat-lompat ke beragam arah, termasuk urusan kantor.

Dee memperhatikan kawan itu. Vinny namanya. Dulu pernah sekantor, kini tidak lagi. Mereka sama- sama telah pindah ke kantor lain.

Vinny tampak agak lelah. Mukanya agak pucat dan lingkaran hitam tampak di bawah matanya.

Dengan mudah Dee menduga bahwa dia sedang terlibat dalam pekerjaan yang sangat menyita waktu.

Vinny pandai. Rajin. Dan ambisius . Dia menduduki posisi penting di sebuah perusahaan besar dan seperti biasa menjadi tangan kanan para atasannya.

Tak ada yang salah dari semua itu sebab Dee tahu Vinny bekerja dengan penuh kejujuran dan menjaga integritasnya. Dia juga tulus hati dan bukan hanya pada atasan, dia juga bersikap baik pada para anak buahnya.

Vinny yang Dee kenal adalah orang yang selalu berusaha untuk menaikkan limit usaha dan pencapaiannya. Dia membuat dirinya sendiri untuk bekerja lebih dari porsi normal. Menurut Dee, Vinny memang berhak mendapatkan posisi yang diraihnya sekarang.

***



" Sedang sibuk di kantor, Vin? " tanya Dee pada Vinny.

Vinny mengangguk cepat. " Ya, Dee. Ampun deh.. "

Ampun?

Dee tertawa mendengar apa jawaban Vinny. Ampun, katanya? Vinny yang selama ini tampak selalu riang gembira menelan seberapapun banyak dan sulit pekerjaannya kini menggunakan kata 'ampun' untuk mengungkapkan apa yang sedang dihadapinya?

" Tumben, Vin.. " kata Dee, " Tak biasanya kamu mengeluh seperti ini. Sedang mengerjakan apa? "

Vinny belum lama pindah ke kantor baru, dengan lingkup pekerjaan yang lebih besar. Seperti biasa, dia ingin hasil pekerjaan yang sempurna. Hanya saja ada kendala di sana sebab rupanya sistem penunjang yang dibutuhkan tak cukup tersedia. Karenanya dia harus banyak melakukan pekerjaan manual yang membuatnya bekerja hingga larut malam, bahkan dini hari. Dan itu terjadi hampir setiap hari.

Dee sudah lama mengenal Vinny. Dia tahu bahwa jika hanya itu saja hambatannya, Vinny tak akan mengeluh.

" Anak- anak protes tidak, ibunya pulang malam terus? " tanya Dee.

Pertanyaan yang tepat pada sasaran rupanya. Sebab Vinny kembali mengangguk.

" Itulah. Anakku yang besar, anjlok nilai- nilai sekolahnya Dee. Yang kecil... "

Vinny menghela napas panjang sejenak sebelum melanjutkan ceritanya. " Aku sudah beberapa minggu ini berturut- turut pulang menjelang atau lewat tengah malam, Dee. Tita anakku yang kecil setiap sore menghubungiku dan memintaku untuk tak pulang terlalu larut tapi sebab pekerjaan menumpuk, tak bisa kupenuhi permintaan itu. Week end, seringkali aku juga harus bekerja. Lalu tadi pagi... "

Vinny berhenti sejenak lagi sebelum bicara.

" Tadi pagi saat Tita bangun dan hendak mandi, kuhampiri dia dan aku berkata 'aih anak mama, sini mama peluk, kangen sekali deh rasanya..' , "

Vinny berhenti bicara lagi dan suaranya terdengar sangat sedih saat dia berkata, " Tahu tidak Dee, apa reaksinya? Tita berbalik membelakangiku dan menangis sambil berkata 'aku nggak mau dipeluk mama...mama ini kerja melulu, nggak pernah ngurusin aku.'

Hmmm.

Dee mengerti, Vinny pasti terpukul dengan apa yang terjadi itu. Dee tahu persis, Vinny mencintai suami dan anak- anaknya. Dia juga bukan type perempuan yang 'aneh- aneh'. Jika dia berangkat pagi dan pulang larut malam, itu semata karena pekerjaannya.

Dee tahu bahwa Vinny bukan jenis orang yang senang mampir kesana kemari, clubbing atau bersenang-senang seusai bekerja. Tapi jabatan dan ambisinya memang membuat dia selalu bekerja dengan jam kerja yang panjang semacam itu.

" Gimana ya, Dee? " kata Vinny pada Dee.

Vinny kawan lamanya. Dan pada dasarnya Dee biasa bicara terus terang. Dia tak bisa berbasa- basi dengan mengatakan pada Vinny bahwa tak ada yang salah dengan semua itu. Dalam hal ini ukuran Dee sederhana, apakah keluarganya bahagia dengan apa yang dilakukannya. Jika tidak, maka ada sesuatu yang harus ditinjau kembali.

Dee sendiri biasa menempatkan suami dan anak- anaknya sebagai barometer standar apakah apa yang dia lakukan baik adanya. Sebab kadangkala tanpa disadarinya, apa yang dia lakukan ternyata mengganggu perasaan mereka.

Kuti suami yang sangat toleran. Mereka berbagi pekerjaan domestik dan Kuti memahami jika sekali- sekali Dee harus pulang terlambat karena pekerjaannya. Pradipta sebenarnya juga berusaha mengerti. Walau bukan tak pernah protes. Sebab pernah suatu saat dulu ketika Dee beberapa hari berturut- turut pulang terlambat, si kecil Pradipta menyentilnya.

Si kembar belum hadir diantara mereka ketika itu. Hanya ada mereka bertiga. Kuti yang sudah terlebih dahulu pulang sedang berbaring- baring di tempat tidur, mengobrol dengan Pradipta.

Dee menyegerakan mandi begitu tiba di rumah. Dia lelah, dan lapar, tapi lebih dari semua itu, dia merindukan suami dan anaknya. Karenanya dia mandi agar dapat bergabung dengan suami dan anaknya dengan tubuh yang segar.

Lalu ketika dia selesai mandi dan menghampiri tempat tidur dimana Kuti dan Pradipta berada, didapatinya si kecil sudah memejamkan matanya. Pradipta belum tidur tapi jelas sudah sangat mengantuk.

Dee menyapanya riang ketika itu, " Hai.. gimana di sekolah tadi, sayang? Jadi ulangan matematika? Dah oh, tadi olah raga ya? Apa olah raganya? "

Pradipta menjawab, tapi bukan jawaban tentang sekolah yang diberikannya.

" Nomor yang anda hubungi sedang tidak aktif atau berada di luar jangkauan. Silahkan mencoba beberapa saat lagi, " begitu jawabnya.

Dee terbahak mendengarnya. Dia menggelitik Pradipta dan berpura-pura menancapkan sesuatu. " Ah, habis baterai niiihhhh.. Dicharge dulu, deh.. "

Dee ingat, Pradipta menggeleng. " Bukan, bunda. Aku bukan habis baterai, koq. Cuma bunda sih, datangnya telat. Aku sekarang sudah ada di maglev mau pergi ke tempat lain, bunda baru datang ngajak aku ngobrol... "

Dee tertawa lagi. " Maglev? Maglev itu apa? Dan mau pergi kemana ? "

Suara Pradipta terdengar lagi. " Maglev, bunda.. Magnetic levitation train. Aku naik itu biar cepat tidurnya.. "

Dee terbahak. Pradipta yang cerdas dengan daya imajinasi yang tinggi rupanya mengkhayal naik kereta yang disebutnya maglev itu untuk segera dapat menuju alam mimpi. Dengan segera Dee dapat menduga bahwa kereta yang dipercakapkan Pradipta adalah kereta berkecepatan tinggi.

" Tahu darimana tentang maglev itu, Dipta? " tanya Dee pada anaknya.

" TV, bunda. Makanya Bunda jangan pulang malam terus supaya bisa nonton TV sama aku. Nanti aku kasih tahu bunda acara yang ada maglev-nya itu. "

Dan Pradipta tertidur.

Dee memandangi anaknya yang tampak sangat manis saat tertidur seperti itu.

Cara Pradipta bicara padanya lucu. Dan Dee selalu takjub melihat apa yang diketahui si kecil serta bagaimana daya khayalnya berkembang seperti itu. Tapi tentu tak lucu jika dia harus sering- sering dikomentari Pradipta dengan 'aku sudah naik maglev siap- siap mau berangkat ke tempat lain, bunda baru datang ngajak ngobrol aku... "

Dia berjanji dalam hati untuk sebisanya mengatur waktu kerjanya agar tak lagi harus disindir oleh Pradipta.

***



Dee menghirup minumannya. Lalu membuka mulutnya. Singkat saja yang dikatakannya, " Jika anakmu sudah protes seperti itu, Vin..mungkin sudah waktunya ditinjau kembali apa yang harus dijadikan prioritas. Apa yang harus difokuskan, apa yang bisa didelegasikan atau bahkan tak perlu dikerjakan. Kembalikan pemikiran pada: untuk apa saya bekerja? At the end of the day , tak akan pernah sebanding jabatan dan materi yang didapatkan jika keluarga kita tak bahagia. Apalagi jika sampai anak kita bahkan menolak untuk kita peluk. Tinjau kembali jadwalmu dan seimbangkan lagi semuanya.. "

Vinny mengangguk. Dee tahu, dia tak perlu menjelaskan secara teknis apa yang harus dilakukan. Vinny sudah akan tahu dengan sendirinya.

Ah Vinny, semoga dia bisa segera menemukan keseimbangan hidupnya kembali..

p.s:

maglev, atau magnetic levitation train adalah kereta yang digerakkan dengan daya angkat magnetik. kereta ini tak beroda, bergerak 'melayang' sekitar beberapa inci di atas rel.

secara sederhana dapat dijelaskan dengan konsep dua magnet yang satu kutub akan tolak menolak, kereta ini melayang sedikit di atas rel karena magnet di rel dan di bawah kereta tolak menolak.

ada beberapa negara yang memiliki kereta jenis ini, contohnya jepang serta jerman. cina dan korea juga mengembangkan penggunaan maglev untuk alat transportasi masal di negaranya. maglev tercepat saat ini ada di jepang dengan kecepatan sekitar 581 KM/jam



** gambar diambil dari: corporatelifecoach.blogspot.com **




Pulanglah Setelah Belajar di Luar Negeri

graduation

Senja yang hangat...


KELUARGA rumah kayu sedang berkumpul di beranda.


Dee duduk di dekat si kembar Nareswara dan Nareswari yang menatap burung- burung berkeliaran, berkicau dan beterbangan di halaman, hinggap di pohon mangga serta rambutan dengan penuh minat sambil mengoceh dengan bahasa bayi.

Pradipta bicara ini dan itu pada si kembar. Kadangkala digelitikinya bayi- bayi itu, lalu mereka tertawa bersama. Sementara itu pada saat yang sama Kuti menjadikan Cintya keponakan mereka yang sedang menginap di rumah kayu sebagai sasaran keisengannya.

Kuti selalu senang menggoda Cintya dengan pertanyaan- pertanyaan tentang siapa pacarnya sekarang dan dia akan dengan sembarangan menyebutkan nama- nama yang sebetulnya hanya karangannya saja, membuat Cintya mendelik protes, setengah bingung setengah tersipu. Reaksi yang membuat Kuti terbahak dan makin senang menggodanya.

Dee tertawa melihat Cintya yang melirik padanya seakan meminta bantuan untuk menghadapi kejahilan Kuti.

“ Eh kak,  jadinya nanti mau masuk jurusan apa ? “ kata Dee mengalihkan pembicaraan ketika dilihatnya Cintya sudah sungguh salah tingkah digoda terus menerus oleh Kuti.

Cintya, duduk di kelas 3 SMA saat ini, sebentar lagi sudah akan masuk Perguruan Tinggi. Dan karenanya topik pembicaraan tentang mau belajar apa setelah SMA seringkali muncul di antara mereka.

“ Aku mau belajar bioteknologi, “ kata Cintya.

" Wah, bagus itu, " komentar Dee.

Mempelajari bioteknologi menurut Dee cocok dengan karakter Cintya yang tekun dan menyukai riset.

Dee pernah mengobrol dengan beberapa kawan dan dia mendapat informasi bahwa bioteknologi serta ilmu- ilmu yang berkaitan dengan kesehatan, lingkungan dan nanoteknologi  merupakan ilmu yang akan berkembang pesat di abad 21 ini.

bioteknologi2

Penerapan bioteknologi juga sangat luas. Dee pernah mendengar cerita, misalnya, bahwa pada saat ini bakteri digunakan untuk pertambangan, penelitian mengenai obat- obatan, dan semacamnya. Dia juga pernah mendengar tentang penelitian yang dilakukan dengan tujuan perancangan gen bibit tebu agar produksinya banyak.

Ada pula seorang kerabat yang melakukan penelitian dan mengembangkan biomekanika, yang membuat alat untuk mengatasi patah tulang yang diperlukan oleh para dokter bedah.

Selain itu, Dee pernah juga mendengar tentang trend ilmu yang sedang marak diantara para ahli mesin dan penerbangan, yakni biomimetic. Mereka membuat robot yang meniru serangga atau binatang. Di jurusan elektro kini juga ada jalur biomedical engineering.

Bioteknologi pada saat ini memang cabang ilmu yang berkembang sangat pesat,  terutama di negara- negara maju.

Dan pikiran tentang negara maju membuat Dee teringat pada satu cita- cita Cintya yang sering diutarakanya sejak lama: mendapatkan beasiswa untuk belajar di luar negeri.

Cintya cerdas. Sudah lama dia menunjukkan hal itu. Dia juga tekun, gigih dan mandiri. Tanpa banyak cakap, sesuai dengan kepribadiannya yang tenang, Cintya tumbuh menjadi gadis remaja yang jelas tahu apa yang dia inginkan, dan siap berjuang untuk mencapai keinginannya.

Cintya ingin belajar di perguruan tinggi di dalam negeri dulu dan berniat  untuk berusaha mendapatkan beasiswa agar dapat memperdalam ilmunya di luar negeri pada tingkat Master, begitu yang pernah dikatakannya pada Dee.

Rencana yang bagi Dee, juga terdengar baik.

Cintya adalah remaja yang sedang tumbuh dan mengembangkan jati dirinya. Dee secara sederhana berpikir bahwa jika saat menjadi mahasiswa nanti Cintya bersekolah di dalam negeri, maka akar yang akan membentuk kepribadian dan jatidirinya sudah akan makin kuat dan kokoh. Bersekolah di luar negeri akan dengan sangat baik memperluas wawasan dan pengetahuannya tapi tak akan mudah menggoyahkan akar budaya dan rasa cinta pada negeri yang telah kuat tertanam dalam dirinya.

Sebab, harapan Dee pada para remaja potensial semacam Cintya adalah…

“ Kak, nanti kalau kakak jadi sekolah di luar negeri, jangan lupa pulang lho ya… “

Cintya tertawa. Bukan hanya sekali dia mendengar komentar semacam itu. Orang tuanya sendiri juga sudah sering sekali mengatakan itu. Mereka mendukung keinginan Cintya untuk suatu saat bersekolah di luar negeri, namun dengan satu pesan yang tak pernah berubah: pulanglah setelah selesai sekolah nanti…

Cintya ingat, suatu hari, ibunya berkata pada dia, “ Kak, kalaupun setelah sekolah nanti ingin sementara bekerja beberapa tahun dulu di luar negeri untuk cari pengalaman, nggak apa- apa, tapi pastikan setelah itu pulang ke sini, ya… “

Ibunya juga sering mengatakan pada Cintya, “ Orang- orang pintar sepertimu itu dibutuhkan di sini, Kak. Pergilah belajar kemana saja, jadilah orang pintar dan maju, tapi pulanglah. Sebab jika semua orang pintar dari negeri ini setelah mereguk ilmu di luar negeri lalu memutuskan untuk tinggal seterusnya di sana, tidak pulang lagi kemari, maka negeri ini bukannya tambah maju tapi akan makin mundur sebab justru orang- orang terbaiknyalah yang akan pergi dan tidak kembali itu… “

***



“ Ibu pernah bilang gitu juga tante, “ kata Cintya menjawab komentar Dee.

Dee tersenyum. Dia tentu saja juga tahu sejak lama bahwa ibunda Cintya, Prameswari, memiliki pendapat yang sama dengannya.

Menurut satu berita di sebuah koran, ada puluhan ribu pelajar Indonesia yang kini belajar di luar negeri. Dan makin banyak diantara pelajar Indonesia yang belajar di luar negeri itu memutuskan untuk berkarir di negeri orang, tinggal di sana untuk jangka panjang, bahkan selamanya.

Banyak berita tentang mereka di majalah dan koran- koran, yang berkarir di bidang industri, yang menjadi peneliti jempolan, menemukan ini dan itu, dan sebagainya. Berita- berita itu berjudul serupa: orang Indonesia yang sukses di luar negeri.

Walaupun bangga pada pencapaian mereka, di pihak lain Dee serta Prameswari berpendapat bahwa  jika banyak orang pintar Indonesia yang kemudian tidak kembali ke negeri ini seperti itu, kemajuan di dalam negeri tak akan terjadi.

Sekarang, memang banyak keluhan tentang kurangnya fasilitas riset, kurangnya penghargaan terhadap orang- orang pintar berpendidikan tinggi ini, sementara di luar negeri fasilitas riset melimpah, jabatan dan materi yang ditawarkan juga menggiurkan, yang dikatakan sebagai alasan utama mengapa mereka memilih untuk tak kembali pulang. Tapi sebenarnya, siapa yang akan bisa merubah situasi itu jika orang- orang yang mengeluhkan hal tersebut memilih jalan pintas untuk pergi selamanya?

Jalan keluar dan perbaikan akan terjadi jika orang- orang yang merasa bahwa hal- hal semacam itu menjadi masalah dan penghambat tetap ada di sini, berjuang untuk memperbaiki hal tersebut.

Perbaikan terhadap masyarakat di sekitar juga akan lebih cepat terjadi jika para orang cerdas berwawasan luas itu ada di sini.

Teknologi memang sekarang memungkinkan untuk melakukan komunikasi dengan orang yang berada di mana saja di dunia ini. Tetapi melakukan penelitian terhadap gen tanaman tebu bisa jadi tak akan terpikir untuk dilakukan oleh seorang ahli bioteknologi yang tak berada di lingkungan dimana jumlah produksi tebu tidak optimal dan membuat negaranya mengimport gula, padahal ladang tebu ada dimana-mana dan para petani tebu di sekitarnya berkutat dengan kemiskinan yang menjerat.

Penelitian untuk membuat alat bantu yang dibutuhkan oleh para dokter bedah tulang dan memproduksinya di dalam negeri mungkin tak akan terjadi jika para ahli biomekanika itu tinggal di luar negeri, sebab dia tak akan tahu bahwa para dokter pandai di dalam negeri sanggup melakukan tugasnya tapi alat yang dibutuhkan harus diimport dari luar negeri sehingga harganya sangat mahal dan tak terjangkau oleh para pasien.

Dengan tinggal di sini dan melihat langsung apa masalah yang terjadi lalu melakukan penelitian dan memproduksi alat tersebut di dalam negeri, para ahli teknologi itu secara langsung berkontribusi terhadap kesehatan masyarakat. Ada banyak orang yang selama ini tak tertolong menjadi tertolong sebab alat untuk membuat cedera tulang mereka dapat dipulihkan tersedia banyak dengan harga terjangkau di sini.

Ditambah lagi, jika penelitian dan produksi dilakukan di sini, hal tersebut akan berujung pada satu hal: merubah situasi dari konsumen menjadi produsen. Dampaknya akan sangat luas pada meluasnya lapangan kerja dan perkembangan ekonomi dalam negeri.

***




Dee menatap Cintya, keponakan yang sangat dikasihinya dan sungguh berharap dan berdoa dalam hati bahwa kelak, saat sudah meraih banyak gelar dan pengetahuan dalam ilmu bioteknologi seperti yang dicita- citakannya, Cintya akan pulang kembali ke negeri ini untuk menerapkan ilmunya di sini dan berkontribusi membangun negeri…

p.s. we love Indonesia...

** gambar diambil dari aljamia.net dan www.hindawi.com **

Blogdetik Super Keren? Ya Iyalah!!!

headline5

SEBAGAI blogger yang sudah lumayan lama luntang-lantung di blogdetik, kami, aku dan Dee sudah lama tau kalau blogdetik itu keren. Namun baru kemarin kami sadar kalau blogdetik bukan sekedar keren. Namun super keren!!!

Sejak kemarin dulu, ada momen-momen yang membuat kami gembira. Diawali ketika posting Dee tentang Pernikahan ibarat Judi terpilih sebagai headline dan sempat nampang di halaman depan detikcom. Beberapa jam kemudian, posting iseng tentang membaca tulisan jelek yang aku buat di sukangeblog ternyata juga menjadi headline. Padahal tulisan itu dibuat buru-buru, karena terprovokasi komentar gajahpesing dan hes tentang blog yang sudah lama gak diupdate. Kemarin, aku menulis di blog pribadi yang juga lama gak diupdate, catatanqu. Aku ingin menyuarakan opini tentang rok mini yang menjadi pembicaraan panas di mana-mana. Tak disangka, hanya beberapa menit setelah dipublish, tulisan tentang rok mini langsung menjadi headline!! (Kegembiraan rasanya makin lengkap karena tips ngeblog berjudul Menyiasati Godaan Copy Paste yang dipublikasi di sebuah platform ngeblog juga ditahbiskan sebagai headline).

Tentu bukan karena tulisan yang kami buat berturut-turut menjadi headline lalu kami menahbiskan blogdetik super keren. Posting kami menjadi headline karena ada perubahan ‘kecil’ di blogdetik. Perubahan itulah yang kami anggap super keren.

Perubahan apa yang telah terjadi?

Sejujurnya, kami baru menyadari hal itu akhir-akhir ini. Yakni posting yang terpampang di headline tak lagi dibatasi tiga, namun lebih. Headline di blogdetik kini lebih bervariasi dan dinamis. Dan itu yang kami pikir sangat keren.

Dulu, jatah untuk headline hanya dibatas tiga. Jadi jika di pagi hari admin sudah memilih tiga tulisan di headline, maka tiga posting itu yang akan terpampang hingga 24 jam berikutnya. Bahkan jika pemilihan dilakukan hari Jumat, tiga posting itu akan bertengger di tahtanya hingga Sabtu, Minggu dan Senin pagi!!!

Aku pernah mengusik hal ini ketika berdiskusi, kalau tidak salah di salah satu posting suami malas. Aku mengusulkan agar kuota tulisan di headline ditambah, jangan hanya tiga. Asumsiku sederhana. Ada ribuan bahkan mungkin puluhan ribu blogger yang ngendon di blogdetik. Setiap hari mungkin ada ratusan posting baru yang dipublikasikan. Masak sih dari ratusan itu hanya tiga yang dianggap terbaik?

Untunglah, kini ada perubahan. Dan kami menganggap perubahan ini sangat positif. Kini jatah diperluas, tak hanya tiga. Semua bloggerdetik kini punya peluang untuk nampang di headline. Bahkan jika tulisan dipublish petang hari, peluangnya tetap terbuka.

Tentu kebijakan ini ada konsekuensinya. Yakni tugas admin semakin berat. Admin harus stand by terus menerus, dan setiap saat memelototi sekaligus menelanjangi tulisan yang baru dipublish. Berat dan melelahkan memang. Tapi bukankah memang ITU tugas seorang admin?

Tetap eksis

Sebagai pengguna lama blogdetik, kami penghuni rumahkayu berharap ke depan blogdetik yang kini sudah super keren akan makin keren. Dan, tentu saja, tetap eksis.

Terus terang, sejak ada perubahan manajemen di detikcom sempat ada kekhawatiran bagi kami pengguna blogdetik menyangkut masa depan blogdetik. Detikcom di tangan pemilik baru kini sangat berorientasi bisnis. Itu terlihat dari makin bejibunnya iklan di halaman depan detikcom, juga di hampir semua kanal. Blogdetik, kelihatannya belum bisa memberikan kontribusi dari sisi finansial. Bahkan mungkin dapat dikategorikan sebagai proyek rugi.

Karena belum bisa menghasilkan laba, blogdetik mungkin bisa memperkuat sisi lain. Yakni branding. Pencitraan. Bahwa blogdetik merupakan bagian dari detikcom yang bisa memberi nilai tambah dalam bentuk layanan gratis yang berkualitas. Sisi kualitas ini yang harus ditonjolkan, dan itu antara lain tergambar dalam tampilnya tulisan bagus dan menarik di headline.

Blogdetik saat ini sudah dalam jalur yang benar. Namun tentu saja tantangan besar masih ada di depan mata. Tantangan yang harus disikapi dengan profesional dan inovasi tanpa henti!!!

p.s

Kami, penghuni rumahkayu punya feeling bahwa admin yang kini menggawangi headline bukan lagi mas kw atau karel ya? Jika feeling kami benar, terimalah salam kenal dari kami (atau jangan-jangan kita sebenarnya sudah saling kenal namun kami aja yang gak ngeh kalau Anda adalah admin? Hehehehehe)

We still love you

Ngeblog Itu Seperti Mengajak Selingkuh

NGEBLOG atau menulis pada umumnya, pada prinsipnya sama seperti merayu. Dan dalam hal tertentu, bisa diibaratkan dengan mengajak orang lain berselingkuh.

Saat tulisan ini dibuat, ada ratusan juta blog yang online di seluruh dunia. Ada sekitar 30 hingga 40 juta blog yang berbahasa Indonesia. Di blogdetik, mungkin ada belasan hingga puluhan ribu orang yang membuka lapak dan banyak di antaranya rutin menulis setiap hari. Artinya, ketika membuat sebuah tulisan dan mempublikaskan ke dunia maya, Anda akan bersaing dengan ribuan bahkan jutaan blogger lain yang juga mempublikasikan tulisan.

Karena itu Anda perlu ‘merayu’ agar pembaca mampir ke lapak dan membaca tulisan kita.

Hal ini tidak mudah, karena bisa saja pembaca yang disasar sudah punya ‘pacar’. Mereka sudah punya lapak atau blog favorit yang dikunjungi secara rutin. Jadi Anda harus melakukan sesuatu agar calon pembaca mau ‘berselingkuh’ dan mampir ke lapak milik Anda.

cartoon

Apa saja yang perlu disiapkan agar pembaca mau mampir dan menjadikan Anda ‘selingkuhan’? Yang harus disiapkan sebenarnya sama saja dengan Anda kita ingin pacaran (lagi) di dunia nyata. Apa saja itu?

1. Smart

Banyak orang yang suka pacaran dengan cowok atau cewek yang smart. Yang berwawasan luas. Yang ngomongnya bisa nyambung.

Jadi supaya dilirik, tulisan yang dibuat harus bermanfaat. Harus bisa memberikan pelajaran dengan cara yang cerdas. Harus bisa memberikan informasi yang komprehensif dan tidak membingungkan.

Jadi, jika diperlukan, lengkapi tulisan dengan data. Jika perlu lakukan riset kecil-kecilan. Sebagai bahan riset, Anda hanya perlu menanyakan kepada paman Google.

2. Humoris

Banyak orang yang suka pacaran (atau selingkuh) dengan sosok yang humoris. Yang bisa menyegarkan suasana. Yang bisa menghidupkan suasana yang membosankan.

Jadi jika memungkinkan, selipkan unsur humor dalam tulisan. Humor bisa menjadi selingan terutama jika topik yang dibahas itu berat. Namun jangan berlebihan. Humor hanya sebagai sisipan. Terlalu banyak melucu akan membuat tulisan menjadi lebay. Bahkan norak. Karena faktanya, sekalipun banyak orang yang suka pacaran dengan sosok humoris, hanya sedikit yang mau menikah dengan pelawak. Jadi jangan sekali-kali menjadi ‘pelawak’ dalam tulisan Anda.

3. Trendy

Pasti banyak orang yang ingin pacarnya (atau pasangan selingkuhnya) trendy.Yang penampilannya up to date. Pacar yang penampilannya jadul alias jaman dulu hanya akan membuat malu.

Dalam menulis, pastikan kita mengetahui perkembangan terbaru pada topik yang ditekuni, atau hal umum yang berlaku. Upayakan untuk terus mengupdate informasi agar tidak ketinggalan jaman.

4. Bertanggung jawab

Banyak orang yang ingin kekasihnya adalah sosok yang bertanggungjawab, yang berani menerima resiko atas apa yang dilakukan. Yang gak segan mengaku salah jika berbuat salah dan meminta maaf jika melakukan kekeliruan.

Sebagai blogger Anda bukanlah sosok yang sempurna. Suatu saat Anda mungkin bisa salah. Bisa salah berasumsi, salah mengambil kesimpulan, salah menganalisa, dan sebagainya. Jika ternyata tanpa sengaja melakukan kesalahanan, jangan ragu untuk bertanggung-jawab. Antara lain dengan meralat atau meng-update tulisan yang isinya tidak terlalu tepat. Atau meminta maaf secara terbuka kepada pihak yang dirugikan.

5. Mau mendengar

Banyak pasangan yang selingkuh karena merasa menemukan sosok yang mau mendengar. Yang menyediakan bahu sebagai tempat bersandar. Yang menyediakan sapu tangan untuk air mata yang berlinang.

Sebagai blogger, Anda juga harus mau mendengar. Simak apa yang diinginkan pembaca. Tanggapi usulan atau pertanyaan pembaca. Sedapat mungkin balas setiap komentar yang masuk. Ketika menanggapi komentar, berilah tanggapan yang sopan dan santun. Jangan terkesan arogan dan mau menang sendiri.

6. Kreatif

Kekasih yang kreatif akan disukai pasangan. Bahkan banyak pihak yang berselingkuh karena pasangannya kreatif dan gak membosankan, tidak monoton seperti yang ditemui di rumah.

Sebagai blogger Anda harus kreatif. Tak hanya pada mencari sudut pandang yang baru namun juga pada gaya bahasa. Jika gaya dan topik tulisan monoton, pembaca bisa bosan. Anda juga bisa merasa jenuh. Jika Anda rajin melakukan variasi, pembaca akan tertarik dan sebagai penulis Anda juga akan merasa seperti mendapatkan energi baru.

***



Apa yang dipaparkan ini hanya sebagian kecil dari sejumlah langkah yang bisa dilakukan supaya pembaca mau ‘berselingkuh’ dengan Anda. Mau menjadikan lapak Anda sebagai lokasi tujuan setiap hari, di samping lapak-lapak lain yang lebih dulu dijadikan ‘pacar’.

Menulis itu hakekatnya sama dengan merayu agar pembaca terhanyut dengan untaian kata demi kata yang kita paparkan. Jika pembaca terhanyut dan ‘jatuh cinta’, mereka akan datang lagi dan lagi dan lagi…..

p.s:



Tulisan ini adalah tips ngeblog. Jadi mohon tidak dijadikan sebagai tips untuk selingkuh beneran di dunia nyata, hehehehehe

** gambar diambil dari: lcooks1.wordpress.com **

Benarkah Pernikahan itu Ibarat Judi?

Suara gelak tawa terdengar dimana- mana…


KELUARGA di rumah kayu masih berkumpul bersama. Sementara itu, Jeanette dan anaknya, Martin, tetangga sebelah rumah yang tadi datang bertandang telah berpamitan pulang.


Pradipta dan saudara- saudara sepupunya bermain dengan riang gembira. Cintya serta Pratama yang tadi sibuk membaca kini bergabung bermain kartu dengan Respati dan Pradipta. Sementara itu Kirana memilih bermain bersama Radya dan si kembar Nareswara serta Nareswari.


Para ayah mengobrol di beranda depan, sementara Dee, Larasati dan Prameswari masih berada di ruang tengah.


Larasati, ibunda Respati, Kirana dan Radya, mengobrol dengan Dee dan Prameswari. Mereka masih meneruskan topik pembicaraan yang tadi dibuka oleh Jeanette dan Larasati dengan kisah mereka tentang seorang kawan lama yang bercerai dengan istrinya.


dadu8


“ Kalau dipikir- pikir ya Dee, “ kata Larasati, “ Apa yang sering kita dengar bahwa pernikahan itu ibarat judi, sebetulnya tidak tepat ya… “


Dee tertawa.


“ Ya memang tidak, “ kata Dee. “ Sebab sebenarnya apa yang akan terjadi dalam sebuah pernikahan sudah akan dapat diprediksi sebelumnya, jika para calon pasangan suami istri saling mengenali calon pasangannya dengan baik. Jika komunikasi diantara mereka terjalin baik dan juga mereka saling jujur satu sama lain, maka seharusnya apakah pernikahan itu akan menjadi pernikahan yang bahagia atau tidak, bisa diperhitungkan… “


“ Ya memang sih, “ imbuh Dee lagi, “ Kita semua percaya bahwa jodoh telah diatur oleh yang Kuasa, tapi pada setiap langkah dalam hidup, termasuk saat mencari pasangan, manusia kan harus berusaha, dan termasuk dalam usaha ini adalah menentukan pilihan dan membuat keputusan tentang orang yang akan menjadi pasangan hidup kita...  “


“ Dan saat membuat keputusan itu, logika juga harus digunakan disamping mempertimbangkan rasa cinta ya, Dee... “ komentar Larasati.


Dee mengangguk. Dia memang selalu percaya bahwa rasio dan rasa harus seimbang saat seseorang hendak membuat keputusan jangka panjang tentang pernikahan.


Dee tak sepenuhnya sepakat pada faham bahwa pernikahan itu ibarat judi. Pada judi, apa yang terjadi dan bagaimana hasilnya adalah untung- untungan. Orang tak punya kendali sama sekali terhadap apa hasil akhirnya. Tidak begitu dengan pernikahan, menurut Dee.


“ Apa yang terjadi setelah menikah antara Budi dan Agatha itu, misalnya, “ kata Dee, “ Sebetulnya harus sudah diperhitungkan sebelum menikah. Jika Budi sebenarnya keberatan dengan gaya hidup Agatha, dan kebiasaan Agatha berlama- lama berdandan sementara Agatha sendiri tampaknya tak mungkin hidup tanpa berdandan kinclong serta menikmati bergaul di café- café dan resto sementara Budi sama sekali tak tertarik dengan gaya hidup seperti itu, maka walau Budi sangat terpikat dengan kecantikan Agatha, misalnya, dia seharusnya sudah memperhitungkan adanya potensi konflik saat mereka menikah… “


“ Sama halnya dengan misalnya seseorang menemukan bahwa calon pasangannya ternyata kasar, abusive, sering melakukan kekerasan baik verbal ataupun fisik, maka tak perlu terlalu banyak berharap bahwa calon pasangannya itu akan banyak berubah setelah pernikahan, “ celetuk Prameswari, " Apa yang sudah tampak sebelum menikah, itu pula yang akan muncul setelah pernikahan. "


“ Kesalahan yang umum dilakukan adalah memiliki harapan besar bahwa sang pasangan akan berubah sikap, sifat, gaya hidup dan nilai- nilai kehidupannya setelah menikah. Harapan semacam ini sebetulnya agak berbahaya, “ Dee menimpali.


“ Aku setuju sih, Dee, “ kata Larasati pada Dee, “ Aku sendiri juga berpendapat, saat sebelum menikah kita harus mengamati dengan baik calon pasangan kita. Lihat pandangannya terhadap hidup, caranya mengatasi masalah, lebih detail lagi, misalnya, sikapnya terhadap anak kecil, terhadap orang tua, saudara- saudara. Tata cara dalam pergaulan dengan orang lain dan perilaku sehari- harinya,  dan sebagainya.


Apa yang kita lihat itulah yang akan pula kita temukan saat sudah menikah.


Jika pengamatan semacam ini dilakukan dengan baik, maka sedikit banyak, setiap orang memiliki kendali untuk memilih pasangan yang tepat. Dan jika seseorang memiliki kendali semacam itu, maka artinya falsafah bahwa pernikahan adalah judi sangat tidak tepat. “


Dee mengangguk menyetujui apa yang dikatakan Larasati.


***


“ Eh, puding ini kelihatannya enak, ya, “  Prameswari tiba- tiba nyeletuk. Dia menunjuk puding di atas meja.


Dee mengangguk. Puding itu buatan Jeanette. Dan Jeanette memang pandai memasak serta membuat kue.


Prameswari mengerat sepotong puding dan menaruhnya ke piring kecil yang sedari tadi dia pegang.


Dee mengikuti jejaknya. Larasati juga.


Sesaat kemudian ketiganya memasukkan potongan puding tersebut ke dalam mulut, mengecap dan menikmati kelezatannya…


p.s. i love you


** gambar diambil dari Wikipedia **



Harapan dan Ketidakcocokan Dalam Pernikahan

Yang membuat pernikahan bahagia bukan tingkat kecocokan kita dengan pasangan, tetapi seberapa besar kemampuan dan kesediaan kita untuk mengatasi ketidak cocokan ~ Leo Tolstoy


HARI itu cerah. Pintu utama rumah kayu terbuka lebar. Beberapa keluarga yang bersaudara sedang berkumpul di sana.


Pradipta tampak sangat gembira berada di antara para sepupunya. Mereka berlarian tanpa henti keluar masuk rumah, berpindah dari halaman depan ke samping, ke belakang. Sementara itu, para orang tua berkumpul di ruang tengah sambil mengawasi anak- anak yang lebih kecil.


Cintya, sepupu Pratama yang kini sudah tumbuh menjadi gadis remaja, seperti biasa, berada di antara para orang tua dengan buku di tangannya. Dia sedang membaca novel, entah apa judulnya. Di pojok ruangan, Pratama tampak membalik- balik koran terbitan hari itu. Ada berita yang menarik perhatiannya, tentang ekspedisi pendakian gunung di suatu daerah, lengkap dengan catatan sejarah mengenai kerajaan- kerajaan jaman dahulu yang hilang terkubur saat terjadi letusan besar gunung tersebut.


Beragam makanan tampak di atas meja. Larasati, ibunda Respati, Kirana dan Radya membawa Klapetaart yang dibikinnya. Prameswari, ibunda Cintya dan Pratama, datang dengan banana cake yang masih hangat. “ Baru keluar dari panggangan, “ katanya tertawa saat menyodorkan banana cake itu tadi pada Dee. Dee sendiri mengeluarkan siomay dan bakso tahu buatannya.


Sebagai pelengkap dari semua itu, Jeanette, ibunda Martin sahabat Pradipta yang bertetangga dengan mereka datang membawa puding dan asinan buah.


Dunia memang sempit. Jeanette tetangga mereka itu, rupanya teman sekolah Larasati dulu. Karenanya Dee sering memberitahunya jika Larasati hendak datang berkunjung ke rumah kayu, dan jika waktu memungkinkan, Jeanette biasanya datang bergabung dengan mereka.


Selain Jeanette, Martin juga datang untuk bergabung bermain bersama Pradipta dan para sepupunya.


***


Sambil makan mereka mengobrol ngalor ngidul. Ke kanan ke kiri, menyentuh berbagai topik.


Sampai suatu saat…


“ Oh, “ terdengar suara Larasati, “ Jadi mereka bercerai ? “


Jeanette mengangguk. “ Ya. “


Larasati tampak terdiam sejenak. “ Anaknya ikut siapa? “


“ Ikut Budi. “


“ Hanya satu, kan, anaknya? “


“ Ya, satu. Perempuan. “


Dee mendengarkan percakapan itu sambil sesekali menyuapkan banana cake ke mulut si kembar Nareswara dan Nareswari.


“ Menyedihkan, “ terdengar komentar Larasati, “ Walau… sebenarnya sudah bisa diduga ya? “


Jeanette mengangguk, “ Ya. Agatha memang begitu dari dulu, bukan? Tak ada yang berubah, sebenarnya… Jadi seharusnya, sudah bisa diduga. “


marriage


Larasati  menceritakan sekilas tentang Budi dan Agatha pada Dee dan Prameswari.


Budi adalah kawan baik mereka. Pandai, bintang lapangan pada beberapa cabang olah raga, pendaki gunung. Mereka masih sering bertemu Budi bahkan sampai saat mereka sudah lulus sekolah dan bekerja, sebab mereka rutin berlatih olah raga bersama.


Agatha, cerita Larasati, pertama kali diperkenalkan Budi pada mereka semua saat seperti biasa, di suatu sore mereka berkumpul di lapangan olah raga.


Datang ke lapangan olah raga dengan letak rambut sempurna yang tampaknya membutuhkan waktu setengah hari untuk menatanya, rok pendek yang sangat ketat, sepatu high heels dan riasan wajah lengkap, Agatha jelas sangat berbeda dengan perempuan- perempuan yang sebelumnya dekat dengan Budi.


Semua kawan baik Budi meramalkan bahwa hubungan Agatha dan Budi tak akan berlangsung lama.


Dan mereka semua salah.


Hubungan keduanya makin serius. Agatha dan Budi menikah.


“ Lalu sekarang mereka bercerai? “ tanya Prameswari. “ Kenapa? “


“ Itulah, “ komentar Jeanette, “ Aku dengar, mereka sering sekali bertengkar sebab Budi mempermasalahkan gaya hidup Agatha. “


“ Yang sebenarnya bukan hal baru, “ Larasati menimpali, “ Apa yang dipermasalahkan Budi adalah gaya hidup Agatha sejak dulu yang seharusnya sudah diketahui Budi. “


“ Apa misalnya? “ tanya Dee.


“ Budi mengeluh bahwa Agatha tidak mengurus rumah dan anak mereka dengan baik, sebab di waktu- waktu senggangnya sepulang kantor, alih- alih langsung pulang ke rumah, Agatha sering mampir dulu untuk bertemu dengan kawan- kawannya di café- café, mencicipi gerai kopi yang baru dibuka, pergi ke restoran Perancis yang konon enak, dan hal- hal lain semacam itu yang bukan gaya hidup Budi.


Selain itu, pada hari libur, bukannya menghabiskan waktu di rumah dengan keluarga seperti yang diinginkan Budi, Agatha malah memilih pergi ke salon untuk merawat diri. Memutihkan kulit, menata rambut, mencat kuku, mengeriting bulu mata… “ kata Jeanette.


“ Mengeriting bulu mata? “ Dee tertawa kecil saat mengucapkan komentar itu.


“ Eh betul Dee, “ tukas Jeanette, “ Memang betul ada salon untuk tempat melentikkan bulu mata…”


Oh. Dee tertawa lebih lebar lagi. Tak pernah diketahuinya hal tersebut sebelumnya.


“ Tapi hasilnya sesuai kan? Aku duga, Agatha ini sampai sekarang tetap tampil kinclong seperti saat Budi pertama kali mengenalnya dulu? “


“ Ya, “ Jeanette mengangguk.


“ Tapi Budi sekarang mempermasalahkan hal ini? “ kata Dee.


“ Mungkin bukan mempermasalahkan cantik dan kinclongnya Dee, “ kata Larasati, “ Tapi mempermasalahkan bahwa dia begitu terfokus pada diri sendiri untuk selalu tampil kinclong dan mengambil porsi waktu terlalu banyak untuk itu. Juga gaya bergaulnya yang menurut Budi terlalu boros dan ‘borju’… “


“ Padahal itu semua satu paket, kan, “ kata Jeanette. “ Agatha bisa tampil kinclong begitu karena dia menyisihkan banyak waktu untuk mendandani diri. Dan mungkin dia perlu mendandani diri karena dia memang senang berada di tempat- tempat dimana penampilan seperti itu dibutuhkan… “


Hmm… hmm… Dee memikirkan apa yang dikatakan Larasati.


“ Masalah klasik, tampaknya, “ komentar Prameswari.


Dee mengangguk setuju. Ini masalah klasik rumah tangga yang akar masalahnya adalah…


“ Budi mungkin berpikir bahwa setelah menikah Agatha akan berubah dengan sendirinya. Atau dia berpikir bahwa dia akan bisa merubah Agatha, “ kata Dee.


Prameswari menyambung apa yang dikatakan Dee, “ Padahal, “ katanya, “ Kunci pernikahan yang langgeng sebetulnya adalah kesediaan kita untuk menerima ketidak cocokan dengan pasangan.  Sebelum menikah, seharusnya para calon suami istri sudah memperhitungkan untuk hal- hal dimana ada perbedaan atau ketidak cocokan itu, apakah dia akan dapat mempertahankan prinsipnya tanpa harus merubah atau mengendalikan gaya hidup pasangannya? “


“ Sebab, orang mungkin bisa menyesuaikan diri, tapi tak akan bisa berubah terlalu banyak. Begitu, ya? Jadi, take it or leave it… “ komentar Larasati.


Dee dan Prameswari serentak mengangguk.


“ Menikah, “ kata Dee, “ Memang membutuhkan pemikiran yang matang. Orang harus mengenali dirinya sendiri dengan baik, sebelum bisa memilih pasangan yang cocok. Orang harus tahu, apa nilai- nilai hidupnya, apa harapannya dalam hidup, apa hal- hal yang menurut dia tak bisa dikompromikan, apa yang masih bisa dikompromikan, dan dari hal- hal inilah dia harus berangkat.


Dalam kasus Budi dan Agatha, tampaknya dulu Budi mengecilkan fakta bahwa gaya hidup dan harapan tentang pernikahannya ternyata berbeda dengan Agatha. Perbedaan yang ternyata menjadi api dalam sekam. Api yang terus membesar, memanas dan menghancurkan pernikahan mereka… “


p.s. i love you…


** gambar diambil dari: treymorgan.net **

5 Kesalahan Cowok Pada Kencan Pertama

Tentang kencan...

5-kesalahan-cowok-saat-kencan-pertama

KUTI sedang menyuapi si kembar. Jika senggang, Kuti memang sebisa mungkin meluangkan waktu dengan sepasang malaekat yang kini sedang lucu-lucunya. Menyuapi si kembar makan sangat menyenangkan, kendati Kuti menyadari bahwa makanan yang jatuh jauh lebih banyak dibanding yang berhasil masuk ke mulut.

“Eh ‘yang, kau masih ingat dengan Randy?” Dee muncul sambil membawa sapu tangan kecil, yang akan digunakan untuk membersihkan mulut si kembar

“Randy yang mana?”

“Itu tuh, putra sulung Mbak Melati, tetangga kita dulu itu...”

“Oh Randy yang itu? Kenapa dia?”

“Tadi aku ketemu dia. Randy sekarang sudah kelas 3 SMA. Tubuhnya jangkung. Dan.. dia udah mulai naksir cewek...”

“Naksir cewek? Bagaimana kamu tau?”

“Randy yang bilang. Tadi kita ketemu di supermakrket. Dia jalan dengan seorang cewek. Aku godain dia dan bilang, ini pacar kamu? Namun Randy bilang gak. Gadis yang jalan dengannya katanya adalah teman dari cewek yang ditaksirnya.”

Kuti mengangguk. Mendekati dan berakrab-ria dengan teman si cewek yang ditaksir adalah langkah brilian.

“Kelas 3 SMA memang udah waktunya pacaran. Asal Randy gak keliru dan melakukan kesalahan seperti yang dilakukan sejumlah cowok pada kencan pertama,” kata Kuti.

“Oh, memang ada ya, kesalahan cowok pada kencan pertama?”

“Iya. Lima kesalahan malah,” ujar Kuti sambil secara perlahan menyuapi Nareswari.

“Apa saja itu?”

“Kesalahan pertama, terlalu pendiam. Memang sih, gugup pada kencan pertama itu wajar. Asal jangan berlebihan. Jika si cowok terlalu pendiam, kencan bisa berjalan dingin karena yang terjadi hanya pandang-pandangan. Apalagi jika si cewek juga pemalu...”

“Oh gitu ya. Terus jalan keluarnya gimana?”

“Untuk kencan pertama, gak ada salahnya mengundang pihak ketiga untuk menemani. Sebaiknya teman perempuan yang juga mengenal cewek yang dikencani. Jadi jika ada kebuntuan dalam percakapan, teman yang diundang bisa membantu mencairkan suasana. Jika percakapan udah lancar, si cowok bisa memberi isyarat kepada pihak ketiga untuk meninggalkan tempat...”

“Terus, kesalahan kedua?”

“Kesalahan kedua berlawanan dengan yang pertama. Yakni terlalu cerewet. Terlalu mendominasi percakapan. Ada cowok yang saking semangatnya dia mendominasi percakapan, gak memberi kesempatan kepada si cewek untuk bicara. Padahal pacaran seharusnya berisi komunikasi dua arah...

“Kesalahan ketiga, langsung nakal. Ada cowok yang saking terlalu pede, pada kencan pertama langsung pingin mencium. Atau tangannya langsung kepingin ‘main gitar’. Yang begini kesalahan fatal.”

“Oh jelas, itu kesalahan fatal. Jika pada kencan pertama ada cowok yang langsung pingin mencium pasti langsung aku tampar,” ujar Dee judes. “Dan kesalahan keempat?”

“Kesalahan keempat, langsung ngajak kawin. Walau jarang, ada cowok yang langsung melamar cewek pada kencan pertama. Ini dilakukan oleh mereka yang umumnya sudah mendekati ‘injury time’, udah berumur namun belum punya pasangan...”

“Tapi pacaran, apalagi bagi yang udah dewasa, kan tujuannya memang untuk kawin?” Kata Dee sambil membersihkan sisa makanan yang belepotan di bibir Nareswara.

“Iya, pacaran, terutama oleh mereka yang sudah berumur memang untuk kawin. Tapi mbok ya jangan melamar pada kencan pertama dong. Tahan diri dikit kenapa sih? Biarkan kencan pertama berlangsung sukses, diikuti kencan kedua dan seterusnya. Dan setelah merasa mantap, ya bisa langsung dilamar... Banyak cewek yang syok jika langsung dilamar pada kencan pertama...”

“Dan kesalahan kelima?”

“Kesalahan kelima ini yang paling penting. Yakni gak membaca posting ini. Cowok yang pingin pacaran akan melakukan kesalahan besar jika sebelum kencan gak membaca tulisan ini,” kata Kuti sambil mengedipkan mata.

“Huh, dasaaaarrrr.....”

p.s

- Tulisan ini dibuat berdasarkan pengalaman, pengamatan ditambah sedikit bumbu imajinasi...

- Tulisan ini khusus yang belum pacaran. Untuk yang bakal menikah, ada versi dewasanya, yakni ‘5 kesalahan suami di malam pertama’, yang nanti ditulis kapan-kapan...

We still love you...

Tanggung Jawab Mengemudi

Tentang pengemudi cilik...

PAGI itu cerah. Mentari bermurah hati melimpahkan sinarnya walau di sana sini embun masih tampak menggantung di udara.

Kuti membaca beberapa berita di laptopnya. Tak lama, terdengar dia memanggil istrinya. " Dee, lihat ini Dee, " ujarnya, ketika sang istri telah datang mendekat.

Ditunjukkannya sebuah video. Dee mengamati sebentar, dan persis seperti yang diduga Kuti, Dee menggerutu.

" Orang tua tak bertanggung jawab, " komentar Dee agak kesal.

Video tersebut menunjukkan seorang gadis cilik berusia sekitar empat (!) tahun mengemudikan mobil di bawah bimbingan orang tuanya.

pengemudi-cilik

Kuti sendiri menggeleng- gelengkan kepalanya. Dia belum lupa kejadian serupa yang memakan korban beberapa minggu yang lalu.

Di pagi buta ketika itu, tak jauh dari lokasi rumah mereka, ada kecelakaan. Seorang pengendara motor cilik, berusia kira- kira sekitar delapan tahun, membelokkan motornya dengan tiba- tiba tanpa aba- aba dan membuat pengemudi motor di belakangnya yang tak menduga apa yang terjadi tak sempat menghidar dan menghantam motor yang dikemudikan anak kecil tersebut.

Keduanya terpental. Pengemudi yang berada di belakangnya, seorang Bapak setengah baya, ternyata terluka lebih parah dari si pengemudi cilik itu.

Oh betul... Kuti tahu, peraturan undang- undang mengatakan bahwa jika terjadi tabrak dari belakang, apapun penyebabnya maka si penabrak yang berada di belakangnyalah yang salah.

Tapi, Kuti -- dan dia tahu bahwa Dee juga memiliki pendapat serupa -- sungguh menyesalkan kejadian bahwa seorang anak kecil diijinkan untuk membawa kendaraan bermotor seperti itu dan baik Kuti maupun Dee percaya bahwa ketidak hati- hatian bocah tersebut berhubungan dengan kebeliaan usianya.

Dalam hal ini, menurut Dee dan Kuti, tak ada yang lebih harus dipersalahkan selain orang tuanya. Sebab anak kecil tak akan dapat melakukan hal itu jika tak diijinkan orang tuanya.

" Banyak orang lupa... " kata Dee, " Bahwa mengemudikan kendaraan itu membutuhkan kematangan emosi dan kemampuan mengambil keputusan, yang jelas belum dimiliki para anak kecil, apalagi balita. "

Lalu sebelum Kuti mengatakan apapun juga, Dee telah berkomentar lagi, " Aku pernah baca buku yang bahkan memberikan batasan umur minimal bagi anak untuk dapat diijinkan menyeberang jalan sendiri. Ada penjelasan panjang lebar di situ mengapa anak di bawah usia tersebut sangat tidak aman untuk dibiarkan menyeberang jalan sendiri.

Seingatku batasannya adalah 9 atau 10 tahun, aku lupa persisnya. Yang aku ingat pasti adalah keterangan tentang adanya refleks- refleks dan kemampuan analisa serta pengambilan keputusan yang belum dimiliki anak yang lebih kecil. Itu alasan utamanya mengapa ada batasan umur yang dianggap aman.

Dan jika menyeberang saja sebetulnya ada batas usia dengan alasan keamanan, apalagi tentunya, diperlukan batasan usia yang jauh lebih matang bagi seseorang untuk dapat diijinkan mengemudikan kendaraan bermotor.

Dee berkata lagi, " Banyak orang tua berpikir bahwa mengijinkan anak mengemudikan kendaraan bermotor di usia dini adalah satu bentuk 'hadiah' mereka pada anak, upaya untuk menyenangkan anak. Padahal, mereka lupa akibatnya. Apa yang mereka lakukan itu sungguh dapat mencelakakan bukan hanya anak tersebut sendiri tapi juga orang lain... "

Kuti mengangguk setuju pada apa yang dikatakan istrinya. Sekali lagi dia memutar video tersebut dan menggeleng- gelengkan kepalanya dengan prihatin...

p.s. i love you

** gambar diambil dari oto.detik.com, sumber: youtube **

Mudik Lebaran

Idul Fitri akan segera tiba…

TAK pelak, kegembiraan menghampiri hati.

Seperti biasa, kami sekeluarga mudik.

Mudik, selama ini kujalani sepanjang hidupku, baik sebelum maupun setelah menikah.

Dulu, saat kami masih kecil- kecil, mudik dilakukan bergantian, jika pada tahun ini kami berlebaran di rumah kakek nenek dari ibu, tahun berikutnya kami berlebaran di kota kelahiran ayahku.

Kadangkala kami mudik dengan kereta api. Tapi lebih sering, ayahku memilih untuk mengendarai mobil sendiri. Lebih bebas, katanya, bisa menentukan waktu sendiri kapan hendak melanjutkan perjalanan kapan hendak berhenti, dan dimana.

Dan tentu saja, perjalanan mudik itu bagi kami juga merupakan perjalanan wisata. Kami biasa mampir di kota- kota yang dilalui di sepanjang perjalanan, dan menginap di sana.

Ada hal yang lucu jika diingat saat ini tentang perjalanan ketika itu.

Saat aku kecil, di usia SD dulu, belum ada minuman dalam kemasan kotak. Juga belum ada teh botol ataupun air mineral. Minuman dalam botol yang tersedia adalah minuman bersoda. Jadi, kuingat betul bahwa orang tuaku biasanya membeli satu krat ( eh, bagaimana sih mengejanya? ) minuman botol ini. Lalu, satu krat minuman botol -- satu wadah kotak plastik besar berisi banyak botol itu -- ditaruh dan diikat di bagasi di atap mobil.

Jadi, kami tidak bisa setiap saat minum. Biasanya, pada saat- saat tertentu ayahku akan menghentikan mobilnya lalu kami masing- masing akan mendapatkan minum sebotol sirup bersoda itu dan kami akan meminumnya sampai habis, kemudian botol kosongnya ditaruh kembali di dalam krat. Lalu sepanjang perjalanan, kami mampir di toko- toko yang dilewati di sepanjang perjalanan, dan orang tua kami membeli lagi persediaan minum dengan cara menukarkan botol kosong itu dengan botol baru yang masih penuh berisi.

Seru.. seru.. seru...

bunga2


Di kemudian hari, aku kemudian juga menikah dengan seseorang yang berasal dari kota yang letaknya tak jauh dengan kota asal ayahku. Karenanya, ritual mudik tak pernah berhenti, walau ada perubahan, yakni mudiknya dilakukan bersama suami (dan kemudian setelah mereka lahir, bersama anak- anak ), bukan lagi dengan orang tua dan saudara- saudaraku seperti dulu..

Kami, aku dan suamiku, sejak sebelum menikah telah bersepakat bahwa sebisa- bisanya kami akan mengupayakan untuk mudik ke kedua kota dimana para orang tua kami tinggal. Hanya lokasi shalat Iednya saja bergiliran. Ada kalanya kami shalat Ied di kota dimana orang tuaku tinggal, kali lain di kota dimana mertuaku berada.

Dan, kedua kota itu terpisah jarak lebih dari 600 KM. Maka, setiap tahun kami mengalami 'kehebohan' mudik saat lebaran.

Tapi sungguh, ini adalah kehebohan yang kami nikmati dan selalu kami nanti- nantikan...

***



Ada hal unik yang ‘mengagetkan’ yang terjadi di awal- awal masa pernikahan, terkait dengan tradisi setempat.

Di rumah orang tuaku, pada hari lebaran selalu ada ketupat, opor ayam dan sambal goreng hati. Hal yang sudah berjalan bertahun- tahun dan ternyata bagiku menjadi sesuatu yang kurindukan dan jika tak ada, terasa ada yang hilang.

Sementara itu, di daerah asal suamiku, biasanya ketupat tidak dihidangkan di hari pertama. Lucunya, hal ini sebenarnya juga terjadi di kota asal ayahku tapi entah kenapa tidak terekam dalam ingatanku. Karenanya, kali pertama aku berlebaran di rumah mertua setelah menikah, aku agak heran mengapa tak ada ketupat dihidangkan di hari itu.

Baru kemudian kuingat bahwa berdasarkan tradisi setempat ketupat baru akan muncul di hari ke lima, bukan hari pertama lebaran !

Hari ke lima itu disebut Hari Raya Kupat.

***



Terkait dengan Idul Fitri yang pernah beberapa kali diputuskan jatuh pada hari yang berbeda, kami pernah memutuskan untuk berlebaran pada hari yang lebih awal. Tanpa diduga, keputusan tersebut menyebabkan kami justru bisa berlebaran ‘hari pertama’ baik di rumah orang tuaku maupun di rumah mertua. Sebab kami shalat Ied bersama dengan orang tuaku lalu melakukan perjalanan sehari semalam, dan ketika kami tiba di subuh keesokan harinya di rumah mertua, seisi rumah sedang bersiap- siap untuk shalat Ied, sebab keluarga di sana memilih untuk berlebaran pada hari berikutnya.

Kami sendiri tentu saja tidak lagi ikut shalat Ied di sana sebab sudah melakukannya sehari sebelumnya.

Tahun ini, keluarga kami baik di rumah orang tuaku maupun di rumah mertua, memutuskan untuk berlebaran pada hari Rabu. Dan… aha… ada hal unik tahun ini, yakni, seperti aku yakin, terjadi di banyak keluarga pada tahun ini, subuh tadi kami sahur dengan ketupat dan beragam lauk pauknya sebab tadinya semua dipersiapkan untuk berlebaran pada hari Selasa ini…

ketupat

Ah, bagaimanapun lebaran selalu menyenangkan.

Apapun yang terjadi suasananya selalu terasa berbeda. Sejak mulai dari pasar dimana bunga- bunga segara yang dijajakan dalam tong- tong besar, siap untuk menghiasi rumah- rumah saat lebaran, para penjual selongsong ketupat, kembang api, takbiran…

bunga

Selamat Idul Fitri, kawan- kawan semua. Semoga kebaikan selalu menghampiri kita. Mohon dimaafkan lahir batin. Selamat berbahagia merayakan lebaran bersama keluarga…


p.s. we love you

'Proyek' Google+ dan Libur Panjang

Malam yang teduh...

KUTI duduk di beranda rumah. Seperti biasa, di depannya 'tergeletak' notebook yang terkoneksi dengan internet. Beberapa kali dia sibuk mengklik sana-sini.

"Akhir-akhir ini kau keliatannya lagi demen dengan Google+ ya?" Ujar Dee sambil meletakkan sepiring pisang goreng yang mengepul hangat. Pisang yang digoreng itu adalah hasil panen di halaman belakang.

sukangeblog3

Kuti melirik pisang goreng itu, menimbang-nimbang, dan setelah nyaris tergoda dia memutuskan untuk pura-pura tidak melihat. Mengetik sambil makan pisang goreng adalah dua hal yang tak bisa dilakukannya sekaligus.

"Google+ itu menyenangkan, dan fasilitasnya tidak kalah dengan Facebook," kata Kuti, berusaha menutup pernafasan yang mulai terpengaruh oleh harumnya pisang goreng.

"Lagipula, aku punya proyek khusus untuk Google+. Kamu udah tau kan kalau proposal naskah tentang Google+ yang aku kirimkan udah disetujui editor Elex Media Komputindo?"

"Iya. Jadi nantinya buku yang kamu bikin isinya tentang Google+?"

"Tentu. Tapi fokusnya lebih kepada tips dan trik. Seperti gimana nulis di Google+ dan di-share sekaligus ke Facebook dan Twitter, gimana menyingkat link profil menjadi misalnya http://gplus.to/sukangeblog dan puluhan tips dan trik lainnya..."

Kuti menghentikan ocehannya dan tak dapat menahan diri untuk menikmati pisang goreng yang dibuat khusus sang istri tercinta.

Keduanya lalu berbincang ringan tentang Google+, sejauh mana layanan ini bisa bersaing dengan Facebook yang baru saja mencatat rekor pageviews per bulan yang menembus 1 triliun, serta rencana mereka mengisi libur panjang, apakah ikutan mudik atau di rumah saja.

"Libur panjang ini menyenangkan ya? Tapi moga-moga ini gak berarti ngeblog juga libur kan?" Ujar Dee.

Kuti tertawa. "Karena aku bakal sibuk, keliatannya nanti tugas Dee untuk terus berkiprah di dunia maya. Aku udah kangen sama Kiran dan Dhanapati. Kayaknya udah waktunya diupdate. Kalau kelamaan, nanti kita yang penulis jadi lupa gimana ceritanya..."

Pasangan suami-istri itu terbahak.

Di sela tawa, pikiran Dee melayang-layang, memikirkan episode apa yang akan ditulis di padepokanrumahkayu....

p.s

I love you...

Kami Melakukannya Bersama (Lagi) ...

Teamwork...

ENTAH sudah berapa kali kutuliskan hal sejenis ini di blog rumahkayu. Tapi, kali ini (kembali) kuingin menuliskan hal yang sama.

Seorang kawan baik beberapa waktu yang lalu mengomentari rangkaian tulisanku tentang ibadah umroh di blog ini.

" Sempat- sempatnya nulis... " komentarnya, yang lalu disambungnya dengan " Gampang ya, akses ke internet ?Saat aku di sana dulu koneksi tidak mudah didapatkan. "

Ha ha.

Siapa bilang koneksi mudah didapatkan saat aku berumroh kemarin?

Hot spot terakhir yang kutemukan saat dalam perjalanan umroh adalah ketika aku berada di ruang tunggu keberangkatan Bandara Soekarno Hatta.

Sempat kubuat sebuah posting saat itu, dan kupasangi gambar.

Posting itu selesai kubuat dan berhasil tayang hanya sekitar dua atau tiga menit menjelang kami serombongan diminta menuju pesawat untuk boarding.

Dan itulah kali terakhir aku menggunakan komputerku untuk menulis selama perjalanan tersebut. Sebab kemudian, tak kutemukan koneksi internet baik dengan maupun tanpa kabel yang memungkinkanku menulis dengan komputer selama kami melakukan ibadah umroh.

Nah lalu, jika begitu, bagaimana caranya aku dapat menulis beberapa buah posting yang merupakan 'liputan langsung' dari Madinah dan Mekah kala itu?

Oh, posting- posting tersebut kubuat dengan berbagai cara melalui handphone.

Kadang kutuliskan sebagai draft di blog rumahkayu. Kadang kutuliskan sebagai e-mail. Ada yang bahkan sebagian diantaranya kutulis dalam bentuk sms.

SMS?

Ya, SMS.

Pada siapa?

Pada siapa lagi jika bukan pada partner in crime ngeblog-ku, penghuni rumahkayu lain selain aku. Kuti.

Posting- posting tersebut sungguh tak kan bisa tayang, lengkap dengan gambar- gambarnya yang bagus, tanpa bantuan Kuti.

Sebab koneksi agak sulit didapatkan di sana.

teamwork1

Akses ke internet terbatas, dan kadang- kadang terputus. Menulis dengan HP sebetulnya juga tak nyaman. Tapi kucoba juga menulis, sedikit demi sedikit.

Facebook sama sekali tak berhasil kubuka. Belakangan aku tahu bahwa berbeda dengan di sini dimana beragam promosi tentang kemudahan mengakses facebook dilakukan oleh para provider telepon, di sana facebook hanya dapat diakses melalui telepon genggam dengan ijin tertentu setelah registrasi dilakukan.

Dan aku tentu sama sekali tak berniat melakukan segala kerepotan pendaftaran untuk mengakses facebook itu.

Jika kebetulan bisa kuakses blog rumahkayu ini ( rata- rata dari 10 kali mencoba, biasanya ada 1 kali aku berhasil mengakses blog ) kutuliskan apa yang ingin kutulis.

Beberapa kali aku juga sama sekali tak berhasil mengakses blog rumahkayu ini. Pada saat- saat seperti itu, kubuat tulisanku dalam bentuk e-mail, kukirimkan pada Kuti.

Dan oh, jangan bayangkan email rapi yang siap di-copy paste. Untuk satu posting saja, pernah kukirimkan empat  e-mail pendek yang terpenggal- penggal, dan lalu masih kusambung lagi dengan SMS sebab koneksi internet tiba- tiba terputus dan aku tak berhasil masuk ke e-mail accountku lagi...

***



Setelah proses menulis selesai, kuserahkan semua proses selanjutnya pada Kuti. Baik mengedit, menambahkan gambar, atau apapun, hingga mempublikasikannya, semua kupasrahkan padanya.

Urusan mengedit, tentu tak perlu dikuatirkan. Itu pekerjaannya sehari- hari. Dan aku tahu dari pengalaman selama ini bahwa Kuti hampir tak pernah menggunting atau merubah terlalu banyak tulisanku. Biasanya dia akan meloloskan 99,9% materi yang kutulis. Paling- paling yang dibetulkannya hanya urusan typo error saja. Salah ketik, salah eja, atau semacamnya.

Yang agak mencengangkanku sebetulnya urusan gambar.

Setiap kali menulis, sebetulnya telah kubayangkan dalam anganku gambar seperti apa yang kuinginkan menjadi pelengkap posting yang kutulis.

Tapi tak pernah kukatakan hal tersebut pada Kuti. Terlalu repot dan sulit mendeskripsikannya.

Terlebih, kami berbeda keyakinan. Jadi aku sendiri tak tahu apakah penjelasan singkat akan cukup untuk membuat Kuti memilih jenis gambar yang kuinginkan atau tidak. Sebab aku tak dapat memprediksi apakah dia akan tahu apa yang kumaksudkan.

Karenanya, kuputuskan untuk sama sekali tak mengatakan apapun tentang gambar tersebut.

Bagaimanapun, aku selalu percaya pada Kuti. Sekian tahun bersahabat, walau tak selalu sepakat, kami selalu bisa memahami satu sama lain dan menemukan jalan keluar jika kami agak berbeda pendapat.Maka kali inipun kurasa walau mungkin tak persis dengan apa yang kubayangkan, Kuti toh akan memilihkan gambar yang cukup tepat untuk tulisan- tulisanku.

Tapi sungguh, apa yang terjadi ketika itu terkait gambar- gambar dalam posting yang kubuat... sejujurnya membuat aku tercengang. Sebab tanpa kuduga, setiap kali posting itu ditayangkan di rumahkayu, gambar yang dipilih oleh Kuti untuk melengkapi tulisanku adalah gambar yang sepenuhnya mewakili khayalanku tentang gambar semacam apa yang ingin kumuat di situ.

It really couldn't be done any better..

Perfect.

Kuti bahkan pernah pada suatu hari 'mendahului'-ku.

Aku sedang mencoba membuat posting yang di dalamnya akan menyentuh cerita tentang masjid Quba. Belum berhasil kutuliskan hal tersebut, ketika Kuti bahkan sudah memilih gambar dari masjid Quba untuk posting yang telah kutuliskan sebelumnya dan kutitipkan pada dia untuk ditayangkan. Sekali lagi aku tercengang...

Kuceritakan hal di atas pada kawan yang menanyakan bagaimana aku bisa sempat menulis beberapa posting saat berumrah kemarin.

Kukatakan padanya bahwa hal tersebut tak akan pernah bisa terjadi jika blog ini bukan blog duet.

Andai blog ini adalah blog yang kugawangi sendiri, aku yakin bahwa tak akan ada tulisan yang berhasil kutayangkan real time. Tulisan- tulisanku baru akan muncul sepulangnya aku umroh.

***



Sekali lagi, kami melakukannya bersama.

Dan sekali lagi, dengan senang hati, kudapati bahwa toleransi kami satu sama lain cukup besar. Cukup untuk dapat saling menghormati perbedaan yang ada. Cukup untuk bisa membuat yang tak mungkin menjadi mungkin.

Sangat kuhargai kebesaran hati Kuti untuk membantuku memuat tulisan- tulisan terkait perjalanan ibadah umrohku di blog ini. Dan kuhargai pengertian dia bahwa sampai saat ini aku masih terus ingin menulis tentang umroh itu, sebab menuliskannya dapat memperpanjang rasa nikmat yang kurasakan di sana. Sebab menuliskannya membuatku bisa menyalurkan rasa rindu luar biasa yang muncul di dada. Kerinduan untuk segera dapat kembali ke sana.

Dan, ha ha... sebenarnya kemarin telah kukatakan pada Kuti bahwa tampaknya sudah waktunya dia menulis di rumahkayu, sebab sudah agak lama aku 'menjajah' blog ini. Berturut- turut menulis beberapa posting sehingga dia tidak kebagian giliran.

Tapi sungguh aku yakin, jika dia membaca posting yang kutulis ini ( dan artinya pada saat yang sama dia mendapati bahwa aku mengingkari apa yang kukatakan sebelumnya pada dia bahwa aku baru akan menulis lagi setelah dia menulis di rumahkayu ), dia toh akan memaklumi juga hal tersebut... ha ha ha...

***



Kami berhasil melakukannya lagi, bersama. Dan aku yakin dalam jangka panjang ke depan, kami masih akan melakukan banyak hal bersama- sama.

Individually, we are one drop. Together, we are an ocean, kata Ryunosuke Satoro, seorang penyair Jepang.

Benar.

Benar sekali apa yang dikatakannya itu...

p.s. thank you for being such a wonderful friend, Kuti, and thank you for the great teamwork that we have...



** gambar diambil dari: webubiquity.fr **


Spray Bottle ( Surat untuk Mechta )

Mechta yang baik,


WAH, tidak terasa ya, sudah hampir satu tahun sejak kita bertemu. Pertemuan singkat yang tak direncanakan saat aku melintas di kota tempat Mechta tinggal itu…


Hari ini aku senang sekali saat mendapat kabar bahwa Mechta termasuk salah satu yang telah mendapatkan tempat untuk pergi menunaikan ibadah haji tahun ini.


Ah, betapa senangnya… Sungguh suatu karunia besar mendapat panggilan untuk menjadi tamu Allah begitu.


Omong- omong, aku juga senang sekali saat Mechta mengatakan padaku bahwa membaca rangkaian tulisan tentang umrah yang kubuat di blog rumahkayu ini makin membuat Mechta sangat ingin segera pergi ke Tanah Suci.


Alhamdulillah, walau tentu saja aku tahu bahwa Mechta sendiri bahkan telah berniat pergi ke sana sejak lama, dan telah mengantri selama dua tahun untuk dapat berangkat berhaji ini, paling sedikit, rasanya aku tidak sia- sia menulis jika aku bisa menggambarkan betapa indah dan nikmat apa yang kurasakan di sana.


Nikmatnya, Mechta, sungguh rasa nikmat yang terlalu sulit untuk digambarkan dengan kata- kata…


Oh ya, kali ini, aku menulis untuk menceritakan tentang apa yang disarankan oleh adikku untuk kubawa saat berangkat umroh kemarin. Sesuatu yang tadinya saat mendengar saran itu tak terbayang bahwa apa yang disarankan untuk kubawa itu akan menjadi salah satu benda paling berguna selama berada di Tanah Suci...


***


Baiklah kuceritakan sedikit tentang adikku.


Kita semua percaya bahwa Allah memilih sendiri siapa yang akan dipanggilNya ke Tanah Suci. Dan adikku termasuk salah satu yang beruntung sebab diundang menjadi tamu Allah berulang kali dalam usia muda.


Dia pertama kali berhaji di usia sekitar 27 tahun.


Ketika itu, dia sedang tinggal di Inggris untuk menyelesaikan program Doktornya. Saat sedang tinggal di sana itulah dia berangkat berhaji dengan istrinya.


Adikku dan istrinya adalah teman semasa SMA, sesama pendaki gunung. Karenanya aku sama sekali tak heran bahwa ketika itu mereka berangkat berhaji tanpa terlalu pusing merancang atau memikirkan ini dan itu tentang akomodasi selama berada di Tanah Suci. Adikku selalu dengan senyum lebar menceritakan bahwa mereka berangkat dengan niat untuk ‘menggelandang’ saja selama musim haji itu. Bagaimana nanti sajalah, yang penting bisa menunaikan ibadah haji.


Bisa kupahami pikiran ini. Adikku bersekolah ke Inggris dengan beasiswa. Artinya, dia tak punya terlalu banyak uang saku. Jadi pikiran ‘yang penting bisa menunaikan ibadah haji’ tanpa terlalu memusingkan urusan akomodasi itu bisa dipahami.


Dan Allah memang selalu menjaga umatNya. Sebab sepanjang yang kuingat, selama di sana dia sama sekali tak menghadapi situasi yang dekat dengan kata ‘menggelandang’.


Allah bahkan memberinya banyak rejeki dan kemudahan.


Menjelang berangkat berhaji, dia diperkenalkan dan akhirnya berangkat dan berkumpul dengan sekelompok jamaah haji asal Inggris sepanjang musim haji tersebut. Lalu...  tanpa disangka- sangka, pada tahun berikutnya, adikku ditawari oleh penyelenggara perjalanan haji dari Inggris tersebut untuk pergi berhaji lagi dengan status sebagai salah satu anggota panitia penyelenggara.


Artinya, pada tahun berikutnya itu, dia bisa berangkat haji untuk kedua kalinya dengan gratis sebagai imbalan dari 'pekerjaannya' membantu persiapan dan beragam urusan rombongan selama perjalanan ibadah haji.


Subhanallah.


Kenikmatan lain yang sungguh selama bertahun- tahun membuatku merasa betapa Allah sungguh memberinya rejeki besar adalah bahwa pada kali pertamanya berhaji, dia bisa berjumpa dengan kedua orang tuaku yang juga sedang menunaikan ibadah haji pada musim haji yang sama di Tanah Suci.


Pertemuan itu terjadi tanpa sengaja, tak dirancang atau disepakati dengan janji lebih dahulu.


Ketika itu, telepon genggam belum beredar sebanyak dan mudah diperoleh seperti sekarang. Jikapun ada, area dimana sinyalnya dapat tertangkap sangat terbatas. Artinya, walau tentu saja orang tuaku tahu bahwa adikku dan istrinya akan berangkat berhaji , berangkat dari Inggris, dan sebaliknya adikku tahu bahwa orang tuaku juga akan tiba di Tanah Suci dengan rombongan haji dari Indonesia, tak ada cara untuk dapat mengkomunikasikan tempat tinggal masing- masing selama berada di sana.


Dan tanpa diduga, di ujung masa ibadah haji itu, saat sedang berjalan menuju tempat untuk melempar jumrah, adikku dan istrinya melihat sebuah bendera dengan tulisan nama biro perjalanan dari Indonesia -- biro perjalanan dimana orang tua kami bergabung dalam rombongannya -- dan dengan segera menduga bahwa di situlah orang tua kami tinggal pada hari- hari tersebut.


Ah, dapat kubayangkan betapa gembira dan mengharukannya bahwa adikku serta istrinya dapat bertemu di Tanah Suci dengan kedua orang tuaku setelah sekian lama tak berjumpa karena ketika itu sedang tinggal di benua yang berbeda .


( Sungguh, karena kejadian tersebut, dalam hati, selama bertahun- tahun, aku memendam suatu keinginan yang bahkan tak pernah berani kubayangkan akan dapat teraih, yaitu mengalami hal yang sama: berada di Tanah Suci bersama kedua orang tuaku. Dan oh.. walau aku sendiri tak berani berharap banyak, tapi Allah memang Maha Baik, sebab keinginan terpendam itu terkabul ketika kami dapat melakukan ibadah umrah bersama- sama beberapa saat yang lalu… )


***


Kembali ke cerita tentang adikku, pada tahun- tahun berikutnya di masa tinggalnya di Inggris, setiap kali mereka mudik ke Indonesia, adikku dan istrinya memilih terbang dengan Saudi Air. Dengan begitu, bisa dipastikan bahwa pesawat akan transit di Saudi Arabia. Bermalam satu dua hari di sana, mereka sempatkan untuk menunaikan ibadah umrah.


Sekali merangkuh dayung, dua tiga pulau terlampaui. Perjalanan mudik mereka atur sedemikian rupa agar dapat pula menjadi perjalanan ibadah.


Nah lalu berdasarkan pengalaman mereka itulah, ada satu hal yang mereka pesankan agar diingat untuk dibawa saat kami pergi umrah kemarin. Pesan yang tampak sederhana tapi ternyata sangat berguna: bawa botol spray.


spray-bottle1


Adikku berkata, setibanya di sana nanti, isilah botol ini dengan air zam zam.


Kegunaannya beragam. Multifungsi.


Jika kami kepanasan, kami bisa menyemprotkan air ini ke muka. Jika haus dan tak berada dekat dengan air, sekedar seteguk dua teguk air bisa didapat dengan menyemprotkan air dari botol ini ke mulut. Dan jika kami hendak shalat, atau berthawaf yang mengharuskan kami dalam keadaan suci dan berwudlu tapi kemudian wudlunya batal, tak perlu repot tergopoh- gopoh pergi ke tempat wudlu yang jauh letaknya. Cukup semprotkan air ini dan berwudlu dengan air ini saja.


Dan itu ternyata adalah salah satu nasihat terbaik yang kami dapatkan.


Terutama urusan batal wudlu itu. Tak terhitung berapa kali urusan itu terjadi dan betapa mudahnya mengatasi hal tersebut karena kami memiliki air di dalam botol tersebut.


Anak- anakku yang lelaki, bahkan menggunakan botol spray itu untuk bergurau dan saling menyemprotkan air . Kerapkali mereka berkejaran di pelataran masjid sambil saling menyemprot saudaranya.


Kami biarkan mereka melakukan itu sebab tahu walau mereka sendiri melakukan itu dengan niat bergurau dan bermain, saat air yang disemprotkan itu menyentuh kulit, mereka akan merasakan kesejukan yang menyenangkan…


spray-bottle2


Dan oh ya, botol spray ini harganya tak terlalu mahal, juga mudah didapat di toko- toko ( biasanya di bagian kosmetik atau di bagian perawatan tanaman ) tapi, jangan dilihat harganya.. mudah- mudahan Mechta bersedia menerima hadiah botol spray yang akan dikirimkan ke alamat Mechta. Nanti dibawa, ya, ke Tanah Suci. Mudah- mudahan berguna disana...


p.s:
Selamat menunaikan ibadah haji, Mechta. Semoga Mechta diberi kesehatan, kelancaran dan kemudahan selama persiapan dan selama menjalankan ibadah haji nanti. Salam dari keluarga kami, baik keluarga di dunia nyata -- yang Mechta pernah temui tahun lalu -- juga 'keluarga' di rumahkayu...


** gambar diambil dari www.nailery.com.au dan www.vancouveryogareview.com **

Tunas

Tentang 'Tunas'…


TAK pernah ada kata terlambat untuk menuliskan sebuah kekaguman.


Dan itulah yang sedang kulakukan sekarang.


Tulisan ini seharusnya kubuat sejak lama, sebab bahan bacaan untuk dijadikan dasar bahasan dalam tulisan ini telah ada di tanganku sejak beberapa saat yang lalu. Hanya saja, ‘seharusnya’ itu menjadi tertunda sebab entah kenapa, waktu yang kuniatkan untuk membaca bahan tulisan itu tergeser- geser terus oleh berbagai urusan yang seakan tak habis- habis.


Tapi tak apa.


Tak menjadi masalah bahwa niatku untuk membaca bahan tulisan ini tertunda- tunda. Tapi yang jelas, aku tak menunda niatku untuk menulis sesuatu tentang hal tersebut segera setelah usai membacanya.


Sebab apa yang kubaca itu sungguh indah dan menggelitik.


' Tunas ', begitu judul tulisan yang kubaca itu.



Seorang sahabat, Pradna, yang menulisnya.


Seperti juga para tokoh utamanya, tulisan ini tampaknya ditujukan untuk dibaca oleh para remaja. Terutama murid SMA.


Aku menyukai 'Tunas' yang ditulis Pradna ini.


tunas1


Entah apakah ini hanya kesimpulanku sendiri setelah sekian lama membaca banyak tulisan Pradna, atau memang Pradna pernah menyatakan atau menuliskannya secara eksplisit pada tulisan- tulisannya atau pada salah satu percakapannya denganku, tapi yang kupahami adalah Pradna memaknai cinta dengan cara yang sederhana. Dan tidak cengeng.


Tapi tak berarti tak ada kedalaman dan kehalusan rasa di situ.


E-book karyanya, Tunas, yang berisi beberapa buah tulisan pendek yang dapat dibaca secara sendiri- sendiri maupun dibaca secara berkesinambungan sehingga membentuk sebuah novel mini menunjukkan hal tersebut.


Tokoh utama novel mini ini adalah seorang gadis SMA tomboy juara judo bernama Rita yang temannya sejak kecil, pemuda tampan yang halus dan sangat pandai. Tetangga sebelah rumah yang bernama Rangga.


Pradna dengan manis dan segar menggambarkan bagaimana kedekatan mereka berdua terjalin. Bagaimana Rita rela untuk ‘menggagalkan’ rencana Rangga untuk ikut olimpiade dengan melatih judo, dan menggunakan uang yang diperolehnya untuk mendaftarkan Rangga turut berwisata di acara sekolah, sementara pada saat yang sama Rangga memberi les di bimbel dan menggunakan uang yang diperolehnya, tanpa sepengetahuan Rita, untuk mendaftarkan Rita agar dapat pergi ke acara wisata yang lama.


Kelucuan yang sangat khas Pradna muncul di sana- sini dalam rangkaian cerita ini.


Kemanisan pikiran dan kehalusan hatinya juga.


Cerita bagaimana Rita bekerja agar Rangga dapat pergi berwisata (sementara dia sendiri tidak, sebab uangnya hanya cukup untuk membayari satu orang ), yang ternyata juga dilakukan oleh Rangga bagi Rita yang diketahuinya sangat ingin pergi ke wisata tersebut daripada harus mengikuti kejuaraan judo, adalah salah satu dari kemanisan tersebut.


Dan ah…


Pradna mungkin tidak cengeng. Dia juga tak suka perempuan cengeng, katanya. Dia mungkin juga tak terlalu suka air mata.


Tapi sungguh air mataku menggenang ketika kubaca bagian terakhir tulisan tentang dua pelajar SMU Tunas Bangsa ini. Cerita berjudul 'Rival' ini berisi cerita tentang surat (yang bukan) surat cinta dan mawar putih.


Dan cerita ini jauh dari cengeng, tapi sungguh menyentuh.


Tulisan, memang tak bisa dihindari, selalu menggambarkan siapa penulisnya.


pradna


Pradna, bukan lagi murid SMA. Tapi sepanjang yang kuketahui, dia memang berinteraksi banyak dengan para remaja. Pradna membuat naskah teater untuk dipentaskan dan menjadi pelatih teater remaja.


Dan tak perlu dipertanyakan, dia cerdas.


Juga dia memiliki kehalusan dan kebaikan hati.


'Tunas', mewakili apa yang ada pada diri dan hati Pradna.


Mewakili cita- citanya untuk melihat para remaja mengisi hari dengan kegiatan yang berguna, tanpa kehilangan kelucuan dan keceriaan mereka. Mewakili keinginannya agar para remaja tidak cengeng, dan menjadi remaja yang kuat menghadapi hidup. Tak seperti para remaja yang digambarkan di sinetron- sinetron di TV yang hidup tanpa tujuan, dengan gaya hidup hedonis dan bermewah- mewah serta tindak- tanduk yang kasar dan tanpa etika, memaki serta menampar orang seenaknya.


Semoga, seperti yang dicita- citakan oleh Pradna, diluar apa yang ditunjukkan oleh sinetron- sinetron tak bermutu itu, dalam kenyataannya lebih banyak remaja- remaja yang berbudi baik, cerdas dan bertanggung jawab atas kehidupan diri dan lingkungannya seperti Rita dan Rangga…


p.s.


Tulisan berjudul “Tunas” ini dipersembahkan oleh Pradna bagi “Wanita Angin”. Ehm! Perempuan yang beruntung… ;)


<!--[if gte mso 9]> Normal 0 false false false EN-US X-NONE X-NONE MicrosoftInternetExplorer4 <![endif]--><!--[if gte mso 9]> <![endif]-->


** gambar diambil dari facebook dan blog Pojok Pradna **




Bukit Magnet

Tentang bukit magnet...

BEBERAPA tahun silam, tak lama dari saat dimana anak gunung Kelud terbentuk kami sempat berwisata ke sana.

Anak Gunung Kelud muncul di akhir tahun 2007, ketika aktivitas vulkanik Gunung Kelud meningkat. Waktu itu, lava yang keluar dari kawah Gunung Kelud membentuk sebuah kubah lava dengan tinggi 250 meter dan diameter 456 meter.

Dalam perjalanan kami menuju gunung Kelud yang terletak di Kabupaten Kediri, Jawa Timur itulah, pada sebuah ruas jalan, kami melihat banyak orang berhenti. Beberapa memperhatikan mobil yang berada di ruas jalan itu sambil menunjuk- nunjuk.

Mulanya kami tak tahu apa yang terjadi di tempat itu, tapi belakangan kami dapati informasi bahwa di potongan ruas jalan sepanjang 100 meter tersebut, konon, mobil bisa berjalan sendiri saat posisi persneling mobil dibuat netral.

Uniknya, arah jalan mobil berlawanan dengan gravitasi. Artinya , mobil dapat bergerak sendiri kea rah yang menanjak, bukan bergerak kearah menurun seperti yang lazimnya terjadi.

Peristiwa yang terjadi di Kelud itu teringat kembali ketika kami berjalan- jalan di seputar Madinah beberapa waktu yang lalu.

Ada tempat di Madinah yang disebut Jabal Magnet.

Jabal sendiri artinya bukit.

Jabal paling terkenal di Madinah, tentu saja adalah Jabal Uhud ( Bukit Uhud ) yang merupakan bagian penting dalam sejarah Islam. Bukit Uhud adalah tempat terjadinya pertempuran yang antara kaum muslim dan kaum Quraisy pada tahun 625 Masehi. Dalam pertempuran itu tentara Islam dipimpin langsung oleh Rasulullah, Nabi Muhammad s.a.w.

Berbeda dengan Bukit Uhud yang berada di Tanah Haram Madinah, Jabal Magnet, atau di kalangan penduduk setempat lebih dikenal dengan nama Manthaqotul Baido (tanah putih) berada di kawasan Tanah Halal. Letaknya kira- kira sekitar 20 - 30 KM dari pusat kota Madinah.

jabal-magnet21

Tentang tanah halal dan tanah haram, perbedaannya adalah, tanah haram adalah tempat yang hanya dapat dimasuki oleh kaum Muslimin. Di tanah halal, baik kaum Muslimin maupun yang tidak dapat berada dan tinggal disana.

Beberapa hal lain yang juga tak diijinkan dilakukan di tanah haram tapi bisa dilakukan di tanah halal adalah membunuh binatang serta merusak tanaman ( memetik dedaunan, dan semacamnya ).

***



Madinah yang pada zaman Nabi Muhammad s.a.w merupakan pusat dakwah, pengajaran dan pemerintahan Islam secara geografis merupakan kota yang dikelilingi gunung dan bukit bukit serta beriklim gurun.

jabal-magnet3

Kita yang berasal dari Indonesia tentu tak asing dengan bukit dan gunung. Tapi bukit dan gunung di Indonesia umumnya hijau, sejuk dan penuh pepohonan.

Tidak begitu dengan perbukitan yang menjadi daerah wisata di sekitar kota Madinah ini. Tanahnya tandus, gersang, berbatu dan sepanjang yang dapat kuamati, hanya ada semacam pohon berupa semak yang tumbuh di sana sini.

jabal-magnet1

Tapi sungguh, betapapun gersang dan panasnya suasana di sana, aku tak mempertanyakan mengapa tempat tesebut oleh penduduk Madinah sendiri dijadikan tempat wisata. Sebab, walau tandus dan sangat panas, tempat itu indah. Keindahan yang berbeda dengan suasana pegunungan yang biasa kita dapati, tapi tetap saja indah.

Penduduk Madinah di saat senggangnya sering berwisata ke tempat ini. Mereka biasa mendirikan tenda dan berkemah di sana. Di satu dua lokasi, juga terdapat tempat dimana ada permainan kanak- kanak semacam ayunan bisa didapati.

Saat kami berada di sana, sebuah mobil berwarna dasar putih dengan gambar- gambar warna warni ada di sana... menjual es krim!

mobil-es-krim-jabal-magnet

Es krim rasa vanila dan coklat dalam cone itu sungguh nikmat terasa dalam udara panas mendekati 50 derajat Celcius itu.

***



Kembali ke cerita tentang Jabal Magnet, ada beberapa versi cerita yang kudapat.

Versi pertama, seperti yang disampaikan oleh pemandu wisata kami adalah bahwa pusat magnet di area ini berada di bawah tanah dan area ini merupakan area yang dihindari oleh penerbangan pesawat. Sebuah artikel yang pernah kubaca mengatakan bahwa konon, Jabal Magnet ini merupakan pusat magnet terbesar di dunia,

Memang, kusaksikan sendiri bahwa apa yang terjadi di sini jauh lebih besar dengan apa yang pernah kusaksikan di daerah Kelud. Di Kelud, kami harus dengan sangat cermat mengamati pergerakan mobil, tapi di Jabal Magnet ini, gaya tarik yang berlawanan dengan arah gravitasi itu jelas terlihat.

Supir bus kami mematikan mesin dan memasang persneling bus besar itu pada suatu ruas jalan yang menurun, dan bus kami berjalan sendiri. Tidak, bukan berjalan maju ke arah yang menurun itu, tapi berjalan mundur mendaki ke atas!

Dalam perjalanan pulang, di ruas jalan sepanjang kira- kira 2-3 KM itu supir bus kami mematikan mesin dan bus besar sarat penumpang itu meluncur kencang dengan kecepatanrata- rata sekitar 120 KM/jam.

Versi kedua, yang juga telah banyak dituliskan dalam banyak artikel tentang bukit- bukit magnet yang ada di beberapa tempat di dunia, termasuk mengenai ruas jalan di Gunung Kelud maupun di Jabal Magnet Madinah ini mengatakan bahwa sebenarnya tak ada magnet di sana.

Yang terjadi adalah ilusi optik.

Tempat semacam ini merupakan sebuah lereng yang ( sebenarnya ) menurun sedikit tapi karena tata letak tanah di sekitarnya menciptakan sebuah ilusi optik seakan air mengalir ke arah yang lebih tinggi atau mobil dengan gigi netral berjalan ke arah yang menanjak.

Aku ingat bahwa di Gunung Kelud kusaksikan juga ada beberapa orang yang menggulingkan botol plastik berisi air di ruas jalan dimana mobil dibiarkan berjalan sendiri untuk menguji apa yang terjadi di tempat itu.

Bagiku sendiri, sungguh tak terlalu penting apakah yang sebenarnya memang ada magnet di sana atau hal tersebut merupakan sebuah ilusi optik. Apapun yang terjadi, bagiku, menyaksikan hal- hal semacam ini, tak bisa lain, kekaguman atas kebesaran Yang Maha Kuasa menjadi bertambah tebal.

Jabal Magnet ini, seperti yang telah kusebutkan di atas, merupakan tempat wisata. Jadi perjalanan kami ke sana memang perjalanan wisata, bukan termasuk perjalanan ziarah. Tapi sungguh, walaupun tak termasuk dalam rangkaian perjalanan ziarah, saat kami menuju dan berada di sana, tak bisa hati ini berhenti mengagumi ciptaanNya.

Subhanallah. Allahu Akbar…

p.s. Foto diambil di Jabal Magnet, Juli 2011

MasukDapur: The Book

Senja menjelang…



ADA kesibukan di dapur rumah kayu.

“ Bunda, aku yang cetak ya Bunda… “ terdengar suara Pradipta.


Dee yang sedang mengaduk- aduk adonan di atas kompor mengangguk.


Lalu tak lama kemudian, terdengar suara Dee bicara pada Pradipta, " Tolong kacangnya bawa ke sini , Dipta... "


Si kecil meraih mangkuk berisi kacang mede cincang dan memberikannya pada Dee yang kemudian memasukkan sebagian kacang itu ke dalam adonan yang sedang diaduknya. Sementara itu Pradipta sendiri menyusun beberapa wadah agar- agar kecil dengan bentuk bermacam ragam, dari mobil- mobilan sampai bentuk bintang, juga strawberry.


Sore itu, menjelang jam buka puasa, Dee sedang membuat Puding Brownis yang resepnya dia ambil dari buku yang disusun oleh sahabatnya, Hes.


Hes menerbitkan sebuah buku edisi puasa dan lebaran. Buku yang sungguh sangat disukai Dee dan direkomendasikannya pada beberapa kawan.


buku-masukdapur


Buku “ MasukDapur: The Book “ edisi puasa dan lebaran itu bukan hanya memuat resep masakan, tapi banyak tips praktis dan sangat berguna.


Tips- tips yang mungkin kita sudah pernah tahu tapi sungguh, ketika tips- tips tersebut dikumpulkan menjadi satu dalam sebuah buku semacam ini, Dee menemukan bahwa tips itu menjadi berlipat ganda kegunaannya.


Apalagi tips tersebut diberikan tepat waktu.